Kisah Columbus dan tongkat api

Sejarah Negara Com – “Mereka itu begitu penurut dan sikapnya penuh kedamaian,” begitu tulis Columbus kepada Raja dan ratu Spanyol tentang suku Indian. Saya berani bersumpah ke hadapan paduka, di dunia ini tidak ada bangsa yang sebaik mereka. Orang-orang ini amat mencintai tetangganya, sikapnya begitu manis dan lembut, walau tubuhnya telanjang tak berpakaian, namun tindak tanduknya terpuji sekali.

Namun, sejak itu pula (1492), mulailah orang Eropa ini memanfaatkan kelemahan budaya pribumi yang nantinya disebut orang Indian tersebut. Orang asli ini dianggap kafir dan penyembah berhala. Mereka harus diselamatkan bangsa Eropa, pribumi ini harus menerima ajaran dan budaya Eropa.

Bacaan Lainnya
Christophorus Columbus
Christophorus Columbus

Hal ini terbukti sekitar 4 abad kemudian (1890), beberapa juta orang Eropa dan keturunannya betul-betul memaksakan gaya dan cara hidup mereka terhadap orang Indian, demi membangun suatu Dunia Baru di Amerika.

Untuk menguatkan isi suratnya kepada pasangan paduka Spanyol itu, Columbus kemudian menculik 10 kawan baiknya dan diboyong ke Spanyol. Tujuannya agar 10 orang Taino dapat diajarkan budaya putih di Spanyol, juga Spanyol berkehendak menjadi bangsa Eropa pertama yang berhasil membudayakan bangsa di benua baru yang belum beragama.

Baca juga: Kisah perjalanan Columbus

Bagi orang Taino dan Arawak sendiri, sebetulnya mereka tak menolak ketika diperkenalkan dengan agama pendatang itu, namun mereka mulai menolak dan bersikeras tak mau menurut ketika kawanan manusia berjanggut kebat itu mengacak-acak perkampungan kecilnya, lalu mencari dan menjarah segala perhiasan emas dan batu manikam pusakanya.

Pendatang yang unggul bersenjata parang baja panjang dan tongkat api itu, kian lama makin merajalela saja. Selain merampas harta pusaka, pendatang ini pun menggarong dan membakar kampung demi kampung, kemudian menangkap ratusan lelaki, wanita dan anak-anak pribumi dan mengirimnya ke Eropa, sebagai budak belian.

Hanya selang 10 tahun setelah Columbus tiba di San Salvador (12 Oktober 1492), jumlah ribuan orang Arawak itu makin menyusut hampir punah. Namun sejak saat itu pula orang Arawak tahu manfaat pedang panjang dan senjata api yang sempat dijarah dari orang Spanyol.

Pos terkait