Peranan ulama proses awal perkembangan Islam di Indonesia

Peranan ulama proses awal perkembangan Islam di Indonesia – Ulama artinya orang yang ahli dalam hal pengetahuan agama Islam. Banyak ulama yang berperan menyebarkan agama Islam di Nusantara.

Ulama-ulama tersebut ada yang berasal dari negeri asing yang kedatangannuya ikut bersama para pedagang, tetapi tidak sedikit ualama dalam negeri yang ikut giat mengembangkan ajaran Islam ke seluruh pelosok nusantara.

Bacaan Lainnya

Di pulau Jawa, muncul sebuah dewan dakwah wali yang dikenal sebagai Wali Songo (wali sembilan). Istilah wali diletakkan kepada kepribadian dan perjuangan dakwah seseorang yang membuatnya dikasihi Allah.

Peranan Walisongo

Selain itu, sebutan wali juga ditujukan kepada orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Adapun peranan para wali ini antara lain sebagai berikut :  

  1. Menjadi guru agama atau mubaligh yang bertugas menyiarkan agama Islam, dengan cara mendirikan masjid dan pondok pesantern.
  2. Penasihat raja, bahkan ada yang sekaligus menjadi raja dan ahli siasat perang.
  3. Menjadi panutan masyarakat atau tokoh agama,
  4. Memberi doa restu atau memimpin ibadah dan upacara.
  5. Sebagai pengembang kebudayaan setempat yang disesuaikan dengan kebudayaan Islam.

Nama-Nama Wali Songo

Seperti nama sanga dalam bahasa Jawa artinya sembilan (9), walisanga terdiri dari sembilan orang. Adapun nama-nama Wali 9 tersebut sebagai berikut :

1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim/Maulana Magribi)

Sunan Gresik berasal dari Persia. Gerakan dakwahnya berpusat di Gresik, Jawa Timur. Dalam menyebarkan Islam, ia tidak menentang adat-istiadat setempat yaitu agama Hindu dan Buddha.

2. Sunan Ampel (Raden Rakhmat)

Sunan Ampel adalah keturunan bangsawan yang berasal dari Campa dan berkedudukan di Ngampi, Surabaya. Beliau mendirikan pondok pesantren Ampel Denta. Beliau termasuk salah seorang yang merencanakan berdirinya Kerajaan Demak.

3. Sunan Bonang (Maulana Makhdum Ibrahim)

Seperti namanya, bonang adalah nama salah satu alat musik gamelan, beliau menyebarkan agama Islam melalui budaya, karena ia bisa memainkan instrumen gamelan dengan baik. Sang Sunan aktif menyebarkan Islam di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur (Tuban dan sekitarnya).

4. Sunan Giri (Raden Paku)

Sunan Giri adalah keturunan dari seorang putri kerajaan Blambangan dan merupakan murid dari Sunan Ampel. Sunan Giri aktif menyebarkan agama Islam di Jawa Timur, Lombok, Makasar, dan Maluku. Beliau mendirikan pondok pesantren Prabu Giri Satmaka, di Gresik. Dalam menyebarkan Islam, beliau menciptakan lagu-lagu dolanan yang bernafaskan Islam, seperti : Cublak-cublak Suweng dan Lir-ilir.

5. Sunan Drajat (Syarifudin)

Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel. Beliau menyebarkan Islam dengan cara berbuat amal, memberi kepada yang menderita dan anak yatim-piatu. Dengan cara tersebut agama Islam dapat diterima oleh masyarakat dengan senang hati. Sunan Drajat menyiarkan agama ini di Jawa Timur bagian utara (Sedayu).

6. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said)

Sunan Kalijaga menyampaikan dakwah dengan sasaran golongan petani dan buruh. Sang Sunan mengadakan dakwah keliling ke luar kota Demak. Sarana dakwah yang digunakan berupa pertunjukan wayang kulit.

Alur cerita dan tokoh wayang, serta beberapa benda pusaka digantikannya dengan unsur-unsur Islam, seperti penyebutan senjata Kalimasada yang maksudnya adalah kalimat syahadat.

Masyarakat yang menonton pertunjukan wayang kulit dapat menerima ajaran Islam tanpa ada unsur paksaan. Sehingga tak heran jika kesenian wayang kulit masih manjadi kesenian daerah (Jawa Tengah khusunya) yang banyak diminati sampai ke mancanegara, terlihat banyaknya orang luar negeri yang mempelajari kesenian ini.

Baca selengkapnya: Sunan Kalijaga ahli dalam berbagai bidang seni

7. Sunan Kudus (Ja’far Sodiq)

Sunan Kudus menguasai berbagai ilmu tauhid (ke-Esaan Allah), ilmu fisik (hukum), dan berbagai ilmu agama Islam lainnya. Ia mendapat kepercayaan dari keseultanan Demak untuk menjabat sebagai hakim tinggi dan panglima militer.

8. Sunan Muria (Raden Umar Said)

Sunan Muria merupakan guru tasawuf yang dikenal pendiam, tetapi sangat tajam fatwanya. Beliau tinggal di tempat yang sunyi, terpencil, dan jauh dari keramaian, yakni di kaki Gunung Muria. Maka dari itu ia populer dengan panggilan Sunan Muria.

Beliau seringkali menyampaikan dakwah kepada masyarakat dari kalangan bawah, seperti petani, pedagang, dan nelayan. Beliau juga seorang wali yang menyukai seni. Beberapa lagu macapat bernuansa Islami diciptakannya, seperti Sinom dan Kinanti.

9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Sunan Gunung Jati terlahir sebagai Syarif Hidayat pada tahun 1448 M. Sesudah selesai belajar dan mengunjungi banyak negara, beliau pulang ke Cirebon dan menetap di sebuah bukit dekat Muara Jati. Selama hidupnya, beliau telah mengukuhkan kekuatan agama Islam di Jawa bagian barat. Syarif Hidayat wafat pada tahun 1568 M dan dimakamkan di Desa Astana, Gunung Sembung.

Bagi anda yang mungkin ingin mengetahui lebih jauh kisah para wail atau Wali Sanga, silahkan lihat: Sejarah Wali Songo

Nama-nama Wali lokal

Selain Walisongo yang mempunyai pengaruh luas, masyarakat mengenal pula beberapa wali lokal yang hanya terkenal di tempatnya. Mereka ini antara lain sebagai berikut:

  1. Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang di Demak. Konon ia dijatuhi hukuman mati oleh Lembaga Permusyawaratan Walisanga karena dituduh menyebarkan ajaran yang menyesatkan masyarakat. Mengapa beliau dihukum mati? Silahkan baca selengkapnya di artikel Islami: Mengapa Syekh Siti Jenar dianggap sesat
  2. Sunan Geseng dan kawan-kawan yang dimakamkan di Tirta, Magelang, Jawa Tengah.
  3. Sunan Tembayat dari daerah Bayat Klaten, yang semula menjabat sebagai bupati di Semarang dengan nama Ki Pandanarang.
  4. Sunan Panggung, putra Sunan Binang yang menyiarkan Islam di Tegal, Jawa Tengah.
  5. Syekh Abdul Muhyi di Pamijahan, Tasikmalaya.
  6. Syekh Abdurrauf Al Fanhury di Singkil, Aceh.
  7. Syekh Yusuf di Banten, Jawa Barat.
  8. Syekh Burhanuddin di Ulakan, Minangkabau, Sumatra.

Para wali lokal atau ulama tersebut telah berjasa menempa ilmu agama Islam di masjid, pesantren, dan madrasah di daerahnya. Mereka tidak memberikan pendidikan dengan perkataan dan atau penjelasan saja, melainkan juga melalui perbuatan yang dapat dijadikan teladan masyarakat.

Nama Para Pemikir Islam

Di samping wali lokal atau ulama, muncul pula para pemikir Islam yang berjasa menyebarkan, membina, dan mengembangkan syariat dan budaya Islam Sumbangan mereka yang berharga bagi perkembangan agama Islam di tanah air berupa karya-karya tulis.

Berikut beberapa pemikir Islam:

  1. Hamzah Fansuri, dengan karyanya yang terkenal berjudul Syair Perahu.
  2. Nuruddin ar-Raniri, dengan karyanya yang terkenal pula berjudul Bustanus Salatin (Taman raja-raja).
  3. Bukhari al-Jauhari, dengan karya terkenalnya berjudul Tajus Salatin (Mahkota raja-raja)

Demikian sejarah peranan ulama dalam perkembangan Islam di Indonesia, semoga menjadi catatan sejarah Islam di Indonesia.

Pos terkait