Perkembangan media cetak masa penjajahan dan kemerdekaan

Sejarah Negara Com – Inovasi dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang sejak abad ke-20. Salah satu sarana informasi dan komunikasi yang berkembang dan menjadi konsumsi masyarakat pada abad ke-20 adalah media cetak.

Media cetak merupakan media informasi pertama yang digunakan manusia pada awal peradabannya. Setelah Johann Gutenberg menemukan teknologi yang berupa alat cetak, perkembangan media cetak terus dikembangkan dari masa ke masa sebagai sarana untuk menyampaikan informasi melalui pers.

Bacaan Lainnya

Perkembangan pers di Indonesia telah dimulai sejak masa kolonial Belanda yang kemudian dilanjutkan pada masa Indonesia merdeka.

Perkembangan media cetak masa penjajahan dan kemerdekaan

Pada tahun 1855, teknologi percetakan meluncurkan mingguan yang berbahasa Jawa, yakni Bromartani di Surabaya yang diedit oleh G.F. Winter. Bromartani memuat berita-berita lokal tentang kelahiran, kematian, perdagangan, pelelangan, deklarasi pemerintah, pertumbuhan pertanian, dan kutipan sastra.

Pada awal abad ke-20 pers sebagai komoditas industri mengalami perkembangan yang cukup baik, terlihat dari fenomena lahirnya berbagai penerbit surat kabar seperti: Pewarta Surabaya, Kabar Perniagaan, Mingguan Ho Po, dan Warna Warta yang terbit di Jawa.

Sementara di Sumatera beredar surat kabar Sinar Sumatra, Cahaya, Pemberita Aceh, dan Perca Barat. Di Sulawesi beredar surat kabar Pewarta Menado dan Sinar Matahari. Di kalimantan terbit Pewarta Borneo.

Raden Mas Tirtohadisuryo adalah seorang pengusaha pertama Indonesia yang bergerak dalam bidang penerbitan. Raden Mas Tirtohadisuryo dianggap sebagai wartawan Indonesia yang pertama menggunakan surat kabar sebagai alat pembentuk pendapat umum. Surat kabarnya bernama Medan Priayi yang terbit pada tahun 1907.

Hubungan pers dan pergerakan nasional cukup kuat pada akhir pemerintahan Hindia Belanda. Media pers membawa suara nasionalisme Indonesia dan paham-paham pergerakan nasional untuk disebarluaskan.

Pada zaman Jepang, komunikasi sosial dikendalikan oleh angkatan perang Jepang. Isi surat kabar harus sesuai dengan kehendak Jepang. Surat kabar yang terbit berada di bawah pengawasan Jawa Shinbunkai yang mengatur isi, bentuk, jumlah, maupun daerah peredarannya.

Selain itu, Jepang juga mendirikan badan sensor pers. Pada masa Jepang surat kabar berbahasa Belanda, Cina, dan Indonesia dihentikan penerbitannya. Sebagai penggantinya diterbitkan surat kabar Asia Raya.

Pasca kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1948 tercatat kurang lebih 120 surat kabar  berbahasa Indonesia, Cina, Inggris, dan Belanda yang terbit baik di Jakarta maupun di daerah. Perkembangan surat kabar terus mengalami perkembangan dan kenaikan hingga sampai dengan tahun 1959 tercatat 160 surat kabar yang telah terbit.

Pada masa demokrasi terpimpin, penerbitan surat kabar harus mendapat surat izin terbit dan surat izin cetak. Pengeluaran surat izin ini sangat keras, untuk mendapatkan surat izin ini pengusaha penerbitan harus mendukung manipol usdek. Surat kabar yang terbitnya  dicabut pada zaman ini adalah: Pedoman, Nusantara, Keng Po, Pos Indonesia, dan Star Weekly.

Pers pada masa awal Orde Baru berfungsi sebagai parlemen yang menyalurkan aspirasi dan opini KAMI/KAPPI kepada masyarakat. Pers juga berperan sebagai media penyampai program dan kebijakan pemerintah di samping mewartakan situasi masyarakat.

Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 menyebutkan bahwa pers nasional berfungsi sebagai alat revolusi dan merupakan media massa yang bersifat aktif, dinamis, kreatif, edukatif, informatif, dan mempunyai fungsi sebagai pendorong serta pemupuk daya pikiran kritis dan progresif.

Untuk melaksanakan fungsinya tersebut didirikan Persatuan Wartawan Indonesia, Serikat Penerbit Surat Kabar, dan Serikat Grafika Pers.

Peran media massa pada masa pembangunan sangat penting. Berikut peran media komunikasi massa dalam masa pembangunan.

  1. Sebagai alat penunjang pelaksanaan pembangunan Indonesia.
  2. Sebagai alat penyiar informasi, gagasan, pendapat, inovasi, dan komunikasi yang beraneka ragam dan berjarak jauh.
  3. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
  4. Memberitahukan masyarakat tentang hambatan, gangguan, tantangan maupun ancaman yang harus dihadapi dalam masalah pembangunan.
  5. Merupakan alat kontrol dan pengawasan terhadap jalannya pelaksanaan pemerintahan agar tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan.

Kehidupan pers di Indonesia semakin berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan politik dan ekonomi di Indonesia. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya jumlah surat kabar, majalah, dan tabloid yang diterbitkan di Indonesia.

Seiring perkembangan teknologi informasi dan kemajuan dunia jurnalistik, pada tahun 1980-an telah terjadi pergeseran paradigma yang menunjukkan hubungan erat teknologi informasi dengan dunia pers di Indonesia.

Misalnya para pekerja pers (wartawan) tidak lagi menggunakan tinta untuk menulis, tetapi telah banyak yang memanfaatkan teknologi komputer. Selain itu, kemampuan stenografi juga mulai digantikan dengan menggunakan alat rekam untuk kepentingan peliputan berita.

Hingga akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an, perkembangan teknologi telah mempengaruhi pada kecepatan, efisiensi, mutu berita, maupun pada tampilan media cetak itu sendiri. Kemajuan telekomunikasi dan media informasi sangat memudahkan media cetak untuk mendapatkan atau saling menukar berita secara cepat melalui internet.

Memasuki awal tahun 2000, media cetak mulai memanfaatkan perkembangan teknologi pencetakan jarak jauh. Teknologi ini bertujuan sebagai upaya untuk mengurangi keterlambatan informasi yang tersampaikan kepada konsumen seperti yang sebelumnya dilakukan melalui penggunaan sarana transportasi baik darat, laut maupun udara.

Baca juga: Sejarah masuknya radio ke Indonesia

Pos terkait