Ibnu Khaldun: Filsafat Sejarah

Ibnu Khaldun: Filsafat Sejarah – Ibnu Khaldun lahir 1332, umurnya sekitar 74 tahun dan meninggal sekitar tahun 1407. Nama asli beliau Abdurrahman bin Muhammad, nama ayahnya Muhammad bin Muhammad Khaldun. Mbah Buyut Ibnu Khaldun adalah orang besar, namanya Khalid bin Usman. Keluarga pak Holid ini nanti disebut Bani Khaldun, sehingga dikenallah salah satu keturunannya dengan nama Ibnu Khaldun.

Khaldun sempat mengalami kekecewaan-kekecewaan politik, banyak difitnah. Pada awalnya dia seorang pejabat politik, kemudian dia mundur dan lebih memilih karir intelektual. Ibnu Khaldun masuk dunia intelek, meskipun awalnya dia sakit luar biasa karena difitnah dipojokkan.

Pokok Bahasan

Berikut pokok-pokok bahasan Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun, oleh Bp. Fahruddin Faiz. Kajian lengkapnya bisa Anda dengarkan di bagian bawah artikel ini.

Sejarah itu Rekaman

  • Peradaban sosial manusia atau dunia
  • Perubahan karakter sosial masyarakat, misalnya kekejamannya, hubungan sosialnya dan solidaritas kelompoknya
  • Revolusi-revolusi dan lahirnya sekelompok masyarakat menentang kelompok lainnya yang melahirkan kerajaan atau negara, dalam beragam tingkatannya.
  • Beragam aktifitas dan pekerjaan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, atau aktifitas keilmuan dan ketrampilannya, dan…
  • Perubahan-perubahan masyarakat yang disebabkan oleh karakter dasarnya.

Belajar Sejarah

Pemahaman Luar: Narrative History, cerita tentang „masa lalu‟, menjawab pertanyaan-pertanyaan elementer: apa, siapa, kapan dan dimana_dikritik Ibnu Khaldun sebagai„materi tanpa substansi, bagai pisau tanpa sarung‟.

Pemahaman Dalam: Penalaran Kritis (Nadhar) dan Upaya mencari kebenaran (Tahqiq). Disebut sebagai sejarah kritis dan merupakan bagian dari hikmah (filsafat). Menjawab pertanyaan bagaimana, mengapa dan apa jadinya.

  • Pertanyaan: “bagaimana?” – melahirkan keterangan historis (historical explanation).
  • Pertanyaan: “mengapa” dan “apa jadinya” – berhubungan dengan kausalitas sejarah.

Manfaat Belajar Sejarah

  1. Membantu penguasa atau siapapun saja dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan.
  2. Membantu filsafat politik dalam pengaturan kota (tadbîr al-madina) atau dalam pengaturan masalah-masalah politik.

Metode Memahami Sejarah

Observation, Criticism, Comparison, Examination

Contoh Kritisisme Dalam Sejarah

  • Al-Mas’udi dan banyak sejarawan Arab menyatakan bahwa pasukan orang-orang Israel yang dipimpin oleh Nabi Musa di Padang Pasir Tih berjumlah 600.000 orang berusia 20 tahunan ke atas. Kalau kita uji secara cermat, kisah ini pasti salah.
  • Saat Nabi Ya’qub dan para pengikutnya masuk Mesir, jumlah mereka hanya 70 orang, sementara jarak antara Nabi Musa dan Nabi Ya’qub hanya empat generasi, dari mana datangnya jumlah besar anak muda itu?
  • Dari cerita Bani israel sendiri, jumlah pasukan Nabi Sulaiman dari bani israel saat Nabi Sulaiman mencapai kejayaannya hanya 12.000 orang dengan 1400 pasukan kuda.
  • Melihat medannya tidak mungkin membawa pasukan sebanyak itu, karena terlalu sempit, tidak mungkin dilakukan peperangan.

Syarat-syarat seorang ahli sejarah

  • Memahami ilmu sosial dan ilmu politik.
  • Memahami kondisi alamiah masyarakat dan perkembangan serta perbedaannya seiring dengan perbedaan ruang dan waktu.
  • Memahami kondisi sosial dari beragam peradaban dan negara dalam aspek kehidupan sehari-hari, moralitas, pendapatan , doktrin, dan lain sebagainya.
  • Kemampuan memahami masa kini dan mampu membandingkannya dengan masa lalu.
  • Memahami asal-usul dan perkembangan negara dan aliran-aliran, prinsip-prinsip sosial mereka, hukum, aturan dan peristiwa-peristiwa besar yang dialami.

