Sumber sejarah Kesultanan Banten

Sumber sejarah Kesultanan Banten – Kesultanan Banten adalah sebuah kesultanan Islam yang pernah berdiri di Provinsi Banten. Letaknya di wilayah barat Pulau Jawa sampai ke Lampung di Sumatra. Karena letaknya yang strategis ini, Banten menjadi menjadi urat nadi pelayaran dan perdagangan yang melalui Samudra Hindia.

Sekilas Tentang Kesultanan Banten

Menurut Carita Parahyangan, jauh sebelum masuknya Islam (dari Demak), Banten merupakan bagian penting dari Kerajaan Pajajaran yang bercorak Hindu.

Bacaan Lainnya

Berbagai sumber sejarah asing, mulai dari sumber Cina yang berjudul Shung Peng Hsiang Sung (1430) hingga berita Tome Pires (1512), menyebutkan bahwa Banten sebagai salah satu dari beberapa rute pelayaran mereka.

Bendera dan Lambang Kesultanan Banten

Bendera dan Lambang Kesultanan Banten
Bendera dan Lambang Kesultanan Banten

Dalam berbagai sumber pustaka Nusantara pun, Banten dikenal dengan berbagai nama, seperti : Wahanten Girang dalam naskah Carita Parahyangan (1580), Medanggili dalam Tambo Tulungbawang, Primbon Bayah, dan lain-lain.

Berbagai sumber tersebut menggambarkan Banten sebagai kota pelabuhan yang ramai, terbuka, dan makmur. Bahkan Banten sudah berinteraksi dengan dunia luar sejak awal abad pertama Masehi. Kemungkinan pada abad ke-7 Banten sudah menjadi pelabuhan internasional.

Sejarah Awal Kesultanan Banten

Kesultanan Banten berawal sekitar tahun 1526 ketika Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa dengan menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan dan menjadikannya pangkalan militer serta kawasan perdagangan.

Pasukan Demak dipimpin oleh panglima perangnya Fatahillah, menantu Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Fatahillah mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan., yang kelak menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan yang mandiri.

Kekuatan politik Kesultanan Banten akhirnya runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di kota Intan dihancurkan. Pada masa-masa akhir pemerintahannya, para sultan Banten tidak lebih dari raja (sultan) bawahan pemerintahan kolonal Belanda.

Sumber sejarah Kesultanan Banten

Dari masa saja sumber sejarah Kerajaan Islam Banten ini? Ada 8 yang bisa kami sampaikan, yaitu sebagai berikut:

1. Sumber Lisan dan Tradisional

Dalam cerita sejarah Banten, disebutkan bahwasanya ketika gabungan pasukan dari kesultanan Cirebon dan Demak mencapai wilayah Wahanten Girang, kedua kelompok pasukan tersebut memihak kepada Maulana Hasanuddin yang kemudian mendirikan kesultanan Banten.

Sumber lisan dan tradisional menceritakan bahwa Maulana Hasanuddin melakukan banyak aktivitas dakwah di wilayah pedalaman Wahanten. Aktivitas dakwah ini berhasil menarik simpati masyarakat, namun salah satu tokoh bernama Arya Suranggana menentang kegiatan dakwah tersebut.

Arya Suranggana kemudian menantang Maulana Hasanuddin untuk bertanding sabung ayam, apabila dimenangkan oleh Arya Suranggana maka Maulana Hasanuddin harus menghentikan dakwahnya, dan sebaliknya jika berhasil memenangkannya maka aktivitas dakwah tetap dilanjutkan.

Sabung ayang tersebut akhirnya dimenangkan oleh Maulana Hasanuddin, dan ia berhak melanjutkan dakwahnya. Sementara Arya Suranggana dan beberapa masyarakat yang ikut menolak dakwah tersebut memilih untuk pergi ke hutan di sebelah selatan. Wilayah Banten Girang kemudian dijadikan sebagai pesanggrahan penguasa Islam.

2. Catatan Joa de Barros

Joa de Barros merupakan sejarawan Portugis yang hidup pada tahun 1496 hingga 1570. Setelah melakukan perjalanan di Asia, ia membuat catatan berjudul Decadas da Asia. Dalam catatannya tersebut, ia menyebutkan bahwa semenjak Banten dan Sunda Kelapa dikuasai oleh kesultanan Islam, wilayah Banten kemudian lebih ramai dikunjungi oleh kapal-kapal dari berbagai negara di dunia.

3. Sumber dari Eropa

Dari berbagai sumber sejarah kerajaan Banten yang berasal dari Eropa, disebutkan bahwa sekitar tahun 1672 di kesultanan Banten diperkirakan kurang lebih sekitar 100 ribu hingga 200 ribu orang laki-laki yang siap untuk berperang. Sementara dari sumber lainnya menyebutkan bahwa terdapat 10 ribu orang yang siap memanggul senjata.

