Laos negara hutan tropis di Asia Tenggara

Sebagai negara kecil di kawasan Asia Tenggara yang sebagian besar masih belum dikembangkan, Laos adalah negara yang penuh dengan gunung yang menjulang tinggi dan padat dengan hutan tropis yang lebat.

Pada tahun 1300-an, Laos merupakan sebuah kerajaan yang kuat yang menguasai wilayah-wilayah yang kini adalah negara Cina, Kampuchea, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.

Setelah beberapa abad, kerajaan ini pun runtuhlah. Pada akhir abad ke-19, wilayah ini menjadi sebuah koloni Prancis dan baru merdeka pada tahun 1953.

Selama perang Indocina, Laos menahan dirinya untuk tidak terlibat dalam perang, sebagian besar karena alasan letak geografisnya.

Laos juga terkoyak oleh perang saudara. Hingga tahun 1975, negeri ini adalah sebuah kerajaan dan di saat pemerintah komunis berdiri, kerajaan ini pun dihapuskan.

Geografi Laos

Laos terletak di bagian dalam Semenanjung Indocina yang berteras-teras dan bergunung-gunung, yang merupakan perpanjangan benua Asia yang luas ke utara. Di bagian timur negara ini berbatasan dengan Vietnam, terletak berbagai jurang tinggi dari pegunungan Kordilera Annam.

Menurut sejarahnya, pegunungan ini telah menjadi penghalang alamiah bagi yang ingin melintas dan merupakan alasan utama untuk membedakan suku Laos dan Thai di bagian barat dengan suku Vietnam di bagian timur pegunungan.

Iklim di Laos pada umumnya adalah hangat meskipun terpengaruh oleh berbagai perubahan musim. Suhu udara berkisar dari 28° C di musim panas hingga 15° 26°C mulai bulan November sampai bulan Februari. Maret dan April biasanya merupakan bulan bulan yang panas dan kering.

Mulai bulan Mei hingga Oktober, angin pasat baratdaya membawa curah hujan setinggi 25 cm setiap bulannya. Selama musim kemarau, November-April, rata-rata curah hujan adalah kurang dari 2,5 cm.

Sumber alam Laos, yang sebagian besar belum diolah, terdiri atas kayu jati, timah, timbel, perak, dan emas. Terdapat juga banyak potensi hidroelektrik yang besar di sepanjang sungai yang banyak jumlahnya, khususnya Sungai Mekong, salah satu sungai terbesar di Asia Timur.

Selama ratusan tahun transportasi air merupakan sarana utama masyarakat Laos. Sungai Mekong, yang menjadi tapal batas barat dengan Thailand, merupakan urat nadi utama bagi komunikasi antara Laos utara dan selatan. Berbagai anak Sungai Mekong menyediakan jalan a|am menuju pedalaman yang bergunung-gunung.

Peta wilayah Laos

Kunjungi Peta Laos atau di google map

Penduduk Laos

Dataran banjir Lembah Mekong yang luas sangat cocok untuk ditanami padi di sawah-sawah yang teririgasi baik. Sebagian besar orang Lao kelompok suku utama di Laos tinggal di dataran dan lembah ini.

Dari segi bahasa suku Lao berhubungan dengan orang Thai dan banyak orang Lao ditemukan menyeberang melintasi perbatasan Thailand utara dan timurlaut.

Pada umumnya, orang Lao lebih suka tinggal di sekitar air serta dikelilingi sawah dan tanaman lebat lembah sungai tropis. Desa Laos yang kecil pada umumnya dihuni oleh 300 – 500 orang.

Rumah biasanya dibangun dari bambu dan dialasi balok kayu. Ruangan di dalam rumah digunakan untuk menyimpan berbagai peralatan dan mengamankan ternaknya di malam hari. Sebuah gudang yang tinggi terletak agak jauh dari tempat tinggal keluarga.

Daerah pemukiman ini seringkali menjadi terisolasi selama puncak musim hujan, yaitu pada bulan Juli dan Agustus. Kereta lembu lalu menjadi satu-satunya bentuk transportasi yang mungkin di daerah pedesaan.

Masa ini adalah masa beristirahat karena terjadi setelah musim bajak dan musim tanam yang melelahkan pada bulan Mei dan Juni. Musim kemarau, yang datang setelah musim panen pada bulan November, merupakan saat bepergian dan berkunjung ke rumah kawan dan saudara.

Menjelang bulan Maret Laos menjadi panas, kering, dan berdebu lagi dan orang mulai menunggu saat datangnya musim tanam padi berikutnya.

