Peradaban India kuno

Peradaban India kuno – India merupakan suatu jazirah menyerupai segitiga yang sangat luas. Sebagian besar wilayahnya berupa daratan, yang luasnya kurang lebih 32x wilayah pulau Jawa, atau 2x luas wilayah Indonesia. Di sebelah utara terdapat pegunungan tertinggi di dunia, yaitu Himalaya.

Pegunungan ini membentang di sepanjang dua lembah sungai, yaitu lembah sungai Indus dan lembah sungai Gangga dan Sungai Brahmaputra. Lembah sungai Indus dikenal dengan daerah Punjab, yang berarti “daerah lima aliran sungai”. Adapun daerah lembah sungai Gangga dan Brahmaputra disebut daerah Hindustan.

Bacaan Lainnya

Celah Kaiber terletak di antara pegunungan Himalaya dengan pegunungan Hindukush. Celah Kaiber merupakan pintu gerbang India. Peradaban India kuno memiliki dua kebudayaan yang tinggi. Dua kebudayaan ini dikenal dengan “Kebudayaan Lembah Sungai Indus dan Kebudayaan Hindu-Budha”.

Kebudayaan Lembah Sungai Indus

Kira-kira 2500SM, di lembah sungai tersebutsudah dihuni manusia. Mereka sudah mengenal peradaban tinggi. Jawatan purbakala India pada tahun 1922 mengadakan penggalian di Mohenjodaro dan Harappa. Dalam penggalian tersebut banyak ditemukan benda purbakala dan bekas bangunan suatu kota yang berkebudayaan tinggi.

Kebudayaan tersebut adalah milik bangsa Dravida, yaitu penduduk asli India. Dilihat dari kesuburan tanahnya, bangsa Dravida hidup menetap dan bercocok tanam.

Benda penggalian alat-alat pertanian tidak banyak ditemukan, namun yang banyak ditemukan adalah sisa-sisa bangunan.Kebudayaan lembah Indus kemudian terkenal dengan sebutan Kebudayaan Mohenjodaro dan Harappa.

Mata pencaharian bangsa Dravida sebagian besar adalah pedagang. Perdagangan sudah diatur secara baik, mereka menggunakan alat angkutan berupa pedati. Mereka sudah mengadakan hubungan dengan daerah lain.

Barang-barang dagangan yang berhasil ditemukan adalah: permainan anak-anak, jimat, hiasan-hiasan (berbentuk harimau, banteng, gajah, badak, kerbau, rusa dan buaya), perhiasan-perhiasan (gelang, kalung, cincin, dan gelang kaki dari emas dan perak).

Bangsa Dravida menyembah banyak Dewa (politheisme). Hal ini terbukti dengan ditemukannya patung dewa dan dewi yang mirip dengan patung dewa Siwa.

Hasil kebudayaan bangsa Dravida meliputi berbagai bidang yaitu ilmu ukur, arsitektur, seni tari dan tulisan.

  • Ilmu ukur: ini terbukti dengan adanya perencanaan kota yang teratur dalam tata ruang. Pengaturan bangunannya ditujukan bagi usaha menjaga kesehatan. Bangunan rumahnya tertib, jalan dibuat lurus dan lebar, mereka juga membuat saluran air dan bak sampah.
  • Arsitektur: rumah-rumah dibuat dari batu bata dengan atap datar. Bahkan, ada yang bertingkat seperti rumah modern saat ini. Jika kita analisa lebih jauh, dapat diperkirakan mereka sudah mengenal cara membuat campuran untuk bangunan.
  • Seni tari: hal ini terbukti dengan ditemukannya patung perunggu berbentuk anak perempuan yang sedang menari.
  • Tulisan:  bukti tertulis yang ditemukan hanya sedikit dan belum ada ahli yang dapat membaca tulisan tersebut, sehingga belum dapat diungkapkan sejarahnya secara jelas.

Bangsa Dravida tidak menyukai peperangan, ini terbukti sangat sedikit ditemukannya senjata. Selain itu, di Mohenjodaro juga tidak ditemukan benteng pertahanan.

Namun, di Harappa ditemukan dinding pertahanan. Pemerintahannya diatur berdasarkan moral dan ajaran agama. Sistem pemerintahannya tidak diketahui secara jelas.

Kebudayaan Hindu-Budha

Kira-kira tahun 1500 SM, India kedatangan bangsa Aria. Aria berarti “kaum bangsawan”. Mereka masuk ke India melalui Celah Kaiber. Penyerbuan bangsa Aria menghancurkan kebudayaan Mohenjodaro dan Harappa, sehingga bangsa Dravida terdesak ke selatan di dataran tinggi Dekan.

Daerah yang dikuasai itu disebut Ariayarta, artinya “negara orang Aria”. Daerah ini dinamakan juga Hindustan yang berarti “negara orang Hindu”.

Bangsa Aria menganggap bangsa Dravida adalah bangsa yang rendah, sedangkan dirinya adalah bangsa yang tinggi derajatnya. Bahasa yang digunakan oleh bangsa Aria adalah bahasa Sansekerta.

Istilah Sansekerta berarti bahasa luhur atau bahasa suci. Mengapa bangsa Aria menganggap bangsa Dravida bangsa yang rendah? Hal ini disebabkan beberapa hal berikut:

  • Orang Aria berkulit putih, sedangkan orang dravida berkulit hitam.
  • Orang Aria berhidung mancung, orang Dravida berhidung pesek.
  • Orang Aria berbadan tinggi, sedangkan orang Dravida berbadan pendek.

Karena perbedaan itu, maka bangsa Aria menjauhkan diri dari bangsa Dravida.
Perkembangan kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria di India dapat dikelompokkan dalam 4 jaman, yaitu jaman weda, Epos, Budha dan Dinasti Maurya.

Baca artikel lainnya: Awal dan akhir Peradaban Lembah Sungai Indus (India Kuno)

Pos terkait