Sejarah Revolusi Industri Inggris dan akibatnya

Perubahan besar, cepat, mendadak, dan radikal yang mempengaruhi corak kehidupan umat manusia sering disebut revolusi. Biasanya istilah revolusi digunakan dalam melihat perubahan sistem pemerintahan dan politik.

Namun, revolusi industri di Inggris pada hakikatnya adalah perubahan dalam cara pembuatan barang-barang yang semula dikerjakan dengan tangan (tenaga manusia) berkembang menjadi pekerjaan mesin. Dengan demikian, barang-barang dapat dihasilkan dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat.

Bacaan Lainnya

Faktor mendorong revolusi industri Inggris

Antara tahun 1760-1840, perindustrian di Inggris mengalami perubahan besar. Sebagai negara yang memiliki daerah koloni yang cukup luas, Inggris berada dalam keadaan yang relatif makmur.

Persekutuan Dagang Hindia Timur (East India Company) milik Inggris mendatangkan keuntungan yang cukup banyak berkat perdagangan yang dilakukan dengan beberapa daerah jajahannya, antara lain India.

Sejak awal abad ke-18, Inggris melakukan proteksi untuk melindungi industri tekstilnya. Bahan pakaian yang tadinya diimpor dari India tidak lagi diimpor lagi, kecuali kapas. Dengan adanya perlindungan itu, perusahaan tekstil Inggris bertambah maju.

Kemajuan itu semakin cepat setelah pada tahun 1733, Joseph Kay berhasil membuat alat tenun yang dapat bekerja lebih cepat dan dapat mengatur lebar kain. Pada tahun 1764, Hargreaves berhasil pula membuat alat pintal yang mampu memintal sekaligus berpuluh-puluh gulung benang dan dapat mengeluarkan benang yang lebih halus.

Dengan demikian, harga kain menjadi lebih murah dan mutunya lebih baik. Kedua alat itu masih digerakkan dengan tenaga manusia.

Revolusi Industri Inggris
Sebuah mesin uap. Penggunaan mesin uap, yang menyebabkan meningkatnya penggunaan batubara turut mendorong terjadinya Revolusi Industri di Inggris dan di seluruh dunia (sumber: wikipedia)

Penemuan yang sangat berpengaruh ialah penemuan mesin uap oleh James Watt pada tahun 1782. Sebenarnya James Watt sudah ada orang lain yang merintis mesin uap, tetapi tidak dipatenkan. Dengan ditemukannya mesin uap, industri mulai digerakkan dengan tenaga mesin menggantikan tenaga manusia.

Dengan berbagai penemuan itu, di Inggris bermunculan pusat-pusat industri seperti Lancashire, Liverpool, Manchester dan Birmingham. Penggunaan mesin uap memungkinkan pula berkembangnya transportasi. Pada tahun 1802 Hamington berhasil membuat kapal api dan 5 tahun kemudian diikuti oleh kapal api buatan Fulton (kapal api Clermont).

Angkuran darat pun mengalami perkembangan. Pada tahun 1800-an, George Stephenson berhasiul membuat kereta api yang digerakkan dengan tenaga uap. Sejak tahun 1825, beberapa kota di Inggris telah dapat dihubungkan dengan kereta api.

Pada mulanya kereta api ini digunakan hanya untuk mengangkut batu bara dan besi, tetapi kemudian digunakan juga untuk mengangkut manusia.

Akibat Revolusi Industri Inggris

Sebelum Revolusi Industri, Inggris memberlakukan politik merkantilisme (baca: Pengertian politik ekonomi merkantilisme) dengan menetapkan bea impor yang tinggi.

Akibatnya, hasil produksinya diboikot oleh negara-negara lain. Oleh karena itu, sesudah revolusi industri, Inggris mengganti sistem merkantilisme dengan politik ekonomi bebas (liberal).

Sesuai dengan prinsip ekonomi liberal, para pemilik pabrik berlomba-lomba memperoleh untung. Keinginan mengumpulkan keuntungan sebanyak-banyaknya untuk dijadikan modal melahirkan kapitalisme modern. Dalam kapitalisme modern, pemilik modal sekaligus merupakan produsen pedagang dan distributor.

Sebagai produsen, dia memerlukan bahan mentah, sedangkan sebagai pedagang dia memerlukan pasar untuk menjual hasil produksinya. Untuk mencapai kedua tujuan tersebut, pemilik modal mempengaruhi pemerintah untuk mencari daerah jajahan seluas mungkin sebagai tempat mengambil bahan mentah dan sekaligus sebagai pasar. Dengan demikian, lahirlah imperialisme modern.

Akibat lain dari revolusi industri ialah berdirinya kota-kota pusat industri. Pusat-pusat industri ini menarik minat pendatang dari luar kota, sehingga terjadi urbanisasi.

Umumnya, mereka adalah para petani yang kehilangan mata pencahariannya sebagai petani. Di kota-kota industri ini, mereka menjual tenaga dengan upah yang rendah.

Pemukiman dan kesehatan mereka kurang terjamin, sehingga menimbulkan masalah sosial berupa gerakan-gerakan buruh. Adanya kelompok-kelompok buruh-buruh dengan berbagai permasalahannya itu kelak menimbulkan paham yang disebut komunisme, fasisme dan lain-lain.

Pengaruh revolusi industri Inggris

Kemajuan dan perubahan dalam bidang industri yang dicapai oleh Inggris kemudian menyebar ke negara-negara lain di Eropa sehingga muncullah negara-negara industri yang berlomba-lomba menguasai pasar.

Dengan demikian terjadilah perlombaan mencari daerah jajahan terutama antara Inggris, Prancis dan Jerman. Perlombaan mencari daerah jajahan ini menjadi salah satu sebab pecahnya Perang Dunia 1.

Perkembangan industri juga terjadi di Negara Belanda setelah tahun 1860-an, yang menyebabkan semakin meningkatnya jumlah dan peranan borjuis-liberal sebagai tulang punggung kapitalisme. Hal ini berpengaruh terhadap Indonesia.

Sejak berlakunya Undang-undang Agraria pada tahun 1870, politik kolonial yang bersifat liberal memberi kebebasan seluas-luasnya kepada pemilik modal untuk berusaha dan berdagang di Indonesia.

Tahun 1870-an, kapital swasta barat terutama Belanda mulai masuk ke Indonesia. Prinsip-prinsip liberal yang membebaskan campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi mendorong perubahan ekonomi di Hindia-Belanda.

Baca selengkapnya: Latar belakang timbulnya revolusi industri

Pos terkait