Sumber Kesalahan Penulisan Sejarah

Pemihakan (Partisanship) kepada pandangan atau dogma tertentu

  1. Over-confidence terhadap sumber yang dimiliki
  2. Kegagalan memahami maksud peristiwa Karena menghubungkannya dengan pikiran atau imajinasinya sendiri.
  3. Keliru memilih otoritas yang bisa dipercaya
  4. Ketidakmampuan meletakkan peristiwa dalam konteksnya yang tepat.
  5. Keinginan untuk mendapatkan pujian, hadiah atau pangkat dari penguasa (yang tingkatannya lebih tinggi), sehingga cenderung hanya memuji, meyebarkan kebesaran dan menafsirkan semua aktifitas dan karya para penguasa itu sebagai yang terbaik.
  6. Yang paling penting: tidak memahami hukum-hukum sosial yang berhubungan dengan transformasi masyarakat.

Contoh kesalahan pemahaman sejarah: Melupakan konteks

Misalnya: cerita bahwa Al-Hajjaj itu adalah putra seorang Ustadz. Di masa kini (jaman Ibn Khaldun), ustadz/guru itu adalah profesi yang sering dipandang rendah, khususnya oleh kelas menengah ke atas. Seorang guru dicitrakan sebagai lemah, miskin dan rendah hati. Padahal di era dua dinasti pertama Islam memiliki posisi yang sangat penting sebagai Ulama’, Warasatul Anbiya’, yang mentransmisikan ajaran-ajaran dari Nabi dan merupakan anggota masyarakat paling mulia dan paling dihormati di tengah masyarakat.

Sebab lain kesalahan penulisan sejarah: BERLEBIHAN

  • Banyak ahli sejarah yang menyisipkan imajinasi mereka, menggambarkan peristiwa secara berlebihan, melampaui kewajarannya, khususnya saat berbicara tentang kehebatan atau kejayaan masa lalu.
  • Manusia itu gemar dengan hal-hal yang aneh dan tidak biasa, sehingga lidah mudah terselip bercerita secara berlebihan.

Rumus perubahan sosial dalam Sejarah

  • “The people Follow the Religion of Their King”
  • Dialektika: Continuity and Change. Satu era mengadopsi banyak tradisi dari pendahulunya sekaligus menambahkan visi dan misinya sendiri, demikian seterusnya.

Memahami sejarah secara kritis: Thaba’i al ‘umran

  • Memahami sejarah berarti memahami karakter perkembangan peradaban manusia (‘Umran).
  • Fenomena-fenomena yang biasa terjadi dalam kehidupan sosial manusia, bersifat pasti dan tunduk kepada hukum sebab-akibat.
  • Sifatnya Universal: Al-Kulliyyah al-Ijtima’iyyah.
  • Ilmu Bantu: Antropologi, Etnologi, Pedagogi, Logika, Filsafat, Agama, Sosiologi, dll.
  • Teori: Long-Term Structure_yaitu struktur yang membentuk, menentukan, mempengaruhi perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia.
  • Sejarah berarti ilmu yang mengungkap kondisi-kondisi struktur yang tersembunyi dan menyingkap mekanisme-mekanisme historis yang terdapat dalam struktur geografis, ekonomis dan kultural.

Gerak sejarah: Perkembangan ‘umran

‘Umran ini dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. ‘Umran badawi (bedouin culture)

  • Kesederhanaan, kebebasan, persamaan, keberanian spontan, kegembiraan dan kohesifitas (‘asabiyah)

2. ‘Umran hadhari (civic culture)

  • Kompleksitas, pembatasan (restriksi), pembedaan (inequality), menahan diri (inhibitation), kecanggungan (clumsiness) dan interest pribadi (self interest).

Perubahan sosial masyarakat mengarah pada ciri-ciri kehidupan hadhari. Tetapi pencapain hadharah juga merupakan awal kejatuhan masyarakat secara etis, yang kemudian menjadi kejatuhan secara sosial-material.

Perkembangan ‘Umran

TATAMADDAN AL-MADINAH: Masyarakat yang belum mencapai suatu kematangan, cenderung untuk memusatkan diri pada usaha untuk mencukupi kebutuhan, yaitu
mengusahakan bahan pangan pokok (al-aqwat).

AL-KAMALAT MIN AL-MA’ASH: Kemewahan Hidup. Kota-kota mereka kian maju, sejumlah bidang pekerjaan (al-a’mal) mulai muncul, maka pelan-pelan mereka akan mulai memanfaatkan surplus kekayaan yang ada (al-zai’d).

Orientasi:

  1. Fikr (intelektualitas), aspek yang menyebabkan manusia berbeda dengan binatang.
  2. Al-hayawaniyyah wa al-ghidza’iyyah (aspek kehewanan serta nutritif). Kebutuhan manusia untuk memenuhi tuntutan aspek yang kedua ini biasanya lebih mendesak, dan karena itu harus didahulukan, ketimbang tuntutan aspek yang pertama.

