Sumber Peradaban China Pada Era Dinasti Zhou Tahun 1066 – 221 SM

Dinasti Zhou adalah suku tua yang tinggal di pusat Provinsi Shaanxi dan di timur Gansu. Suku itu telah muncul sejak Gongliu (juga dikenal sebagai Adipati Liu) memindahkan ibukotanya ke Kota Bin (sekarang kabupaten Xunyi dan Bin di Provinsi Shaanxi). Kota ini berdiri di perbatasan antara Dataran Tinggi Loess di utara Shaanxi dan Dataran Tinggi Shaanxi Tengah. Agar lebih jelas, silahkan lihat peta China

Di bawah kepemimpinan Gongliu (tanggal tidak pasti), suku Zhou membangun perototan, tanah yang diatur, dan pertanian yang dikembangkan. Perekonomian membaik dan menarik orang dari daerah sekitarnya. Setelah 300 tahun meletakkan fondasi yang telaten, Zhan Fu memimpin, pergi, dan menetap di Zhou Dataran di Kaki Gunung Qhisan (sekarang di kabupaten Qishan dan Fufeng di Provinsi Shaanxi).

Bacaan Lainnya

Lokasi baru diberkahi dengan tanah subur dan mereka tinggal di sana dengan tenang dan damai. Dinasti Zhou (1066 SM hingga 221 SM) merupakan dinasti terakhir Tiongkok sebelum Dinasti Qin disatukan secara resmi. Dinasti Zhou adalah dinasti terlama yang bertahan dalam sejarah Tiongkok.Sejak saat itu, penggunaan besi diperkenalkan ke Tiongkok. Dalam buku “Chinese History“, disebutkan bahwa Dinasti Zhou awal adalah bawahan dari Dinasti Shang dan hidup di antara orang barbar di Barat.

Awalnya, sering terjadi perang antara Shang dan Zhou. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya tulang kenabian sejak zaman Kaisar Odin yang berisi perintah agar suku-suku yang ditaklukkan Dinasti Shang untuk berperang melawan klan Zhou.

Namun, tidak lama kemudian Ji Chang dan Ji Fayang berhasil menggulingkan dinasti dan mendirikan Dinasti Zhou barulah Zhou rela menaklukkan dirinya dan menerima kekuasaan Dinasti Shang. Setelah menang di antara mereka, Zhou Chang membantu Dinasti Shang melawan kaum barbar.

Pada saat yang sama, dalam buku “Dragon of the East“, dikatakan bahwa Zhou adalah seorang kepala suku kecil dari Dinasti Shang. Menurut cerita, Raja Zhou Xiehe adalah keturunan dari petani pasca uji dan keturunan kaisar (pendahulu dari kebangsaan Han), jadi sudah sewajarnya mereka sangat pandai bertani. lama. maju.

Karena kemakmuran Dinasti Zhou, menarik negara-negara tetangga, terutama Dinasti Shang. Banyak bangsawan dan orang kaya kecewa dengan aturan Kerajaan Shang, sehingga banyak dari mereka memutuskan untuk pindah ke Kerajaan Zhou.

Melihat hal ini, Kaisar Shang mengeluarkan keputusan “hukuman mati” bagi mereka yang melarikan diri ke Zhouzhou secara ilegal. Mengetahui situasinya, Raja Zhou Jichang menyatakan dirinya sebagai utusan Yang Mahakuasa (Shou Tian Ming), dan diam-diam membasmi para konspirator dan pendukung kaisar Shang, dan menaklukkan negara Syekh di bawah asuhan Dinasti Shang.

Namun, meski rencananya hampir berhasil, Kaisar Jichang meninggal lebih dulu. Dia menyerahkan tahta kepada putranya Giffa. Dia dimahkotai sebagai ayahnya, raja Zhouwang setelah kematiannya. (Taniputera, I. 2008: 77-78)

Pemerintahan Zhou Wangwang persis seperti yang dilakukan Dinasti Shang ketika Dinasti Shang didirikan. Zhou juga menggunakan strategi “Yongjian”, “fa ou” dan “pemalsuan” untuk menghancurkan Shang Shang. Pada tahap pertama, Zhou Wuwang mengirim mata-mata ke Dinasti Shang untuk mendapatkan informasi tentang negara dan militer Dinasti Shang. Mata-mata yang dikirim oleh raja berhasil dan kembali ke rumah.

