Biografi singkat Muhammad Yunus

Biografi. Muhammad Yunus lahir pada tanggal 28 Juni 1940 di Chittagong, Bengal Timur yang sekarang Bangladesh. Ia adalah putra dari pasangan Hazi Dula Mia dan Sufia Katun. Ia adalah seorang bankir dari Bangladesh yang mengembangkan konsep kredit mikro, yaitu pengembangan pinjaman skala kecil untuk usahawan miskin yang tidak mampu meminjam dari bank umum. Implementasi gagasannya berwujud Grameen Bank.

M. Yunus berasal dari salah satu keluarga menengah ke atas di desanya. Ayahnya merupakan penambang emas sukses dan mendorong anaknya untuk bersekolah setinggi-tingginya.

Ibunya menjadi sosok yang menginspirasinya, karena selalu memberikan pinjaman kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan. Kehidupan masa kecil Yunus banyak dihabiskan di desa kelahirannya, sebelum akhirnya ia pindah ke kota Chittagong karena bisnis perhiasan ayahnya yang maju.

Sosok Muhammad Yunus

Muhammad Yunus adalah sosok yang cerdas dan cekatan. Pendidikannya cukup menjanjikan. Ia menjadi anak yang pintar di sekolahnya. Kecerdasannya selama sekolah membuatnya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi ekonomi.

Pada usia 21 tahun, ia telah berhasil menyelesaikan studi di Universitas Chittagong dan ditawari posisi sebagai dosen di almamaternya tersebut. Ia menerima tawaran tersebut dan mengajar di sana dari tahun 1961 sampai 1965.

Pada tahun 1965, Muhammad Yunus mendapatkan beasiswa Ph.D. bidang ekonomi di Vanderbilt University Graduate Program in Economic Development (GEPD). Namun, sebelum masuk ke universitas tersebut, ia diwajibkan mengikuti kuliah musim panas di University of Colorado.

Dalam program kuliah tersebut, ia tidak merasakan kesulitan sedikitpun. Program master yang dipelajarinya menjadi enteng dan dangkal jika dibandingkan dengan tugas-tugas canggih yang pernah ia kerjakan di Bangladesh.

Setelah menamatkan pendidikan Ph.D. di Amerika Serikat, Yunus menjadi seorang pengajar di Chittagong University. Muhammad Yunus menjadi sosok ekonom yang menonjol di Bangladesh.

Muhammad Yunus blusukan

Pada tahun 1974, ia bersama mahasiswanya mengunjungi Desa Jobara, sebuah desa miskin di negara tersebut. Dalam kunjungan tersebut ia mewancarai seorang wanita yang membuat kerajinan bambu. Wawancara ini menghasilkan sebuah temuan bahwa seorang pengrajin bambu membutuhkan pinjaman uang dengan jumlah untuk membeli bambu.

Bank-bank tradisional tidak mungkin memberikan pinjaman uang dalam jumlah kecil dengan bunga yang rendah. Akhirnya, para pengrajin di sana kebanyakan meminjam uang melalui rentenir yang dengan bunga 10% per minggu. Sistem ini membuat para lintah darat semakin kaya dan tidak membuat masyarakat miskin memiliki bantalan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup mereka.

Perjalanannya ke sebuah desa kecil tersebut telah menyadarkan Muhammad Yunus bahwa ilmu pengetahuan dan teori di bangku kuliah tidak akan memberikan manfaat jika tidak mampu mengentaskan kemiskinan masyarakat sekitarnya. Yunus pun akhirnya memutuskan untuk berhenti mengajar dan mengabdikan dirinya bagi kepentingan rakyat kecil.

Keputusan Yunus tersebut berangkat dari obsesinya menolong seorang ibu dan mengentaskannya dari kemiskinan. Ia merasa prihatin saat melihat kenyataan di negaranya bahwa ada begitu banyak orang miskin yang terancam kelaparan.

Saat itu ia berpikir untuk melakukan sesuatu yang dapat ia kerjakan sebagai sesama manusia guna mencegah kematian, meskipun hanya menyangkut satu orang saja.

