Israel negara kecil modern berdiri 1948

Kelahiran dan perkembangan negara Israel yang modern, hampir 2.000 tahun setelah bangsa Yahudi terpencar dari tanah ini, adalah suatu kisah yang menarik perhatian. Negara kecil modern yang didirikan pada tahun 1948 ini secara relatif adalah suatu negara kecil, baik geografis maupun penduduknya.

Namun, berita negeri ini dan rakyatnya seringkali muncul dalam berbagai berita dunia. Israel terletak sangat strategis pada jalan silang tiga benua, yakni Asia, Afrika, dan Eropa.

Tanah yang mencakup daerah yang disebut Kanaan, Israel, Yudea, dan Palestina dalam segala kejadian sejarah telah memainkan peran penting dalam perkembangan tiga agama besar (yakni Yudaisme, Kristen, dan Islam) karena ketiganya menganggap Yerusalem, ibu kota Israel, sebagai tempat suci.

Dewasa ini, ikatan politik dan ekonomi yang kuat antara Amerika Serikat dan Israel serta kepentingan negara-negara Arab dengan minyak mereka tetap menempatkan wilayah ini pada halaman pertama berita surat kabar internasional.

Geografi Israel

Israel, dalam tapal batas yang dibentuk oleh perjanjian-perjanjian dengan negara-negara Arab pada tahun 1949, mempunyai suatu tanah seluas kira-kira 20.700 km2. Sebagai akibat kemenangannya dalam Perang Enam Hari tahun 1967, negara ini menduduki tiga daerah lahan tambahan yang menambah sedikitnya 30% luas daerah aslinya.

Yang pertama, yaitu Dataran Tinggi Golan, diambil dari Suriah; yang kedua, yaitu Tepi Barat (Yudea dan Samaria), dirampas dari Yordania; sedangkan yang ketiga, yaitu Jalur Gaza, diambil dari Mesir.

Status masa depan daerah Tepi Barat dan Jalur Gaza dan penghuninya yang kebanyakan adalah bangsa Arab merupakan isu besar dalam hubungan Israel-Arab. Yerusalem timur, yang dikuasai oleh Yordania dari tahun 1948 sampai 1967, secara resmi telah dicaplok oleh Israel.

Akhirnya, dari tahun 1967 sampai 1982, Israel menguasai semua atau sebagian dari Jazirah Sinai. Wilayah Sinai, yang juga dirampas dari Mesir dalam Perang Enam Hari itu, dikembalikan sebagai bagian dari suatu perjanjian perdamaian pada tahun 1979.

Israel berbatasan di sebelah utara dengan Libanon, sebelah timur dengan Yordania dan Suriah, sebelah selatan dengan Teluk Aqaba, dan sebelah barat dengan Mesir dan Laut Tengah. Laut Galilea (juga disebut Danau Tiberias dan Yam Kinneret), induk aliran Sungai Yordan, mempunyai kepentingan besar dalam sejarah.

Laut Mati adalah danau garam yang terkenal karena kaya akan mineral, ketiadaan binatang yang hidup di dalamnya, faedah penyembuhan dengan berenang dalam air asinnya, dan merupakan titik terendah pada permukaan bumi, yakni sekitar 400 m di bawah paras laut. Sungai-sungai penting adalah Yordan, Kishon, dan Yarkon.

Peta Israel

Kunjungi Peta Israel atau di google map

Geografi Fisik

Israel memiliki empat wilayah geografi. Gurun Negev, suatu wilayah berbentuk segitiga di sebelah selatan yang mencakup lebih dari separuh negara ini, dengan bukit-bukit rendah yang menjadi semakin tandus ke arah selatan.

Dataran pantai Laut Tengah, yang dihuni oleh sebagian besar penduduk, mencakup daerah yang luasnya berkisar antara 15 dan 25 km. Ke arah timur dari dataran pantai di sebelah utara terdapat suatu jajaran perbukitan tengah dengan tinggi rata-rata 600 meter, yang dikenal sebagai bukit Galilea.

