Cerita kisah Nabi Muhamad SAW

Sejarah Negara Com – Nabi Muhammad lahir di Mekkah hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah atau 570 Masehi. Disebut Tahun Gajah karena pada tahun tersebut, Abrahah Gubernur Yaman mencoba menyerang Mekkah dan menghancurkan Ka’bah dengan tentara berkendaraan gajah.

Beliau berasal dari lingkungan keluarga termulia di kalangan bangsa Arab, yaitu suku Quraisy. Suku tersebut adalah kabilah Arab yang terhormat dan termulia.

Bacaan Lainnya

Ayah Nabi Muhammad bernama Abdullah dari keturunan Bani Muthalib sedangkan ibunya bernama Aminah dari keturunan Bani Hasyim. Kedua suku ini masih berhubungan darah, karena keduanya berasal dari keturunan Nabi Ismail ibn Ibrahim. Jadi, Nabi Muhammad sendiri adalah keturunan dari Nabi-nabi.

Pada hari ketujuh kelahiran Muhammad kecil kakeknya Abdul Muthalib minta disembelihkan unta. Hal ini kemudian dilakukan dengan mengundang masyarakat Quraisy untuk makan malam, dan pada kesempatan itu pula, beliau memberikan nama Muhammad kepada bayi yang baru lahir tersebut.

Di antara para tamu yang hadir di situ bertanya kepadanya, mengapa ia meninggalkan nama keturunannya dan memilih satu nama baru, yang tidak lazim dipakai orang Arab untuk cucunya itu?

Mak jawabnya: “Saya harap mudah-mudahan ia menjadi orang yang terpuji di langit pada sisi Allah dan terpuji di bumi pada sisi makhluk”. Sebab kata-kata Muhammad, menurut arti bahasanya ialah yang terpuji.

Doa dan harapan Abdul Muthalib itu ternyata kemudian terkabul. Nabi Muhammad adalah orang yang berakhlak mulia dan terpuji, sehingga kelak beliau diberi gelar “Al Amin”, yang artinya orang yang dapat dipercaya.

Kisah Nabi Muhamad masa kecil

Ayah Muhammad Abdullah ibn Abdu Muthalib, wafat ketika beliau masih berada dalam kandungan ibunya. Ketika usianya baru mencapai 6 tahun wafat pula ibunya Aminah binti Abdul Wahab. Dengan demikian Muhammad sejak kecil telah merasakan kepahitan hidup tanpa kasih sayang orang tua.

Sejak beliau menjadi yatim piatu, kehidupan selanjutnya ditanggung oleh kakeknya Abdul Muthalib. Tetapi, kakeknyapun hanya sebentar menjadi tempat sandarannya, karena sang kakekpun wafat ketika Muhammad menginjak usia 8 tahun. Selanjutnya beliau diasuh oleh pamannya Abu Thalib hingga dewasa.

Sesuai dengan tradisi dan adat istiadat di negeri Arab, ketika itu, Muhammad diserahkan kepada seorang perempuan dusun yang bernama Halimah Sa’diyah untuk disusukan selama 2 tahun. Selama jangka waktu tersebut, Muhammad tinggal bersama-sama orang dusun, menghirup udara yang masih segar dan bersih. Selama mengasuhnya, Halimah mendapat rezeki yang melimpah atas keberkatan merawat seorang calon nabi.

Pada masa kecil kurang lebih 5 tahun Muhammad telah dibentuk kepribadiannya dengan sifat-sifat yang maksum antara lain dikisahkan sewaktu sedang bermain dengan kawan-kawan sebayanya terjadi suatu peristiwa: Allah mengutus Malaikat Jibril turun ke bumi untuk melakukan penyempurnaan pada diri Nabi.

Dalam suatu riwayat dikisahkan ketika turun Malaikat Jibril angin bertiup sangat keras membersihkan bumi di tempat turunnya. Ditangkaplah Muhammad kecil lalu dibelah dadanya, dibersihkan dari segala noda dan cela, kemudian diisilah dengan sifat-sifat kearifan, ketabahan dan keadilan.