Dilaporkan bahwa pejabat di Shangzhou sangat korup. Banyak kejadian korupsi bahkan kejadian bullying terjadi dimana-mana, tidak hanya karena kondisi politik pemerintahan yang buruk. Sangat membingungkan. Meskipun begitu Zhou Wuwang belum mengambil tindakan apapun, laporan berikutnya juga datang yang mengatakan bahwa Perdana Menteri Bigan dihukum mati, Menteri Jizi ditangkap, dan Menteri Weizi diusir.

Setelah mendengar laporan itu Zhou Wuwang juga belum mengambil tindakan apapun sampai ia mendapatkan laporan yang mengatakan bahwa kaisar Shang Zhouwang untuk mengatasi pemberontakan yang dilakukan oleh negara-negara asuhannya ia harus mengerahkan pasukan intinya dan pada waktu itu terjadi bencana kelaparan Hendri, Y. W, 2014: 15).

Bisa dikatan bahwa barisan penyerang ini sangat kuat dan dahsyat. Menurut laporan dari mata-mata Raja zhou, pasukan Dinasti shang sedang berada di luar markas. Dan tidak memiliki waktu untuk kembali ibu kota kekerajaannya. Sehingga pasukan Raja Shang Zhouwang dapat di kepung oleh pasukan gabungan dari raja Sheikh dan tidak perlu waktu lama untuk dapat mendobrak benteng Dinasti Shang.

Kaisar Shang Zhouwang yang mengetahui bahwa situasi sudah tidak lagi berpihak kepadanya akhirnya memutukan untuk naik ke atas benteng dan melakukan bunuh diri dengan membakar dirinya sendiri. Setelah Raja Zhou Wuwang naik tahta dan mendirikan Dinasti Zhou, tak lama kemudian ia membagikan tanah wilayahnya kepada keturunannya sendiri, adiknya Zhou Chengwang (yang merupakan ahli waris dari Zhou Wuwang), paman-paman dan juga saudara-saudara lainnya.

Kekuasaan Zhou Barat

Pada Dinasti Zhou Barat, masyarakat masih terdiri dari kaum bangsawan, kampungan, dan budak, tetapi juga ditandai dengan sifat hierarki. Bangsawan saat itu terdiri dari raja, pangeran, menteri, dan lainnya. Raja dari Dinasti Zhou, juga disebut “Anak Langit” atau “Anak Tuhan” (Tianzi), menggunakan kekuatan tertinggi dari Tuhan, kecuali Royal Demesne, semua tanah dan budak lainnya diberikan kepada keturunan Klan Zhou (dengan nama keluarga termasuk Ji dan Jiang). “PrivateProperties” (Sijia) oftheprces. Seperti kita, theking, pangeran, dan bahkan menteri dari seluruh hierarki terikat oleh hubungan darah klan.

Bagian barat Dinasti Zhou berhasil di serang suku barbar Xirong yang membunuh banyak dari keturunan dari Daluo yang menguasai Qin. Pada kali itu Qin di pimpin oleh seorang Kaisar yang bernama Qin Zhong yang pada akhirnya terbunuh.

Kelima putra Qin Zhong tidak terima atas kematian ayahnya, pada suatu ketika kelima putra Qin Zhong dengan di pimpin oleh kakak tertuanya mencoba balas dendam dan berjuang mengalahkan suku Xirong dengan 7000 tentara pinjaman dari Dinasti Zhou.

Tidak butuh waktu lama putra tertua dari Qin Zhong dengan gelar (Zhuanggong) menggantikan kedudukan ayahnya. Dalam masa pemerintahannya ia berjuang keras untuk bisa memakmurkan negeri Qin kembali dan alhasil ia mampu melakukan itu semua dan berhasil mengamankan wilayah Barat kerajaan dan menerima gelar Xichui Dafu (Penguasa Agung Wilayah Paling Barat).

Ji Fa berhasil menggulingkan Dinasti Shang dan menaiki tahta dengan gelar Wuwang. Kemudian Ji Fa menikah dengan putrinya Jiang Ziya yang telah membantu menggulingkan rezim Shang serta memberi Jiang sebuah negeri yang bernama Qi. Negeri Qi di pimpin oleh keturunan Jiang sampai terjadi perebutan kekuasaan dengan keluarga Tian.