Dataran Esdraelon membentuk perbatasan selatan Galilea dan merupakan pusat kegiatan pertanian Israel. Ke arah selatan dataran itu, jajaran tengah perbukitan membentuk suatu plato yang tinggi menjulang di daerah Yudea dan Samaria. Ke arah sebelah timur perbukitan tengah terdapat lembah Sungai Yordan.

Iklim

Israel memiliki suatu iklim Laut Tengah dengan musim dingin yang sejuk dan basah serta musim panas yang hangat dan kering. Baik suhu maupun curah hujan secara mencolok berubah dari utara ke selatan.

Di perbukitan sebelah utara suhu di bulan Januari seringkali menurun sampai 4°C; rata-rata curah hujan tahunan sering melebihi 102 cm. Di Negev bagian selatan, suhu di bulan Agustus melebihi 38°C.

Rakyat Israel

Dari penduduk Israel yang berjumlah 4.000.000 jiwa itu kira-kira 83% adalah bangsa Yahudi. Selebihnya kebanyakan adalah bangsa Arab-85% beragama Islam dan sisanya beragama Kristen. Kaum Druz, suatu sekte kecil yang memisahkan diri dari agama Islam pada abad ke-11, merupakan 15% penduduk. Sekitar 1.300.000 bangsa Arab lagi hidup di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Walaupun dipersatukan oleh suatu latar belakang etnik agama dan sejarah pengejaran (perbudakan) yang sama, penduduk Yahudi di Israel telah datang dari kurang-lebih 70 negara yang berbeda-beda, dengan berbagai kebudayaan, dan berbicara dalam lebih dari 20 bahasa.

Terdapat dua kelompok besar di antara penduduk Yahudi itu. Kaum Yahudi Ashkenazi berimigrasi ke Israel dari Eropa (kecuali Spanyol dan Portugal) dan Amerika Utara. Kaum Yahudi Sephardi datang dari negara-negara Arab Timur Tengah dan Afrika Utara, Spanyol, Portugal, serta berbagai bagian Asia.

Dewasa ini, kaum Sephardi dan keturunan mereka membentuk mayoritas penduduk, tetapi kaum Ashkenazi banyak menguasai pemerintahan dan ekonomi. Situasi ini terjadi dari tingkat pendidikan yang berbeda dan pelbagai kebudayaan dari masing-masing kaum.

Tidak mengherankan bahwa pengintegrasian bangsa Yahudi dari masyarakat industri dengan mereka yang datang dari negara berkembang itu telah menimbulkan beberapa masalah bagi masyarakat Israel.

Sejumlah kekuatan sedang bekerja untuk menyelesaikan beberapa masalah ini, termasuk menaikkan tingkat pendidikan kaum Sephardi, kewajiban mengikuti dinas militer, dan suatu tingkat perkawinan campur yang menentukan antara kedua kaum itu. Baru-baru ini, Israel telah menyedot ribuan Yahudi kulit hitam dari Ethiopia.

Lebih dari 600.000 orang Arab juga hidup di Israel. Dengan mengikuti tradisi Timur Tengah, maka tiap kelompok keagamaan memiliki lembaga-lembaga pendidikan, budaya, dan agamanya sendiri. Bangsa Arab di Israel adalah warga negara penuh yang sama hak dan kewajibannya dalam undang-undang, sedangkan bahasa Arab adalah bahasa resmi negara.

Lebih dari itu, bangsa Arab duduk dalam parlemen Israel (Knesset) dan memiliki tingkat hidup yang lebih tinggi daripada penduduk Arab di banyak negara tetangga. Meskipun terdapat banyak contoh kerja sama antara kelompok Arab dan kelompok Yahudi warga negara Israel, ketegangan antara negara ini dan tetangga-tetangga Arabnya seringkali menyulut pertentangan di antara kedua kelompok warga negara itu.