Runtuhnya Hadarah

  • Berlakunya ketidakadilan dengan adanya jurang perbedaan yang lebar antara golongan kaya dengan miskin.
  • Merajalelanya penindasan dan kezaliman.
  • Terjadinya keruntuhan moral dan nilai dalam masyarakat terutama di kalangan pemimpin.
  • Adanya sikap tertutup yang tidak mau menerima perubahan terutamanya dari segi perubahan teknologi dan yang sejenisnya.
  • Terjadinya malapetaka atau bencana alam yang menyebabkan kerusakan secara besar-besaran.
Teori siklus

Dasar asabiyya Sebagai perekat sosial

  • Keturunan dan kekerabatan.
  • Persekutuan.
  • Kesetiaan
  • Penggabungan
  • Perbudakan

‘Asabiyya Dan Pertumbuhan Negara

Tahap pertama, fondasi pemerintahan negara dicanangkan berdasarkan kekuatan ‘asabiyya.

Tahap kedua, pemusatan kekuasaan, dimana penguasa mulai berusaha membatasi kekuasaan dan melemahkan ‘asabiyya. Rakyat di tekan agar tunduk dan patuh pada kekuasaannya, sehingga rakyat mulai tidak senang kepada penguasanya dan mulai bersikap acuh tak acuh terhadap keadaan negaranya.

Tahap ketiga. kesantaian untuk menikmati kekuasaan yang diwariskan oleh penguasa terdahulu dan tahap dimana negara telah mencapai kemakmuran, semangat ‘asabiyya pun mulai melemah.

Tahab keempat, kemalasan, dimana negara dalam keadaan statis dan tidak
ada pembaharuan.

Tahap kelima, penghamburan kekayaan negara, dimana penguasa negara menjadi perusak kebaikan-kebaikan yang telah di bangun oleh para pendahunya. Negara pada tahap ini sudah tua dan sudah dihinggapi penyakit yang berat dan sulit disembuhkan.

Perilaku Bangsa Yang Kalah

“Bahwa mereka yang kalah selalu “tergila-gila” untuk meniru mereka yang menang menyangkut ciri-ciri fisik, pakaian, mazhab pemikiran, segala bentuk kebiasaan dan adat mereka” (fi anna al-maghluba mula’ abadan bi al-iqtida’ bi al-ghalibi fi shi’arihi wa ziyyihi wa nihlatihi).

Jiwa (al-nafs) bangsa-bangsa yang ditaklukkan biasanya cenderung memandang bahwa bangsa-bangsa yang menaklukkan mereka memiliki kesempurnaan yang sifatnya “alamiah”.

Level penundukan: 1) level “fisik” yang biasanya melibatkan kekekerasan, entah melalui perang atau agresi, 2) level “mental” (Di sinilah, bangsabangsa yang ditundukkan memiliki anggapan bahwa bangsa yang menang memiliki “keunggulan” secara alamiah atas mereka).

MP3

Silahkan dengarkan kajian lengkap filsafat sejarah Ibnu Khaldun, oleh Bp. Fahruddin Faiz di bawah ini:

PART 1

PART 2

PART 3

THROUGHOUT HISTORY, MANY NATIONS HAVE SUFFERED A PHYSICAL DEFEAT, BUT THAT HAS NEVER HAS MARKED THE END OF A NATION. BUT WHEN A NATION HAS BECOME THE VICTIM OF A PSYCHOLOGICAL DEFEAT, THEN THAT MARKS THE END OF A NATION

“HE WHO FINDS A NEW PATH IS A PATHFINDER, EVEN IF THE TRAIL HAS TO BE FOUND AGAIN BY OTHERS; AND HE WHO WALKS FAR AHEAD OF HIS CONTEMPORARIES IS A LEADER, EVEN THOUGH CENTURIES PASS BEFORE HE IS RECOGNIZED AS SUCH.”

“Mungkin sarjana lain yang datang kemudian, yang mendapat anugerah Tuhan berupa pikiran yang besar dan kesarjanaan yang kokoh, ada yang ingin memasuki persoalan-persoalan ini secara lebih mendetil dari pada yang telah kami lakukan…..Para generasi selanjutnyalah yang secara bertahap dapat menjawab persoalan-persoalan itu, sehingga disiplin ini dapat disuguhkan dengan sempurna…”

Lisensi

mjscolombo

Ngaji Filsafat Ibnu Khaldun: Filsafat Sejarah.

Edisi: Filsafat Sejarah ke 173, Bersama Dr. Fahruddin Faiz, di Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta, 08 November 2017

Website: mjscolombo.com

Ibnu Khaldun: Filsafat Sejarah

Pos terkait