Setelah 2 tahun memerintah dan berhasil menaklukkan Shang, Wuwang wafat dalam usia 93 tahun, kemudian di gantikan oleh putranya Ji Song dan mendapat gelar Chengwang kurang lebih (1115-1078 SM). Dikarenakan usianya masih muda, Zhougong juga sering di sebut sebagai Bangsawan Penguasa Zhou dan yang menjadi walinya adalah saudara Wuwang.

Dengan di angkatnya saudaranya itu menyebabkan munculnya rasa iri hati saudara-saudara Wuwang lainnya, karena mereka juga merasa berhak untuk mendapatkan kekuasaan tersebut. Hingga pada akhirnya Zhougong di kabarkan hendak merebut tahta tersebut. Zhougung adalah seseorang yang bijaksana, sehingga dia tidak menghiraukan hal tersebut dan tidak pula berusaha untuk membela dirinya. Zhougung segera melepaskan jabatannya dan kembali ke negeri asalnya yaitu Lu (Tani Putra, I, 2008)

Di bawah aristokrasi, ada kelas kampungan yang dikenal sebagai orang merdeka. Mereka disebut “Orang Guo” (Guoren) dalam merujuk pada nama kota tempat mereka tinggal dan pinggirannya. Orang-orang ini harus mendaftar untuk dinas militer selama masa perang dan melakukan tindakan kerja seperti membangun istana atau pekerjaan umum.

Namun, mereka berhak untuk berpartisipasi dalam urusan negara. Kelompok ini, bersama dengan para pedagang dan pengrajin, mewakili kaum kampungan pada masa itu dan membentuk sebuah kelas penting dan bahkan mayoritas penduduk sipil. Mereka juga ditarik ke dalam konflik dengan tearistokrasi yang akhirnya mengakibatkan mereka melakukan pemberontakan selama Dinasti Zhou Barat.

Selain itu, penduduk tanpa judul (shuren) juga hadir dalam masyarakat Dinasti Zhou Barat. Mereka mengabdikan diri pada pekerjaan pertanian, mengolah tanah publik, dan berbagai bentuk perbudakan. Mereka tentunya tidak seperti budak karena mereka memiliki tanah dan terlibat dalam produksi pertanian. Panen yang dipetik dari ladang mereka sendiri adalah milik mereka. Saat itu, kelas ini relatif besar (Zhang Q, 2013)

Kembali pada pelarian Liwang, setelah ia melarikan diri dan tak kembali, pemerintahan Dinasti Zhou dipegang oleh Bangsawan Zhao. Pada tahun ke 14 pemerintahan Bangsawan Zhao di kabarkan bahwa Liwang wafat di Zhi kemudian Jing di angkat sebagai penguasa baru dengan gelar Xuanwang (827-782 SM). Kaisar Xuanwang menginginkan agar Dinasti Zhou bisa tumbuh kembali sebagai Dinasti yang berjaya.

Dalam usaha pertama kalinya ini Xuanwang di bantu oleh Bangsawan Zhao. Sejak masa kepemimpinan Xuanwang para raja bawahan yang dulunya enggan untuk datang ke Dinasti Zhou, sekarang sudah mulai berdatangan untuk kembali memberikan rasa hormat dan dukungan yang semestinya di berikan kepada Dinasti Zhou. Ternyata Xuanwang hanya sadar pada sesaat saja, ia memiliki sifat yang tidak jauh beda dengan ayahnya.

Di buktikan di akhir pemerintahannya, Xuanwang mulai bertindak sewenang-wenang salah satunya yaitu sifat kejam nya ketika membunuh menteri yang bernama Dubo. Legenda mengatakan bahwa 3 tahun setelah peristiwa pembunuhan itu, ia di bunuh oleh anak panah yang di tembakkan oleh hanyu penasaran Dubo (Tani Putra, I, 2008:83).

Xuanwang di gantikan oleh Ji Gongnie yang bergelar Youwang (781-771 SM). Ia bukan merupakan raja yang bijaksana. Di tahun ke3 pemerintahnnya ia Youwang mendapatkan permaisuri baru bernama Baoshi (konon tidak pernah tertawa). Ayah permaisuri yang lama bernama Shenhou menyerang Dinasti Zhou dengan dibantu oleh suku Quanrong (keturunan Yu pendiri dinasti Xia) dan suku barbar Yi.