Cara Hidup

Masyarakat Israel adalah masyarakat paling demokratis di Timur Tengah. Persnya bebas dengan sensor khusus untuk operasi militer; terdapat partaipartai politik oposisi yang kuat, yang dengan bebas mengeluarkan kritik umum terhadap pemerintah. Terdapat kesadaran yang kuat terhadap persamaan sosial dan politik, sedangkan jurang antara si kaya dan si miskin lebih kecil ketimbang di kebanyakan negara.

Bangsa Israel menempuh suatu kehidupan yang Berbeda-beda. Mereka berpakaian sangat mirip dengan bangsa Eropa dan Amerika, tetapi lebih menyukai gaya tidak resmi.

Kemeja khaki dengan leher terbuka dan celana pendek atau panjang hampir selalu dikenakan oleh kaum pria. Pakaian wanita rata-rata sangat praktis, sesuai dengan keperluan untuk kerja di rumah, di kebun, di kantor, atau di sebuah pabrik.

Rata-rata keluarga Israel makan daging rebus atau daging panggang, barangkali setiap hari, walaupun orang Israel yang miskin lebih jarang makan daging. Pada hari-hari libur, biasanya dihidangkan daging ayam.

Pada umumnya disediakan juga berbagai buah dan sayuran segar; bahkan selada pun seringkali dimakan untuk sarapan. Salah satu hidangan yang paling populer adalah terung yang dimasak dalam berbagai cara.

Pada hari-hari libur, bangsa ini sering mengunjungi berbagai lokasi alam yang indah dan situs arkeologi purbakala yang banyak terdapat di negara itu. Boleh dikatakan bahwa setiap orang Israel adalah ahli purbakala amatir.

Hal ini terbukti dari adanya rasa keterikatan yang mendalam terhadap zaman lampau di antara orang dari semua umur. Banyak di antara mereka, tua-muda, membiasakan diri dengan mengumpulkan pecahan tempayan (keping periuk belanga kuno) dan benda galian lain yang terdapat berserakan di seluruh negeri.

Walaupun Israel adalah sebuah negara Yahudi, hanya sedikit dari penduduknya yang menjalankan agama dengan cara yang ortodoks, atau fanatik. Namun, ciri keyahudian negara itu tampak dari ketaatan mereka terhadap hari Sabtu, sebagai hari istirahat mingguan dan hari pemujaan, serta hari-hari suci agama, khususnya Tahun Baru (Rosh Hashanah) dan Hari Penebusan Dosa (Yom Kippur).

Sekitar 3/4 jumlah penduduk Arab hidup di daerah pedesaan dan mereka menempuh kehidupan yang sama seperti petani di mana-mana. Mereka terlibat erat dengan lahan dan hidup mereka diatur oleh musim-musim sepanjang, tahun. Kehidupan kota bagi bangsa Arab adalah sangat menyerupai kehidupan kota penduduk Yahudi.

Pendidikan

Pendidikan dasar adalah gratis dan wajib sampai usia 16 tahun, selanjutnya gratis tetapi tidak wajib sampai usia 18 tahun. Jumlah siswa di sekolah Israel telah meningkat lebih dari 900% sejak tahun 1914 dan jumlah perguruan tinggi meningkat lebih dari dua kali lipat.

Lembaga-lembaga terbesar adalah Universitas Ibrani di Yerusalem dan Universitas Tel Aviv. Sistem pendidikan mencoba mengajarkan nilai-nilai nasional, sosial, dan keagamaan dengan penekanan pada studi dan program Yahudi guna mempromosikan nilai-nilai dan pengertian demokratis di antara kelompok-kelompok keturunan.

Pada umumnya, orang Arab, yang ingin melestarikan kebudayaan, agama, dan jati diri mereka sendiri, mengikuti sekolah terpisah yang memakai bahasa Arab sebagai bahasa pengantar.

Kebudayaan dan Kesenian

Sejak berdirinya, Israel telah mengutamakan sekali perkembangan bahasa dan kebudayaan Ibrani. Kelompok penyanyi dan tarian rakyat menarik jumlah pengikut yang besar.