Ketika saudara sesusunya yang ikut bermain bersama Muhammad melihat kedatangan seseorang yang menangkap dan mengoperasinya, lari melaporkan kejadian tersebut kepada Halimah Sa’diyah. Ia merasa cemas dan takut dan langsung mengembalikan Muhammad kepada ibunya, ia takut apabila akan mendapat musibah lagi.

Nabi Muhamad masa dewasa

Menginjak usia dewasa, beberapa kali Muhammad diajak oleh pamannya Abu Thalib untuk berniaga ke beberapa negeri seperti Habasyah, Syam dan lain-lain. Beliau banyak belajar tentang teori dagang dan beberapa teori ekonomi lainnya dari pamannya sendiri. Kesempatan baik yang demikian ternyata tidak disia-siakan olehnya. Hal ini terlihat dalam prakteknya ketika membantu pamannya berdagang.

Sampai pada suatu kesempatan, Khadijah mendengar tentang seorang yang pandai berdagang dan jujur. Khadijah adalah seorang janda yang dihormati oleh masyarakat karena sikapnya yang dermawan, murah hati dan hartanya yang melimpah ruah.

Kemudian beliau memanggil orang tersebut yang tak lain adalah Muhammad dan diserahkan tugas untuk meniagakan barang-barang dagangannya ke Syam. Sepulang Muhammad dari Syam, Khadijah mendapat keuntungan yang banyak dari barang dagangan yang dibawa Muhammad. Untuk selanjutnya, Muhammad menjadi orang kepercayaan Khadijah dalam meniagakan barang-barang dagangannya.

Pada usia 25 tahun, Muhammad menikah dengan dengan Khadijah yang bernama lengkap Siti Khadijah, karena Khadijah tertarik akan pribadi dan sifat Muhammad yang baik.

Nabi Muhamad mendapat wahyu Allah

Pada usianya yang ke-40, Nabi mulai memperoleh wahyu untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Perjuangan menyebarkan agama Islam membutuhkan dana yang banyak sekali. Khadijah tidak segan-segan memberikan hartanya untuk dipergunakan oleh suaminya, bahkan Khadaijah inilah orang yang pertama-tama beriman kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad.

Pengertian dan bantuan yang diberikan oleh Khadijah untuk suaminya dalam menyebarkan agama Islam demikian ikhlas, sehingga memang pantas jika kemudian diberikan gelar dan kedudukan kepadanya sebagai ‘ummul mu’miniin.

Orang yang pertama beriman dan memeluk agama Islam ialah Siti Khadijah. Kemudian masuk Islam pula Ali yang baru berumur 10 tahun. Seterusnya disusul oleh Zaid bin Haritsah (pembantu rumah tangga Nabi), dan Abu Bakar. Dari kalangan hamba yang pertama kali memeluk Islam adalah Bilal bin Abi Rabal Al-Habsyi.

Jadi, nabi memulai penyebaran Islam kepada kalangan keluarga terdekat. Ajakan Nabi Muhammad semacam ini bukan tidak beralasan, beliau menyadari bahwa seruannya pada Islam akan menghadapi tantangan yang hebat dari orang Arab. Selain itu, kita mengetahui bahwa orang Arab pada waktu itu sangat kuat ikatan kesukuannya.

Untuk menghadapi itu semua nabi berdakwah mula-mula kepada kaum kerabatnya sendiri. Ikatan kekeluargaan akan lebih mudahkan beliau untuk menghadapi tantangan dari pihak kaum musyrikin Arab waktu itu.

Lewat ajakan Abu Bakar, maka masuk Islam pula Usman bin Affan, Abdurrahman bin Aur, Talhah bin Ubaidah, Sa’ad bin Abi.

Seperti dalam firman Allah dalam Surat Al-Insyirah ayat 1 – 8 yang artinya sebagai berikut:

  1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?
  2. Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu.
  3. Yang memberatkan punggungmu?
  4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu.
  5. Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
  6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
  7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
  8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

Silahkan baca juga:

Pos terkait