Ketika serangan semakin memanas. Raja bawahan enggan untuk datang dan membantu kaisar, karena mereka ingat bahwa sebelumnya telah di permainkan oleh Kaisar dan permasurinya. Pada abad ke- 8 dan ke- 9 BC kekuasaan Chou Barat semakin merosot; kerajaan Chou terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Raja terakhir Chou Barat ialah Yu Wang yang lemah tapi kejam.

Pada masa Yu Wang inilah Chou Barat mengalami keruntuhan. Youwang akhirnya terbunuh di penyerangan tersebut dan hal inilah yang menjadi penanda berakhirnya babakan sejarah Dinasti Zhou Barat. Setelah Yu Wang, tampilah P’ing yang kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke timur, maka mulailah masa Chou Timur(Tani Putra, I, 2008:8).

Kekuasaan Zhou Timur

Setelah ping memerintah, maka ibukota dipindahkan dari Chang An ke Luoyi atau Loyang pada tahun 770 SM Munculnya Dinasti Zhou Timur sebagai penanda di mulainya zaman Musim Semi dan Musim Gugur. Karena Haojing terletak di barat dan Luoyi di timur dan dengan ini disebut bahwa era pemerintahan Zhou dengan ibu kota Haojing sebagai periode Zhou Barat, sedangkan era pemerintahan Zhou setelah pindah ke ibu kota baru Luoyi sebagai periode Zhou Timur. Perpindahan ibukota ini dimaksudkan untuk menghindari serangan dari bangsa barbar.

Bagaimanapun setelah Chou Barat mengalami keruntuhan, Chou Timur tidak mengalami kebesaran bahkan sebaliknya semakin merosot. Pada masa ini kekuasaan daerah makin besar, walaupun kekuasaan pusat masih diakui. Dengan demikian pada masa Chou Timur ini terjadi perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat, yakni: Meningkatnya kedudukan para pedagang, Naiknya kedudukan para penguasa daerah, sedang lain pihak merosotnya kekuasaan pemerintah pusat.

Di masa itu kemudian terjadi perebutan antar vasal, sebab pada masa itu di Cina terdapat banyak vasal seperti Ch’i, Ch’u, Ch’in, Po, Sang, Yen dan Chou sendiri sebagai pemerintah pusat. Perubahan sosial di Cina terus berlangsung seperti feodalisme mengalami kehancuran, dan muncul ide-ide baru di dalam bidang filsafat.

Negara vasal yang kuat menyerang yang lemah, masing-masing saling memperkuat diri, maka teknik organisasi dan kemiliteran semakin maju. Dalam kondisi yang demikian dapat dinamakan masa permulaan dari zaman : “The Independent and Contending States” dan sesudah itu (403 BC) merupakan masa “ The Warring States”.

Bagaimanapun setelah Chou Barat mengalami keruntuhan, Zhou timur tidak mengalami peningkatan kejayaan bahkan sebaliknya semakin merosot.

Adapun Kaisar-Kaisar yang memerintah sejak masa dinasti Zhou Timur, Pingwang memberi janji kepada penguasa Qin bahwa dia akan memberi daerah Feng dan Qishan. Syaratnya adalah penguasa Qin harus bisa menghancurkan suku Quanrong. Dan rencana berhasil Kaisar Pingwang memberikan gelar Xianggong pada raja raja Qin yang bernama Ying Kai (777-786).

Raja muda Xianggong wafat ditahun 786 SM setelah kalah melawan suku barbar Rong di Qishan. Kemudian digantikan oleh Wengong (765-716). Setelah selama 13 tahun memimpin Wengong berkeinginan hendak menyerang suku Rong dan merebut kembali wilayah Zhou. (Taniputera, I. 2008: 84).

Kaisar Pingwang wafat bersamaan dengan putranya yang bernama Xiefu. Pengganti Kaisar adalah cucunya yaitu Ji Lin (Huanwang 719-697 SM). Kemudian Zhuanggong berkunjung namun Kaisar tidak menjamunya. Karena merasa marah Zhuanggong memindahkan letak kuil pemujaan kerajaan di Xutian tanpa seizing kaisar Huanwang pada tahun kelima pemerintahannya. Kaisar balik menyerang negeri Zheng dan mengalami kekalahan.