Israel telah mencapai suatu reputasi yang teguh dalam musik klasik karena tingkat penampilan yang tinggi dari Orkestra Filharmonik Israel dan jumlah besar pengunjung konser. Terdapat sekitar 250 lembaga kebudayaan (sebagian bergantung kepada dana pemerintah) yang aktif dalam teater, musik, tarian, susastra, film, kesenian visual, dan cerita rakyat.

Kota-Kota

Lebih dari 85% rakyat hidup di daerah perkotaan sehingga membuat Israel menjadi salah satu negara paling terurbanisasi di dunia. Sekitar 12% hidup di permukiman pedesaan seperti desa koperasi dan desa pertanian. Hanya 3% hidup di permukiman kolektif (Kibbutz).

Kurang dari 1% penduduk Israel adalah bangsa Arab Badui, nomadik dan seminomadik, yang memelihara biri-biri, kambing, dan onta. Lebih dari 2/3 penduduk Yahudi terpusat di tiga daerah metropolitan-yakni Tel Aviv-Jaffa, Haifa, dan Yerusalem.

Tel Aviv-Jaffa

Yang terbesar dari ketiga daerah metropolitan itu, yaitu Tel Aviv-Jaffa, terletak di dataran pantai sempit di sepanjang Laut Tengah. Terdapat bukti akan adanya permukiman yang bersinambung di Jaffa selama 7.000-10.000 tahun.

Semakin banyak orang Yahudi mulai bermukim di daerah itu pada akhir tahun 1800-an dan membangun kota Tel Aviv pada tahun 1909 di atas bukit pasir yang tandus di sebelah utara Jaffa. Tel Aviv dewasa ini menjadi pusat perniagaan, industri ringan, dan hiburan di Israel. Kota itu memiliki banyak pesisir, hotel, toko, warung kopi, teater, gedung konser, museum, dan universitas.

Yerusalem

Yerusalem adalah ibu kota Israel yang modern, persis seperti dahulu ketika menjadi ibu kota dua negara Yahudi kuno. ”Kota tua” yang terletak tinggi di atas bukit Yudea itu berisi tempat-tempat suci Yudaisme, Kristen, dan Islam.

Haifa

Kota pelabuhan Haifa yang cantik di Israel utara itu terletak di suatu jazirah kecil yang menjorok ke Laut Tengah. Dari pelabuhannya kota itu naik mendaki lereng-lereng hijau Gunung Karmel.

Haifa merupakan pelabuhan tersibuk, pusat industri utama, dan tempat beradanya Institut Teknologi Israel (Technion). Di atas Gunung Karmel itu terdapat pusat kepercayaan Bahai sedunia.

Kota-Kota Lain

Kota-kota penting lainnya termasuk Beersheba, pusat regional Nejev; Eilat, pelabuhan sebelah selatan yang menyediakan jalan masuk ke Laut Merah dan Samudra Hindia; dan kota-kota Ascalon dan Acre. Kota utama di Jalur Gaza adalah kota Gaza. Kota-kota penting di tepi Barat meliputi lericho, Hebron, dan Bethlehem.

Ekonomi

Proporsi terbesar (hampir 30%) angkatan kerja bekerja di pelayanan umum dan pelayanan masyarakat; lebih dari seorang di antara lima orang pekerja bekerja di bidang industri. Selebihnya bekerja di perdagangan, pariwisata, dan perbankan. Hanya sekitar 5,5% angkatan kerja itu bekerja di perkebunan atau kegiatan di pertanian lainnya.

Israel memiliki lebih dari 200 permukiman kolektif yang disebut Kibbutz, yang menyerap hanya sekitar 3% penduduk, tetapi sudah lebih dahulu melaksanakan pengembangan pertanian, sosial, dan belakangan ini industri.

Kibbutz adalah suatu permukiman, yang sebagian besar kekayaan dimiliki secara kolektif dan berbagai keputusan dibuat oleh para wakil yang dipilih. Di kebanyakan permukiman ini para anggota makan dalam sebuah aula makan umum, sedangkan anak-anak dirawat selama siang hari di panti anak-anak dan sekolah kolektif.