Berdasarkan sumber dari Eropa, yang paling dapat dipercaya berasal dari Dagh Register (16.1.1673). Isi sumber ini menyebutkan bahwa telah dilakukan sensus oleh VOC pada tahun 1673, dalam sensus tersebut disebutkan bahwa sekitar 55 ribu orang di kota Banten mampu untuk menggunakan senapan dan tombak. Sementara jika keseluruhan penduduk dihitung, jumlahnya mencapai 150 ribu, termasuk, perempuan, anak dan lansia.

4. Naskah Sanghyang Siksakanda Ng Karesia

Naskah Sanghyang Siksakanda Ng Karesia

Sumber sejarah kerajaan Banten selanjutnya isinya berkaitan dengan perekonomian di kesultanan Islam ini. Selain bertumpu pada bidang perdagangan (daerah pesisir), kegiatan ekonomi perladangan juga sudah dilakukan oleh masyarakat kawasan pedalaman. Dalam naskah ini disebutkan istilah pahuma (peladang), panyadap (penyadap) dan panggerek (pemburu). Selain itu, terdapat juga nama-nama peralatan, seperti baliung, kujang, kored, patik dan sadap.

5. Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten

Setelah mengetahui sumber lisan dan tertulis yang sudah disebutkan diatas, salah satu sumber sejarah kerajaan Banten dalam bentuk bangunan adalah masjid Agung Banten. Masjid ini merupakan peninggalan kesultanan Banten. Lokasinya berada di Desa Banten Lama, jaraknya kira-kira 10 km dari kota Serang.

Masjid Agung Banten dibangun pada tahun 1652, yaitu pada masa Sultan Maulana Hasanuddin (putera Sunan Gunung Jati). Masjid ini memiliki corak yang unik, seperti menaranya mirip dengan mercusuar, terdapat serambi di bagian kanan dan kiri bangunan, dan atap masjid menyerupai atap pagoda.

6. Istana Keraton Kaibon Banten

Keraton kaibon Banten
Keraton kaibon Banten

Selain masjid Agung Banteng, peninggalan sejarah kerajaan Banten yang dapat dijadikan sumber sejarah yaitu istana keraton Kaibon. Menurut sejarahnya, istana ini dulunya digunakan sebagai tempat tinggal Bunda Ratu Aisya (ibunda dari Sultan Syaifudin).

Namun sangat disayangkan, bangunan istana telah hancur dan menyisakan reruntuhannya saja. Hancurnya bangunan Istana disebabkan karena serangan yang dilakukan oleh pihak kolonial Belanda, tepatnya pada masa pemerintahan Gubernur Daendels pada tahun 1832.

7. Istana Keraton Surosowan Banten

Keraton Surosowan Banten

Istana kedua peninggalan kesultanan Banten adalah istana keraton Surosowan. Istana ini dulunya digunakan sebagai tempat tinggal Sultan Banten, sekaligus sebagai kantor pusat pemerintahan. Namun nasib istana ini sama dengan istana sebelumnya, yaitu hanya menyisakan puing-puing saja. Namun yang menarik di bekas istana ini terdapat bangunan kolam pemandian pada putri.

8. Benteng Speelwijk

Benteng Speelwijk

Sumber sejarah kerajaan Banten selanjutnya adalah berupa benteng bernama Speelwijk. Sebagai salah satu kerajaan maritim, Banten memiliki benteng dan mercusuar. Benteng ini dibangun pada tahun 1585, dan memiliki tinggi 3 meter. Fungsi utama benteng ini digunakan sebagai pertahanan terdepan dari upaya serangan laut yang dilakukan oleh pihak musuh.

Selain itu, benteng Speelwijk juga digunakan sebagai lokasi yang strategis untuk mengawasi aktivitas pelayaran di Selat Sunda. Uniknya, di benteng ini terdapat sebuah terowongan yang menuju ke istana keraton Surosowan. Selain terowongan, di benteng ini juga terdapat beberapa meriam.

Selain beberapa peninggalan kerajaan Banten yang sudah disebutkan tersebut. Terdapat juga peninggalan lain yang dapat dijadikan sumber sejarah kerajaan Banten, seperti keris panunggul naga, mahkota binokasih, dan keris naga sasra.

Sumber Referensi :

  • Guillot, Claude, Lukman Nurhakim, Sonny Wibisono. “La principauté de Banten Girang” (“Kerajaan Banten Girang”). Archipel, Tahun 1995, Volume 50, halaman 13-24.
  • Ekadjati, Edi S. 1981. Historiografi Priangan. Bandung: Lembaga Kebudayaan Universitas Padjadjaran.
  • Wikipedia

Pos terkait