Suatu ketika, Yunus mengunjungi sebuah rumah yang di dalamnya terdapat seorang wanita sedang membuat bangku dari bambu. Nema wanita tersebut adalah Sufiya, kemudian Yunus pun mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut :

“Berapakah harga bambu ini?” tanya Yunus.
“Lima taka,” jawab Sufiya singkat.
“Apakah Ibu mempunyai uang lima taka?” tanya Yunus kembali.
“Tidak, saya meminjam bambunya dari paikar (perantara), syaratnya adalah saya harus menjual kembali bambu saya kepada mereka untuk membayar pinjaman saya,” terang Sufiya.
“Lalu Ibu jual kembali berapa harga bambunya?”, sahut Yunus.
“Lima taka lima puluh poysha,” jawab Sufiya.

Dari percakapan tersebut, diketahui bahwa keuntungan Sufiya dari membuat bangku bambu hanyalah 50 poysha (US$2 sen). Dalam perbincangan lebih lanjut, diketahui bahwa Sufiya tidak dapat meminjam uang kepada rentenir.

Sebab, menurutnya rentenir meminta banyak, orang yang berurusan dengan mereka hanya akan bertambah miskin. Terkadang mereka meminta bunga 10 % per minggu, akan tetapi ada tetangganya yang terkena 10% perhari.

Perbincangan dengan Sufiya tersebut membuat Muhammad Yunus tertegun dan berfikir keras. Dirinya sadar bahwa sangat sulit bagi Sufiya dan keluarganya untuk hidup dengan uang hasil kerjanya itu. Uang tersebut tidak akan dapat digunakan untuk menyekolahkan anak-anaknya guna memutus mata rantai kemiskinan, dan tidak cukup untuk membeli pakaian layak pakai, karena uang sebesar itu hanya cukup untuk kebutuhan makannya sendiri saja.

Tampaknya pedagang hanya ingin memastikan bahwa ia membayar Sufiya sekadar cukup untuk menutup ongkos bahan baku dan membuatnya tetap hidup.

Resah dengan kejadian tersebut, keesokan harinya Yunus meminta mahasiswa untuk mengumpulkan data, ada berapa orang seperti Sufiya di desa Jobra serta berapa jumlah kredit yang mereka butuhkan. Akhirnya diketahui mereka semua berjumlah 42 orang, serta membutuhkan keseluruhan pinjaman sebesar 856 taka ((US$27).

Muhammad Yunus pun mengutus mahasiswa untuk meminjamkan 856 taka kepada 42 orang itu dan membolehkan mereka membayar utang tersebut kapan saja mereka mau.

Langkah tersebut dilakukan Yunus berdasarkan keyakinannya bahwa orang-orang seperti Sufiya bukanlah orang bodoh dan malas, juga bukan orang yang tidak mempunyai keahlian sehinga perlu dikasihani. Mereka miskin karena mereka tidak diberi kesempatan dan kepercayaan dari lembaga-lembaga finansial untuk mengembangkan basis ekonomi mereka.

M. Yunus mengetahui serta menyadari akan persoalan yang dihadapi Sufiya dan orang lain sepertinya, yaitu mereka yang bekerja keras namun tetap melarat hanya karena tidak memiliki aset pada sejumlah modal kecil yaitu tiadanya akses pada modal kecil yang jumlahnya hanya kecil.

Dalam sebuah kesempatan Muhammad Yunus menjelaskan pandangannya sebagai berikut :

“Dalam kenyataannya, mesin ekonomi dirancang begitu rupa, yaitu penghasil orang lain dapat membuat segelintir orang menjadi lebih kaya setiap hari, sementara pada saat yang sama membuat sejumlah besar yang akan menjadi gembel. Jantung dari mesin ekonomi yaitu kegagalan ekonomi sebagai ilmu sosial.”

Yunus meyakini bahwa kredit adalah alat yang netral. Orang miskin tetap miskin, sebab mereka tidak dapat mempertahankan hasil kerja mereka. Mereka bekerja untuk keuntungan orang yang mengontrol modal, dan orang miskin tidak memiliki kontrol terhadap modal.

Selanjutnya baca juga perjuangan Muhammad Yunus di artikel: Grameen Bank dan Muhammad Yunus

Demikian Biografi singkat Muhammad Yunus, semoga menjadi catatan sejarah bank.

Pos terkait