Hasil bumi utama Israel yang berupa buah sitrus dan sayuran menyediakan sebagian besar kebutuhan pasaran Eropa untuk musim dingin. Gandum dan jewawut juga penting. Unggas adalah ternak yang paling banyak dipelihara. Satu-satunya sumber daya alam yang penting adalah kalium karbonat dan fosfat.

Industri lsrael meliputi pemrosesan pangan, penggosokan intan, bahan kimia, tekstil, semen, keramik, dan produksi mesin. Minyak bumi, intan kasar, dan alat mesin adalah impor utama, sedangkan intan asahan, buah-buahan, dan sayuran merupakan ekspor utama.

Di tahun-tahun belakangan ini, Israel telah mengembangkan suatu reputasi yang kokoh dalam komputer dan produk teknologi tinggi lainnya, termasuk alat senjata yang canggih.

Walaupun perang masih berlanjut, Israel telah mengembangkan suatu standar hidup yang relatif tinggi. Pada awal tahun 1980-an standar hidup ini menjadi sangat merosot karena inflasi memuncak sampai 1 000% per tahun.

Menjelang tahun 1986, masalah ini dapat dikendalikan oleh kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah. Israel mempunyai ekonomi campuran: berbagi pabrik milik swasta mempekerjakan sekitar 75% angkatan kerja; berbagai industri milik negara dan industri yang dimiliki oleh Histadrut (Federasi Buruh Umum) mempekerjakan selebihnya.

Pembangunan Israel telah banyak didukung oleh bantuan luar negeri Amerika Serikat dan sumbangan keuangan dari masyarakat Yahudi sedunia.

Pemerintahan Israel

Israel memiliki sistem pemerintahan parlemen sama dengan pemerintahan di Inggris. Knesset, atau parlemen, mempunyai 120 anggota yang dipilih untuk masa jabatan 4 tahun. Perdana menteri, yang memimpin kabinet, adalah ketua partai politik yang berkuasa. Presiden, yang dipilih oleh Knesset, memegang suatu jabatan yang sangat seremonial.

Pemilihan umum Israel sangat berbeda dengan pemilihan umum di Amerika Serikat. Para anggota Knesset tidak mewakili wilayah-wilayah negara itu.

Sebaliknya, tiap partai politik memajukan calon. Bergantung pada seberapa banyak suara yang diterima oleh suatu partai dari seluruh negara, maka partai akan menerima sejumlah kursi tertentu guna mengisi Knesset.

Belum pernah terjadi dalam sejarah Israel bahwa suatu partai menerima cukup suara guna memperoleh suatu mayoritas mutlak (61 kursi). Jadi, partai dengan kursi terbanyak biasanya diminta (oleh presiden) untuk mencoba membentuk suatu koalisi dengan partai lain (biasanya yang kecil).

Dalam pemilihan 1984, ketika tidak satu pun dari dua partai besar (Likud dan Buruh) sanggup membentuk koalisi semacam itu, maka dua partai ini bersama-sama membentuk suatu pemerintah ”persatuan nasional” yang mengambil langkah-langkah keras yang perlu untuk menempatkan kembali ekonomi pada relnya.

Sejarah Israel

Kembali ke Palestina telah menjadi pusat pemikiran Yahudi jauh sejak tercerai-berainya (disebut diaspora) bangsa Yahudi oleh bangsa Romawi pada tahun 70 Masehi. Sepanjang diaspora yang lama ini, selalu ada suatu cabang kecil bangsa Yahudi yang kembali ke negeri tempat mereka pernah menikmati kebebasan selama ratusan tahun seperti tercatat dalam Injil.

Walaupun negara Israel baru didirikan pada tahun 1948, pergerakan Zionis modern yang merupakan cikal-bakal negara itu telah dibentuk di Swis pada tahun 1897 oleh Theodore Herzl, seorang Yahudi Hongaria.

Setelah mengamati serangkaian insiden anti-Semit di Prancis, Herzl menarik kesimpulan bahwa bangsa Yahudi membutuhkan suatu negara mereka sendiri untuk menyelamatkan diri mereka dari pengejaran selanjutnya oleh orang Kristen.

