Tawakkul Karman wanita Arab pertama yang memperoleh Nobel

Tawakkul Karman wanita Arab pertama yang memperoleh Nobel – Sosok Tawakkul Karman sangat lekat dengan istilah Ibu Revolusi. Ia adalah sosok yang memiliki tekad kuat dalam berjuang untuk menegakkan hak asasi manusia. Kiprahnya dalam memperjuangkan HAM memang sulit sangkal. Dia secara terang-terangan memprotes kebebasan pers serta mengorganisasi isu protes isu tentang reformasi dan demokrasi.

Aksi protes yang dikenal sebagai Revolusi Melati itu adalah efek domino dari revolusi musim semi di negara-negara Timur Tengah. Tawakkul mendukung dan memperjuangkan hak-hak perempuan serta mencegah segala tindakan kekerasan terhadap wanita dan anak-anak.

Dalam sebuah kesempatan ia menyampaikan pandangannya, “We cannot achieve democracy and lasting peace in the world unless women obtain the same opportunities as men to influence at all levels of society.”

Tawakkul Karman
Tawakkul Karman

Tawakkul Karman pembela hak kaum wanita

Tawakkul setia berada digaris depan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan di pemerintahan, baik menjadi politisi maupun memberikan suara dalam pemilu.

Hal ini mencerminkan semangat demokratisasi yang mendalam dalam diri Tawakkul. Suara-suaranya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan mendapatkan sorotan dai ulama San’a yang menuduh dirinya sebagai penghancur moralitas perempuan.

Akan tetapi, ia memiliki keyakinan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki kewajiban untuk meniadakan rezim despotik.

Dalam perjuangan tersebut, tidak jarang Tawakkul terluka dan ditahan, tetapi semangat juangnya tak pernah kendur. Perjuangan menjadi isyarat akan keresahan kaum perempuan di dunia Arab yang berada di bawah kultur patriarki, yang telahmendominasi itu, sehingga posisi laki-laki dan perempuan ditempatkan pada kesetaraan dan keadilan.

Atas kampanye dan perjuangannya yang tanpa kekerasan, Komite Nobel menganugerahi Tawakkul Karman Nobel Perdamaian bersama dua wanita lainnya, yakni ellen Johnson-Sirleaf (Presiden Liberia) dan Leymah Gbowee.

Penghargaan tersebut menobatkan dirinya sebagai wanita Arab pertama dan termuda (32 tahun) yang memperoleh Nobel. Dalam penganugerahan nobelnya, Tawakkul memberikan sebuah pidato yang menyentuh dunia. Baginya, anugerah tersebut hanyalah bentuk lain dari perjuangannya. Hadiah tersebut di dedikasikannya untuk semua anak muda yang berjuang demi keadilan, demokrasi, dan hak asasi manusia.

4 tahap revolusi Tawakkul Karman wanita

Dalam pidatonya Tawakkul menjelaskan empat tahap revolusi yang tidak boleh dilampaui, yaitu:

  1. menumbangkan sang diktator dan keluarganya
  2. menumbangkan aparat keamanan dan militer serta jaringan nepotismenya
  3. mendirikan kelembagaan negara transisional, dan
  4. bergerak ke arah legitimasi konstitusional dan mendirikan negara demokratis sipil modern.

Demikianlah perjuangan Tawakkul menjadi gambaran kecemerlangan wanita Arab dan Islam dalam menghapus dominasi kaum laki-laki. Tawakkul seolah memberikan pelajaran bagi perempuan bahwa kaum wanita harus memberikan peran vital bagi dunia.

Ingin tahu lebih jauh tentang biografi Tawakkul? Silahkan baca di artikel sejarah Biografi singkat dan perjuangan Tawakkul Karman

Perempuan harus memiliki kontribusi nyata bagi kehidupan. Wanita tidak boleh merasa inferior atas laki-laki. Hak-hak perempuan harus diperjuangkan demi keadilan. Wanita harus aktif dalam kegiatan apa pun termasuk perdamaian dunia.

Pos terkait