Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit

Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit – Majapahit merupakan kerajaan Hindu yang cukup terkenal. Raden Wijaya adalah pendiri Kerajaan Majapahit. Kerajaan ini terletak di hutan Tarik, dekat dengan delta Sungai Brantas, Jawa Timur.

Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan atau masa keemasannya ketika dipimpin oleh Hayam Wuruk dan Gajah Mada sebagai patihnya. Luas kekuasaannya melebihi luas Indonesia sekarang. Kemunculan Majapahit erat hubungannya dengan Kerajaan Singasari.

Bacaan Lainnya

Rentetan peristiwa ini merupakan kelanjutan dari artikel: Raja Singasari setelah Tohjaya dan kehancurannya, yang menyinggung Raden Wijaya melarikan diri ke Madura karena kehancuran Singasari.

Politik Raden Wijaya mengalahkan tentara Cina

Pada tahun 1292 M, Kerajaan Singasari diserang oleh Jayakatwang dari Kerajaan Kediri. Akibat penyerangan tersebut, Raja Kertanegara gugur. Raden Wijaya salah seorang menantu Kertanegara bersama istrinya berhasil meloloskan diri.

Ia menyeberang ke Madura dan minta bantuan kepada Wiraraja. Setelah beberapa lama, Raden Wijaya dianjurkan kembali ke Kediri untuk pura-pura mengabdi kepada Jayakatwang.

Singkat cerita, Raden Wijaya pun diterima mengabdi oleh Jayakatwang. Kemudian Jayakatwang menghadiahkan daerah hutan Tarik kepada Raden Wijaya. Dengan bantuan para pengikutnya, mulailah ia membangun hutan Tarik.

Ketika sedang bekerja, salah seorang di antara mereka menemukan buah Maja. Raden Wijaya lalu memakannya. Ternyata rasanya sangat pahit. Oleh karena itulah desa tersebut diberi nama Majapahit.

Pada tahun 1292, pasukan Cina yang besar mendarat di Tuban. Pasukan ini dipimpin oleh tiga orang panglima. Ketika terdengar kabar bahwa tentara Cina mendarat di Tuban, Raden Wijaya mengirim utusan yang menyampaikan pernyataan bahwa ia sanggup membantu tentara Cina tersebut.

Pasukan Cina bergerak menyerbu Kediri, sedangkan Wijaya dengan pasukannya mengikuti dari belakang. Setelah pertempuran dahsyat terjadi, pasukan Jayakatwang mundur masuk ke dalam kota dengan meninggalkan ribuan prajurit yang gugur.

Kota dikepung oleh pasukan Cina. Jayakatwang keluar dan menyerahkan diri. Raja Jayakatwang bersama keluarganya dan para pejabat kerajaan ditawan dan dibawa oleh panglima tentara Cina ke benteng pertahanan mereka di Hujung Galuh.

Di dalam penjara, Jayakatwang sempat menggubah sebuah kakawin yang diberi nama Wukir Polaman. Ia meninggal dunia dalam tahanan tersebut. Ardaraja melarikan diri ke pegunungan tetapi dapat dikejar dan ditangkap oleh tentara Cina, kemudian ditawan di Daha.

Raden Wijaya kembali ke Majapahit yang diantar oleh sepasukan tentara Cina. Di Majapahit pasukan Wijaya menyerang pasukan Cina, dan terjadilah perang. Bala bantuan Cina datang ke Majapahit, tetapi dilawan oleh pasukan Wijaya dengan menggunakan perang gerilya.

Tentara Cina yang biasa bertempur di padang terbuka dengan pasukan kudanya tidak mampu melayani perang gerilya dihutan-hutan. Banyak diantara mereka yang menjadi korban. Komando tentara Cina menganggap perang itu tidak ada gunanya, karena mereka telah melaksanakan tugas dan telah berhasil menghukum Raja Jawa.

Selain itu, tiupan angin musim sudah mulai berubah, bila terlalu lama menunggu mereka tidak dapat kembali ke Cina saat itu, dan harus menunggu perubahan angin tahun depannya. Oleh sebab itu, panglima tentara Cina memutuskan untuk kembali ke Cina.