Pergerakan Zionis itu mendapat popularitas di seluruh Eropa. Berbagai upaya dilakukan untuk berunding dengan bangsa Turki Usmani, yang telah menguasai Palestina sejak awal tahun 1400-an, agar mengizinkan imigrasi Yahudi ke tanah itu.

Menjelang meletusnya Perang Dunia I pada tahun 1914, hanya terdapat sekitar 85.000 orang Yahudi di Palestina, yang mencakup sekitar 20% penduduk Palestina. Namun, pada awal dekade 1880-an, daerah hunian bangsa Yahudi di Palestina barat-yaitu bagian utara jalur pantai dan daerah sebelah utara Laut Galilea telah didiami oleh sekitar 59.000 orang Yahudi, 56.000 orang Arab Muslim, dan 37.000 orang Arab Kristen.

Palestina di Bawah Mandat Inggris

Selama Perang Dunia I, Inggris yang berperang dengan Turki, berusaha mendapatkan dukungan dari bangsa Yahudi seluruh dunia untuk memperkuat posisinya dengan mengeluarkan Deklarasi Balfour.

Deklarasi ini menyatakan bahwa Pemerintah Inggris akan meninjau dengan senang hati pembentukan suatu tanah air nasional bagi rakyat Yahudi di Palestina”, asalkan tidak akan merugikan ”hak-hak sipil dan agama bagi masyarakat-masyarakat non-Yahudi di Palestina ataupun hak dan status politik yang dinikmati oleh bangsa Yahudi di negara yang lain”.

Pada waktu yang sama, Inggris menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa Arab di tanah-tanah daerah yang diambil dari Kekaisaran Usmani, sementara itu mereka juga secara rahasia membuat sebuah perjanjian dengan Prancis dan Rusia untuk membagi tanah ini di antara kekuatan-kekuatan kolonial.

Setelah Perang Dunia l, lnggris diserahi suatu mandat atas Palestina oleh Liga Bangsa-Bangsa. Sebagian dari ketentuan dalam mandat itu meminta Inggris melaksanakan Deklarasi Balfour. Beberapa pemimpin bangsa Arab menerima baik para imigran Yahudi, dengan sambutan ”selamat kembali yang tulus”.

Namun, sikap ini segera berubah setelah sentimen keagamaan, yang digalakkan oleh Mufti Yerusalem, berkobar di antara para petani Arab. Dengan demikian, aspirasi bangsa Yahudi dan tuntutan bangsa Arab untuk kemerdekaan memanas terus dan mengarah kepada kekerasan. Inggris mencoba mengadakan kompromi-kompromi, tetapi semuanya ditolak oleh bangsa Arab.

Di antara dua Perang Dunia, penduduk Yahudi meningkat menjadi sekitar sepertiga ‘dari seluruh penduduk Palestina (lebih dari 600.000 orang). Selama periode yang sama, orang Arab yang bahkan berjumlah lebih besar memasuki Palestina secara ilegal karena teknologi Barat yang dibawa oleh penduduk Yahudi menyebabkan suatu pembangunan ekonomi secara cepat. Selama satu periode triwulan dalam tahun 1934 saja, 30.000-34000 orang ,Arab memasuki Palestina dari Suriah.

Seusai Perang Dunia II, yang diwarnai dengan terbantainya sekitar 6.000.000 orang Yahudi dan Nazi Jerman, tuntutan Zionis untuk kemerdekaan bertumbuh terus. Berbagai kelompok Yahudi bawah tanah mulai menyerang pemerintah Inggris di Palestina.

Sebagai akibatnya, situasi itu diajukan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang mengusulkan pemisahan negeri itu ke dalam sebuah negara Yahudi dan sebuah negara Arab Palestina yang bersatu dalam suatu kesatuan ekonomi, dengan Yerusalem sebagai kota internasional.

