Afrika Merdeka pada pertengahan dekade 1980an

Afrika Merdeka – Menjelang pertengahan dekade 1980-an hampir seluruh Afrika telah merdeka. Namun, kemerdekaan telah membawa masalahnya sendiri bagi benua Afrika. Masalah ini dapat dibagi menjadi 2 kategori-politis, atau gagasan tentang kesadaran nasional, dan ekonomis, atau masalah kemelaratan.

Kesadaran Nasional saat Afrika Merdeka

Di seluruh benua, berbagai kelompok keturunan yang berbeda dan terpisah telah dipersatukan oleh kekuasaan kolonial dan diperintah sebagai sebuah kesatuan nasional.

Kaum nasionalis Afrika yang bercita-cita menggulingkan pemerintah kolonial harus menerima kesatuan ini atau menghadapi kekacauan di seluruh negeri.

Sejauh para pemimpin tetap bersekutu, mereka akan menemukan kemudahan dalam bergerak mempersatukan pengikut mereka yang bhineka dalam suatu upaya yang menyatu.

Sayang bahwa, justru setelah merdeka, tugas menyelamatkan kesatuan menjadi jauh lebih sukar. Para pemimpin pemerintah baru harus mencoba menciptakan kesadaran nasional yang harus dijunjung di atas segala loyalitas lain.

Pada saat yang sama, mereka masih berada dalam hukum tinggalan zaman kolonial. Berbagai lembaga sosial dan politik masih dikelola berdasar pengalaman Eropa daripada pengalaman Afrika.

Peta wilayah Afrika

Kunjungi Peta Afrika atau di google map

Pemimpin Afrika harus mencoba menyatukan apa yang mungkin berguna dari lembaga itu dengan tradisi Afrika. Mereka harus menciptakan suatu lembaga yang mampu menyiapkan standar modern yang diperlukan dan diidamkan oleh kehidupan rakyat mereka.

Kebutuhan atas lembaga ini dalam beberapa hal menjurus kepada terbentuknya negara berpartai tunggal. Mereka yang setuju atas negara berpartai tunggal mengklaim bahwa negara seperti itu akan mendatangkan suatu kesatuan hakiki bagi pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bangsa yang sejati.

Negara berpartai tunggal pun mempunyai kelemahan juga, khususnya kalau mereka menanamkan kelompok penguasa yang permanen. Sering kelompok ini tidak mudah digeser kekuasaannya tanpa kekerasan.

Tidaklah mengherankan bila dalam tahun-tahun antara 1963 dan sekarang banyak terjadi perubahan pemerintahan dengan cara kekerasan di Afrika.

Kekerasan yang dialami di benua kadang-kadang malah dibesar-besarkan dari proporsi yang sebenarnya. Perubahan cepat dalam rezim penguasa ini mencemaskan para pemimpin Afrika. Mereka sadar bahwa hal itu lebih menyulitkan perencanaan ekonomi.

Beberapa peninjau mengakui bahwa Tanzania telah berhasil dengan eksperimen yang paling menarik. Negara berpartai tunggal Tanzania memiliki sistem pemilihan yang diatur sedemikian rupa sehingga para pemimpin selalu dapat diganti.

Tradisi Afrika tentang keikutsertaan dalam mengambil keputusan tetap dilestarikan. Desakan pemerintah untuk hidup sederhana bagi para pemimpin negara menghilangkan nafsu mempertahankan kedudukan politik bagi kepentingan pribadi.

Afrika Merdeka

Kemiskinan saat Afrika Merdeka

Masalah kedua yang dihadapi oleh Afrika merdeka adalah kemiskinan. Diperkirakan bahwa, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi seperti saat ini, Afrika memerlukan waktu 200 – 300 tahun untuk mencapai tingkat pendapatan perorangan yang sama dengan negara industri maju seperti Amerika Serikat.

Mayoritas besar orang Afrika masih tinggal di dusun dan perkampungan lain dan mencari makan dari hasil tanah itu. Namun, produk pertanian tidak mampu menyaingi rata-rata pertumbuhan penduduk.

Jika rata-rata saat ini berlanjut, penduduk Afrika akan menjadi dua kali lipat dalam waktu 24 tahun. Banyak orang Afrika tidak cukup makan saat itu, mereka bahkan menghadapi masa depan yang lebih suram lagi.

Telah ditekankan bahwa industrialisasi yang intensif mungkin dapat menyelesaikan banyak masalah ekonomi Afrika. Tampaknya sedikit kemungkinannya untuk mengembangkan industrialisasi dalam waktu dekat. karena dengan pendapatan rendah di negara ini, hampir tidak ada uang tabungan yang dapat diinvestasikan dalam proyek industri.

Jadi, banyak investasi industri kecil yang terjadi di Afrika datang dari luar benua. Hal ini memperbesar pemilikan asing atas kegiatan ekonomi. Bangsa Afrika, tentu saja, berkecil hati atas perkembangan seperti ini.

Mereka mengklaim bahwa dalam praktiknya laba bagi negara penanam modal diambil mendahului laba untuk Afrika sendiri. Lagi pula, seperti juga dengan negara berkembang lainnya.

Afrika menganggap bahwa tidak ada kemungkinan bagi mereka menjual produk pabrik mereka di negara-negara maju. Mereka tahu bahwa mereka bersaing dengan kekuatan ekonomi dari produsen yang industrinya telah maju.

Bangsa Afrika telah berupaya sebaik mungkin untuk mengatasi kedua masalah ini. Mereka mendirikan Organisasi Persatuan Afrika, yang mempertemukan para kepala negara sekali setahun untuk merundingkan masalah politik Afrika.

Mereka juga telah membuat pasar bersama di Afrika Timur dan Afrika Barat, di samping Bank Pembangunan Afrika, untuk mencoba memecahkan beberapa masalah penting mereka.

Sebuah lembaga yang amat penting di benua ini adalah Komisi Ekonomi Afrika, yang didirikan oleh PBB dan berlokasi di Addis Ababa, ibu kota Ethiopia.

Fungsi utama lembaga ini adalah untuk mengajukan rancangan ekonomi atas dasar tingkat regional daripada tingkat nasional. Melalui lembaga ini bangsa Afrika berharap mendapatkan tempat di masyarakat internasional sehingga orang Afrika dapat menerima suatu tingkat hidup yang layak.

Baca juga:

Afrika Merdeka pada pertengahan dekade 1980an

Pos terkait