Berdirinya Kerajaan Majapahit

Setelah tentara Cina meninggalkan Jawa dan raja Kediri Jayakatwang meninggal dunia, maka terjadilah kekosongan kekuasaan. Kekosongan kekuasaan itu diisi oleh Raden Wijaya sebagai Raja Majapahit meneruskan kekuasaan Singasari. Sebagai raja Majapahit, ia bergelar Kertarajasa Jayawardhana.

Raden Wijaya menikahi empat putri Raja Kertanegara, yaitu Tribhuwaneswari, Narendradhuhita, Prajnaparamita, dan Gayatri. Dari Tribhuwaneswari lahir Jayanegara. Dari Gayatri diperoleh dua anak perempuan, yaitu Tribhuwanatunggadewi Jaya Wisnuwardhani dan Rajadewi Maharajasa.

Sedangkan dari Narendradhuhita dan Prajnaparamita tidak diperoleh seorang keturunan pun. Raden Wijaya melakukan perkawinan dengan tujuan untuk memperkuat kedudukan dan agar seluruh warisan kerajaan Singasari berpindah kepadanya.

Para pengikut Kertarajasa yang setia dan berjasa dalam perjuangan mendirikan Majapahit diberinya kesempatan untuk menikmati hasil perjuangannya dan diangkat menjadi pejabat-pejabat tinggi dalam pemerintahan.

Wiraraja diangkat menjadi menteri Mahawirdikara, Nambi menjadi Rakyan Mahapatih, Sora sebagai Rakyan Apatih di Daha. Nambi memperoleh kedudukan yang tinggi dalam hierarki kerajaan Majapahit, sedangkan Sora menduduki tempat kedua. Ranggalawe menduduki jabatan adipati di Datam, sedangkan Komandan pasukan Malayu dijadikan Panglima Perang dengan mendapat gelar nama Kebo Anabrang.

Pemberontakan Rangga Lawe

Ranggalawe menyatakan tidak puas terhadap keputusan raja, mengapa bukan dia sendiri atau Sora yang dijadikan mahapatih di Majaphit, padahal ia merasa lebih berjasa daripada Nambi. Karena itu, ia pulang ke Tuban dan menghimpun kekuatan.

Usaha Wiraraja untuk menyadarkannya tidak berhasil. Di kalangan istana ternayata ada biang keladi kerusuhan yaitu Mahapatih. Ia mengadu kepada raja bahwa Rangga Lawe akan memberontak.

Maka, untuk menumpas pemberontakan tersebut, pasukan kerajaan menyerang Rangga Lawe di Tuban, pada tahun 1295 M. Rangga Lawe tewas ditangan Kebo Anabrang. Sora sahabat Rangga Lawe membalas kematian Rangga Lawe dengan menusuk Kebo Anabrang dari belakang.

Peristiwa tersebut dijadikan alasan oleh Mahapatih untuk menyingkirkan Sora dan mengusulkan kepada raja supaya Sora dijatuhi hukuman. Raja merasa berat menghukum Sora, mengingat jasa-jasanya kepada negara.

Dengan tipu muslihat Mahapatih, terjadilah perang antara pasukan Sora melawan pasukan raja tahun 1298 – 1300. Sora terbunuh dalam peperangan itu. Kemudian Nambi akan dijadikan sasaran fitnah Mahapatih yang menghendaki kedudukan Amangkubumi.

Mengetahui adanya kasak-kusuk Mahapatih terhadapnya, Nambi berniat akan menyingkir dari Majapahit dengan alasan akan menengok ayahnya yang sakit di Lumajang. Dengan demikian, cita-cita Mahapatih tinggal selangkah lagi akan tercapai. Namun, Raden Wijaya meninggal pada tahun 1309, dan dimakamkan dalam candi Sumberjati, di selatan Blitar.

Baca selanjutnya: Gajah Mada dan Sumpah Palapa

Pos terkait