Atas kekalahan ini kaisar kehilangan karismanya, karena harusnya seorang Kaisar tidak bisa dikalahkan oleh rakyat mapun bawahannya. Pertempuran ini disebut dengan (Pertemuran Ruge 70 SM). Dan ini menjadi penanda bahwa Dinasti Zhou kehilangan keagungannya.

Pengganti Huanwang adalah Ji Tuo dan bergelar Zhuangwang (696-682 SM). Bangsawan Heijan berkeinginan hendak membunuh Kisar dan menggantikannya dengan pangeran Ke, namun seseorang telah membocorkan rencana tersebut, pada akhirnya kaisar bergegas untuk bertindak membunuh Bangsawan Heijen. (Taniputera, I. 2008: 85).

Ji Huqi dengan gelar (Xiwang) adalah pengganti Zhuangwang. Ji Huqi memimpin pada (681-677 SM). Di perkirakan ia dapat membawa Dinasti Zhou semakin membaik, hal ini di buktikan dengan semakin meningkatnya kekuasaan negara-negara bagian.

Sementara Raja Qi berusaha meningkatkan kekayaan negara dengan cara memungut pajak dari hasil prostitusi. Sedangkan pada tahun 679 SM, Bangsawan bernama Minhou dari negeri Jin di bunuh Quwo Wugong. Kemudian Kaisar Xiwang menyerahkan jabatan bangsawan negeri Jin padanya. Tidak lama raja Qin wafat bersama 66 orang ikut dikubur hidup-hidup bersamanya.

Kemudian yang menjadi Kaisar Zhou adalah Ji Lang (Huiwang) 676-652 SM. Ji Lang memiliki seorang paman yang licik bernama Tui. Ia berusaha memberontak terhadap Dinasti Zhou. Kemudian Huiwang mencari perlindungan ke negeri Zheng. Raja Zheng yang bernama Ligong memiliki sifat yang bijaksana dan baik hati, suatu ketika Ligong beserta Bangsawan Guo membantu kaisar membunuh Tui serta memulihkan kekuasaannya.

Ji Zhanng (Xiangwang 651-619 SM) menggantikan Huiwang. Di tahun ke3 pemerintahannya, Shudai saudara kaisar bekerjasama dengan suku barbar untuk meyerang Dinasti Zhou. Penerus Xiangwang bernama Ji Renchen (Qingwang 618613).

Di perkirakan ia tidak bisa meredakan pertempuran antar negara bagian. Kaisar Qingwang meninggal pada tahun 613 SM dan sebagai penggantinya adalah Ji Ban dengan gelar (Kuangwang) 612-607 SM. Kuangwang di gantikan saudaranya sendiri yang bernama Ji Yu (Dingwang 606-586 SM).

Raja muda Chu Zhuangwang meminta 9 bejana perunggu yang menjadi pusaka Dinasti Zhou, mendengar hal itu Kaisar Dingwang segera mengutus menteri bernama Wangsun Man untuk menghalangi perampasan benda pusaka itu.

Pengganti Ji Yu adalah Ji Yi (Jianwang 585-572 SM). Pada masa ini negeri Jin, Qin dan Zheng saling berperang. Kaisar yang selanjutnya adalah Ji Xiexin (Lingwang 571-545 SM). Pada masa kepemimpinan nya Konfusis terlahir di negeri Lu (551 SM). Selain itu juga terjadi peristiwa penting yaitu pecahnya pertempuran antara Negeri Jin dan Qi, kemudian Lingwang di gantikan Ji Gui (Jingwang I 544520 SM).

Pangeran Negerei Chu menginginkan dirinya menjadi raja muda, akhirnya dia membunuh ayahnya dan menjadikan dirinya raja bergelar Chu Lingwang (540-529 SM). Setelah kematian kaisar, ketiga pangeran saling memperebutkan tahta. Ketiga pangeran itu bernama Meng, Zichao,Gai. Meng di bunuh oleh Zichao.

Pada dasarnya Negeri Jin tidak suka dengan Zichao,akhirnya dia di serbu oleh tentara dan melarikan diri ke Chu. Kemudian diangkatlah Pangeran Gai sebagai Kaisar Jingwang II (519-477 SM). (Taniputera, I. 2008: 87).