Tetangga-tetangga Arab Palestina menolak untuk menerima pemisahan tanah Palestina tersebut. Tanggal 14 Mei 1948, ketika pasukan terakhir Inggris akan meninggalkan Palestina, para pemimpin Yahudi Palestina mengumumkan kemerdekaannya.

Israel diserang oleh lima angkatan darat Arab. Sebagai akibat dari perang itu, Yordania mencaplok Tepi Barat, yang seharusnya menjadi jantung negara Arab Palestina; Mesir menguasai Jalur Gaza; dan Israel mencaplok wilayah Galilea.

Keadaan perang yang berlarut

Pada akhir perang kemerdekaan Israel tahun 1949, Mesir, Libanon, Suriah dan Yordania menandatangani perjanjian pelucutan senjata dengan bantuan PBB. Negara-negara Arab itu menolak berunding langsung dengan Israel dan tetap tidak mengakui keberadaan negara ini.

Tahun 1956 perang kedua meletus ketika Mesir menutup Selat Tiran bagi kapal Israel, menasionalisasikan Terusan Suez, dan menolak lalu lintas Israel melalui terusan itu. Sebagai reaksi terhadap blokade ini Israel menyerang Mesir, dengan persetujuan Prancis dan Inggris, dan menduduki Jalur Gaza dan Jazirah Sinai.

Walaupun Mesir kalah, tekanan hebat dari Amerika Serikat menyebabkan israel menarik diri dari daerah tersebut. Mesir tetap tidak mengizinkan lalu lintas masuk ke terusan, tetapi sebuah pasukan pengawas perdamaiaan PBB ditempatkan di Sinai dan Selat Tiran pun dibuka kembali.

Tahun 1967, perang meletus lagi. Karena desakan Mesir, pasukan PBB ditarik kembali memblokade Selat Tiran dikenakan dan tentara Mesir bergerak memasuki Sinai. Israel bereaksi terhadap aksi ini dengan menyerang Mesir. Suriah dan Yordania pun menyerang Israel, tetapi dalam 6 hari ketiga negara Arab itu dikalahkan dan bagian-bagian besar daerah mereka diduduki oleh Israel dalam Perang Enam Hari Itu.

Perang keempat (Perang Yom Kippur) antara Israel dan Mesir terjadi Tahun 1973 ketika Mesir dan Suriah menyerang Israel. Setelah perang ini, PBB meminta Israel mundur dari wilayah Terusan Suez dan serangkaian perjanjian pelepasan dirundingkan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Henry Kissinger.

Tahun 1977, Presiden Anwar eI-Sadat dari Mesir menerima undangan Perdana Mentri Menachem Begin untuk datang ke Yerusalem. Ini mengarah kepada suatu persetujuan Camp David antara Israel dan Mesir tahun 1978 dan kepada suatu perjanjian perdamaian tahun 1979.

Sebagai imbalan bagi pengakuan Mesir terhadap Israel, Israel mengembalikan Sinai kepada Mesir dan setuju untuk membahas penentuan nasib sendiri bagi Palestina.

Namun, serangan-serangan yang berkelanjutan oleh unsur-unsur Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang berpangkalan di Libanon mendorong terjadinya invasi 1982 terhadap Libanon oleh pasukan Israel, yang lalu mendudukinya sampai tahun 1985. Ribuan pendukung PLO dicerai-beraikan dari Libanon ke lokasi-lokasi di seantero Timur Tengah sebelum tentara Israel menarik diri dari Libanon.

Serangkaian pembicaraan damai antara Israel dan negara-negara Arab sekitarnya dimulai setelah Perang Teluk 2 tahun 1991 , tetapi golongan garis keras kedua belah pihak berusaha menghalangi penyelesaian. pemerintahan buruh yang berktiasa di Israel setelah pemilihan tahun 1992 menandatangani perjanjian damai dengan PLO pada 1993 dengan penyerahan daerah Jalur Gaza dan Jericho kepada Palestina. Penyerahan itu dilakukan pada 1994 ketika Israel juga mengadakan perjanjian damai dengan Yordania.

Diulas oleh: Richard W. Bullet.
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait