Kemunduran dan kehancuran Islam Spanyol

Kemunduran dan kehancuran Islam Spanyol – Suatu kebudayaan tentu akan mengalami pasang surut sebagaimana berputarnya sebuah roda, kadang di atas kadang di bawah. Hal ini tentu telah menjadi hukum alam. Demikian juga dengan kekuasaan sebuah imperium, satu saat  di muncul, berkembang pesat, lalu jatuh dan hilang. Begitu pula dengan kebudayaan zaman Islam di Spanyol.

Kekuasaan Islam di Spanyol telah banyak memberikan sumbangan yang tak ternilai harganya bagi peradaban dunia saat ini. Tetapi imperium yang begitu besar akhirnya mengalami nasib yang sangat memilukan.

Bacaan Lainnya

Ada beberapa faktor penyebab kemunduran yang akhirnya dan kehancuran Islam di Spanyol. Selengkapnya sebagai berikut:

Munculnya khalifah-khalifah yang lemah

Masa kejayaan Islam di Spanyol dimulai dari periode Abd. Rahman III yang kemudian dilanjutkan oleh putranya, yaitu Hakam. Sang penguasa cinta ilmu pengetahuan dan kolektor buku serta pendiri perpustakaan (K.Ali, 1981: 311).

Pada masa kedua penguasa tersebut, keadaan politik dan ekonomi mengalami puncak kejayaan dan kestabilan.

Namun, keadaan negara yang stabil dan penuh kemajuan ini tidak bertahan lagi setelah Hakam II wafat dan digantikan oleh Hisyam II yang baru berusia 11 tahun (K. Ali, 1981: 311). Dalam usia yang sangat muda ini, ia diharuskan memikul tanggung jawab yang amat besar.

Karena tidak mampu mengendalikan roda pemerintahan, jalannya pemerintahan dikendalikan oleh ibunya dengan dibantu oleh Muhammad Ibn Abi Umat yang bergelar Hajib Al-Mansur yang ambisius dan haus kekuasaan.

Sejak itulah, khalifah hanya dijadikan sebagai boneka oleh Al-Mansur dan para penggantinya.   Ketika Al-Mansur wafat, ia diganti oleh anaknya, yaitu Abd. Malik Al-Muzaffar dan pengganti Al-Muzaffar adalah Abd. Rahman, seorang penguasa yang tidak punya kecakapan, gemar berfoya-foya. Ia tidak disenangi rakyatnya, sehingga negara menjadi tidak stabil dan lambat laun mengalami kemunduran.

Baca juga: Periodesasi peradaban Islam masa Abbasiyah

Konflik antara Islam dan Kristen

Setelah menaklukkan Spanyol, para penguasa muslim tidak menjalankan kebijakan Islamisasi secara sempurna. Penduduk Spanyol dibiarkan memeluk agamanya, mempertahankan hukum dan tradisi mereka. Penguasa Islam hanya mewajibkan mereka membayar upeti, dan tidak memberontak.

Kebijakan ini ternyata menjadi bumerang. Penduduk Spanyol menggalang kekuatan untuk melawan penguasa Islam. Pertentangan Islam dan Kristen tak pernah berhenti sampai jatuhnya kekuasaan Islam. Orang-orang Kristen selalu merasa bahwa kehadiran umat Islam merupakan ancaman bagi mereka.

Setelah kekuasaan Islam melemah, satu-persatu kota-kota di Spanyol yang dikuasai Islam jatuh ke tangan orang Kristen.

Munculnya Muluk Ath-Thawaif

Munculnya Muluk Ath-Thawaif (dinasti-dinasti kecil), secara politis telah menjadi indikasi akan kemunduran Islam di Spanyol, karena dengan terpecahnya kekuasaan khalifah menjadi dinasti-dinasti kecil, kekuatan pun terpecah dan lemah.

Keadaan ini membuka peluang bagi penguasa provinsi pusat untuk mempertahankan eksistensinya. Masing-masing dinasti menggerakkan segala daya upaya termasuk meminta bantuan orang-orang Kristen (Ahmad Syalabi, jilid IV, 1974: 67).

Melemahnya kekuasaan Islam secara politis telah dibaca oleh orang-orang Kristen dan tak disia-siakan oleh pihak musuh untuk menyerang imperium tersebut. Pada tahun 1080 M, Al-Fonso dengan tiga kerajaan Kristen (Galicia, Leon, dan Castile) berhasil menguasai Toledo dan Bani Dzu An-Nur (Philip K. Hitti, 1974: 555).

Demikian juga, kerajaan Kristen Aragon berhasil merebut Huesea pada tahun 1096 M, Saragosa (1118 M), Tyortosa (1148 M), dan Kenida (1149 M), (Ira M, Lapidus, 1993: 384).

Pada tahun 1212 M, penaklukkan Las Navas De Tolosa oleh koalisi raja-raja Kristen mengakibatkan Dinasti Al-Muwahiddin yang selama beberapa waktu telah memulihkan keamanan negara, stabilitas politik, dan lain-lain harus menarik diri dari Spanyol.

Sebagian besar kota penting yang dikuasai Islam satu-persatu jatuh ke pihak Kristen. Cordova jatuh tahun 1236 M, dan Seville jatuh pada tahun 1248 M (Boswarth, Trans, 1993: 53).

Pada pertengahan abad ke-13, satu-satunya kota penting yang masih dikuasai Islam adalah Granada di bawah pemerintahan Gani Ahmar. Awalnya orang-orang Kristen membiarkan Dinasti Ahmar di Granada tetap eksis dengan persetujuan bahwa orang-orang muslim harus membayar pajak kepada penguasa Kristen.

Akan tetapi, setelah terjadi perselisihan antara mereka dan telah bersatunya orang-orang Kristen, proyek kekuasaan Dinasti Ahmar menjadi gelap. Dipihak lain terjadi konflik internal di tubuh Ahmar, yakni perebutan kekuasaan yang berakhir perang saudara dan dinasti menjadi terpecah.

Sejak itu, kekuatan semakin melemah dan semakin mempercepat tamatnya riwayat umat Islam di Spanyol. Pada tahun 1492 M, satu-satunya wilayah Islam di Spanyol akhirnya jatuh ke tangan orang Kristen (Ira M, Lapidus, 1993: 384).

Setelah penaklukan Granada, orang-orang Islam mengalami nasib yang sangat menyedihkan. Pada tahun 1556, penguasa Kristen melarang pakaian Arab dan Islam di seluruh wilayah Spanyol, bahkan pada tahun 1566, bahasa Arab tidak boleh digunakan di wilayah ini (Ira M, Lapidus, 1993: 389).

Kemerosotan ekonomi

Di paruh kedua masa Islam Spanyol, para penguasa mementingkan pembangunan fisik dengan mendirikan bangunan-bangunan megah dan monumental.

Demikian juga bidang iptek. Pemerintah dengan giat mengembangkan bidang ini, sehingga bidang perekonomian kurang mendapat perhatian. Selain itu, banyak anggaran negara yang terserap untuk membiayai tentara bayaran demi keamanan negara.

Sistem peralihan kekuasaan yang tidak jelas

Salah satu penyebab kemunduran dan kehancuran suatu dinasti adalah perebutan kekuasaan antara elit penguasa maupun antarputra mahkota. Terjadinya perebutan kekuasaan ini menyebabkan perang antara elit atau keluarga yang pada akhirnya dapat menggerogoti kekuatan dan stabilitas negara.

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Islam masuk Spanyol melalui Arab Barbar. Hal ini terkait erat dengan sejarah penguasaannya.

2. Spanyol Islam dipimpin banyak daulah yang silih berganti dengan berbagai karakter dalam rentang waktu yang cukup panjang.

3. Terlepas dari perbedaan corak kemajuan yang dicapai oleh setiap pemerintah, perlu dicatat sebagai berikut:

  • Selama berlangsungnya kekuasaan Islam atas Spanyol telah lahir beberapa tokoh politik, ilmuwan yang telah mengharumkan Islam Spanyol, yang berpengaruh besar atas kemajuan peradaban Eropa sampai saat ini.
  • Adanya kemajuan kehidupan sosial, ekonomi.
  • Perkembangan ilmu pengetahuan, kesusastraan, seni dan arsitektur.

Pos terkait