Setelah pangeran Gai menjadi Kaisar, pangeran Zichao merasa tidak terima. Maka dari itu pangeran Zichao melakukan penyerangan kepada Kaisar Gai. Karena pengeran Zichao memberontak akhirnya di berilah dia jabatan sebagai menteri.

Namun itu semua tidak dapat mengakhiri pemberontakan Zichao kepada kaisar. Hingga pada tahun ke 16 masa pemerintahan Gai, Zichao kembali menyerang hingga Kaisar Gai melarikan diri ke Jin dan tidak mau kembali ke Istana. Ketika pasukan Jin datang ke istana, dengan sangat terpaksa pangeran Zichao melarikan diri ke Chu lagi.

Dengan adanya peristiwa ini maka Kaisar Jingwang II memindahkan ibukotanya ke Chengzhou. Setelah itu Jingwang II wafat dan di ganti oleh Ji Ren (Yuanwang 476-469 SM). Pada masa inilah di mulailah Perang Antar Negeri (Zhanguo). Kaisar Yuanwang tidak memerintah terlalu lama (8 tahun).

Sepeninggalannya Yuanwang penggantinya adalah Ji Jie dengan gelar (Zhendingwang) 468-441 SM). Pada tahun 444 SM Raja Qin (Ligong) kembali melakukan kampanye militer terhadap suku barbar Yiqu-rong. Setahun setelah kejadian itu datanglah gerhana matahari sebagai penanda wafatnya Raja Qin Ligong, kemudian di gantikan oleh Qin Zaogong. (Taniputera, I. 2008: 88).

Kaisar yang selanjutnya adalah Ji Wu (Weiliewang) 425-402 SM). Pada masa ini terjadi peristiwa yang aneh yaitu bergetarnya kesembilan bejana perunggu (harta pusaka kerajaan). Peristiwa penting lainnya yaitu terbunuhnya Raja Chu Shengwang (Penguasa Negara Chu) oleh perampok, kemudian kaisar juga wafat. Kaisar yang selanjutnya adalah Ji Jiao (Anwang 401-376 SM).

Setelah memerintah selama 25 tahun kaisar mangkat dan di gantikan oleh Ji Xi (Liewang 375-365 SM). Setelah pemerintahan berjalan Ji Xie mengirim utusan sipil kepada Negeri Qin sebagai tanda persahabatan. Raja Qin Xiagong mengatakan kepada pencatat sejarah yang menemuinya bahwa Qin dan Zhou di takdirkan untuk bersatu. Liewang wafat setelah memerintah kurang lebih 10 tahun, sebagai penggantinya adalah saudaranya yaitu Ji Bian yang bergelar (Xianwang 368-321 SM) (Taniputera, I. 2008: 89).

Dalam jangka waktu 4 tahun kaisar kembali mengirimkan duta sipil. Shang Yang merupakan ahli administrasi yang beraliran legalisme datang ke Istana Qin pada tahun 361 SM. Shang Yang adalah seseorang yang bisa dan mampu menyatukan seluruh China di masa yang akan datang. Qin merupakan negara yang kuat pada kala itu hingga tak segan-segannya menunjukkan kekuatan dengan car mengumpulkan seluruh raja bawahan dinasti Zhou. Qin berhasil menjadi negara sebagai pemegang Hegemoni pada kala itu.

Kini tinggal 6 negara yang tersisa, negara tersebut hendak melakukan aliansi untuk menyerang Qin. Namun itu semua tidak berhasil di lakukan, karena Qin adalah Negara yang kuat. Hingga pada akhirnya tersisa 7 Negara bagian yang terkuat yaitu (Qin, Wei, Han, Zhao, Yan, Chu, dan Qi). Kini penguasa dinasti Zhou hanya memiliki kekuasaan sebatas 7 Negara saja.

Biodata Penulis

NamaWeny Widya Denispratiwi
Emailwenywidyadenispratiwi@gmail.com
AlamatJl Ikan Tongkol No 32 A Kec Mayangan Kel Mayangan, Kota Probolinggo Jawa Timur
No Hp085257123608
PTNUniversitas Jember, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Pendidikan Sejarah

Pos terkait