Sejak pemerintah komunis berkuasa pada tahun 1975, Laos telah berusaha memukimkan kembali banyak petaninya di pertanian kolektif. Namun, produksi beras, yang rusak parah akibat perang Indocina dan perang saudara, belum pulih kembali sehingga harus mengimpor beras dalam jumlah yang banyak untuk memberi makan penduduknya.

Di Laos terdapat hanya beberapa industri saja. Banyak teknisi, pengusaha, dan pengusaha toko meninggalkan negerinya sewaktu pemerintah komunis mulai berkuasa.

Orang Lao beragama Budha meskipun banyak di antaranya masih percaya pada arwah setempat (atau phi). Di waktu lampau, kuil Budha berfungsi sebagai pusat budaya dan sosial orang Lao desa. Namun, pemerintah komunis kini menekan praktik agama Budha di Laos.

Prancis mendirikan berbagai sekolah umum sehingga pada tahun 1951 pendidikan adalah wajib bagi penduduk Laos. Namun, banyak orang desa masih memperoleh pendidikan mereka dari para bikhu Budha.

Pendidikan ini akhirnya kacau akibat Perang Vietnam. Sejak saat itu, banyak gedung sekolah baru didirikan sehingga angka niraksara menjadi berkurang sekali. Terdapat sebuah universitas di Vientiane dan banyak mahasiswa Laos belajar pada berbagai universitas di Uni Soviet dengan menerima bea siswa.

Pegunungan Laos dihuni oleh berbagai orang dari suku yang berbeda, banyak di antara mereka berhubungan dengan suku-suku di dataran tinggi di wilayah sekitarnya Thailand, Myanmar, Cina, dan Vietnam.

Suku perbukitan yang bermukim di desa-desa kecil dan terpencar ini melakukan pertanian bakar-dan pindah di lereng-lereng bukit di dekat tempat tinggalnya.

Dalam bentuk pertanian yang primitif ini, petani mencabut akar dan mengacak-acak lahan untuk ditanami berbagai tanaman. Kayu ini lalu dibakar dan abunya digunakan sebagai pupuk.

Di antara suku pegunungan terdapat suku Meo dan Yao, yang berpindah ke Cina Selatan selama abad yang silam. Terdapat juga banyak suku Kha yang merupakan keturunan penduduk asli Semenanjung Indocina. Suku Kha berkeluarga dengan suku Montagnard (suku perbukitan) Laos dan Vietnam.

Kehidupan di bukit adalah keras sehingga suku perbukitan ini hanya memiliki sedikit profesi. Anggota keluarga bekerja berjam-jam untuk membersihkan dan membakar kayu dan lalu menanam dan memanen padi kering (atau padi bukit), yang merupakan makanan pokoknya.

Orang bukit ini meluangkan waktunya untuk melaksanakan upacara pengorbanan hewan bagi arwah nenek moyang. Kadang-kadang mereka bepergian ke kota yang terletak di dataran rendah untuk menjual hasil pertanian mereka.

Meskipun suku pegunungan ini meliputi hampir separuh penduduk Laos, mereka masih tetap terisolasi dari orang dataran rendah, yang telah mengeksploitasi dan memperbudak mereka di masa lampau.

Pemerintah komunis telah berusaha untuk memaksa orang pegunungan ini meninggalkan pegunungan dan bermukim di daerah pertanian baru di dataran rendah. Namun, banyak di antara mereka menolak.

Beberapa di antaranya telah melarikan diri ke Thailand dan beberapa lainnya ikut perang gerilya melawan tentara Vietnam atau tentara Laos. Perlawanan terbesar berasal dari orang Meo yang telah berperang melawan komunis selama Perang Vietnam.

Kota

Laos hanya memiliki beberapa kota penting, yang utama di antaranya adalah Vientiane dan Luang Prabang, keduanya terletak di tepi Sungai Mekong. Vientiane (berpenduduk 90.000 jiwa) merupakan kota terbesar dan ibu kota negara serta merupakan pusat perdagangan terkemuka.

Bandara utama terletak di Vientiane. Dua ratus sepuluh kilometer baratlaut Vientiane terletak kota Luang Prabang, bekas ibu kota kerajaan Laos. Luang Prabang terutama merupakan kota pasar, yaitu tempat menjual berbagai barang yang diproduksi oleh para petani, nelayan, dan pekerja kayu.

Sejarah Laos

Pada mulanya, orang Laos, Siam, dan para penutur bahasa Thai bermukim di Cina selatan. Di sini mereka mengembangkan pola kehidupan yang khas yang berpusat di sekitar tanaman padi di dasar-dasar lembah.

Selama abad pertama, orang-orang ini terkadang mulai berpindah ke selatan dan ke barat. Bahkan mereka ada yang mencapai Birma di barat dan dataran rendah banjir Menam yang besar di Thailand di sebelah selatan.

Dengan diorganisasi menurut cara-cara semifeodal dan diperintah oleh kaum militer dan kaum elite, para pendatang baru ini menaklukkan, memaksa, dan memperbudak penduduk setempat.

Di wilayah Laos, nenek moyang bangsa Lao mendirikan negara kepangeranan merdeka yang kecil. Pada tahun 1353, Fa Ngoun, penguasa Lao pertama dalam sejarah, berhasil menyatukan kepangeranan ini menjadi sebuah kerajaan Lan Chang (Lan Xang) kerajaan ”satu juta gajah”.

Menjelang awal dekade 1700-an, permusuhan di antara negara-negara bagian yang bersaing mengakibatkan kerajaan ini pecah menjadi 3 bagian.

Pada abad ke-19, sebagian besar Laos diambil alih oleh orang Siam (kini Thailand). Penguasaan Siam ini berlanjut hingga tahun 1893 sewaktu Prancis, yang sedang mencari tanah jajahan baru di Indocina, mendepak orang Siam dari negara-negara Laos.

Laos lalu menjadi negara protektorat di dalam wilayah Indocina Prancis termasuk juga negara Kampuchea dan Vietnam. Keluarga penguasa Luang Prabang diumumkan sebagai keluarga kerajaan dan Prancis memerintah negeri ini secara tidak langsung melalui Raja Luang Prabang.

Laos diberi kemerdekaan semu, sebagai negara yang memerintah sendiri, di dalam uni Prancis, pada tahun 1949 dan diberi kemerdekaan penuh pada tahun 1953.

Di bawah pasal perjanjian Jenewa tahun 1954, yang mengakhiri perang lndocina – Prancis, Laos diakui sebagai negara netral, merdeka, dan berdaulat.

Namun, sebagai akibat pertempuran antara tentara komunis Pathet Lao, yang didukung oleh Vietnam Utara, melawan tentara kerajaan, hingga saat itu negeri ini tetap terpecah-belah.

Pada tahun 1960, para perwira yang netral memimpin pemberontakan melawan pemerintah dan tentara mereka berhasil menduduki wilayah yang strategis.

Pada tahun 1961 – 1962, konferensi antarbangsa dilangsungkan di Jenewa untuk memecahkan masalah. Hasil konferensi Jenewa 1962 memberikan jaminan internasional tentang kenetralan kemerdekaan negeri ini.

Suatu pemerintahan koalisi dibentuk, yang terdiri atas tiga fraksi politik (golongan netral, konservatif, dan komunis), dengan Pangeran Souvanna Phouma sebagai perdana menteri.

Selama Perang Vietnam, pemerintah berusaha mempertahankan posisi netralnya yang kuat. Namun, hal ini ternyata menyulitkan.

Apa yang disebut jejak Ho Chi Minh, yang merentang melalui Laos timur, digunakan oleh tentara Vietnam Utara untuk memindahkan tentara dan perbekalannya ke Vietnam Selatan.

Pada saat yang sama, petentangan antara kekuatan komunis dan nonkomunis terus berlanjut. Pada tahun 1973, ditandatanganilah perjanjian damai antara pemerintah dan tentara Pathet Lao.

Suatu pemerintahan koalisi segera dibentuk pada tahun 1974, dengan sekali lagi Souvanna Phouma sebagai perdana menteri.

Namun, pada tahun 1975, menyusul kemenangan komunis di Vietnam dan Kampuchea, tentara Pathet Lao mengambil kendali penuh atas wilayah ini sehingga banyak tentara yang meIarikan diri ke Thailand.

Sejak tahun 1975, pemerintah telah bergantung sekali atas bantuan Vietnam dan Uni Soviet. Pada pertengahan dekade 1980-an sejumlah 50.000 tentara Vietnam ditempatkan di Laos.

Pemerintahan

Laos merupakan sebuah kerajaan konstitusional hingga tahun 1975, sewaktu Raja Sayang Vatthana menyerahkan singgasananya dan dibentuk Republik Rakyat Komunis.

Dewan nasional, atau kongres rakyat, memilih Pangeran Souphanouvong, masih saudara sepupu Souvanna Phouma dan telah lama menjadi pemimpin tentara Pathet Lao, sebagai presiden.

Dewan nasional ini juga memilih seorang perdana menteri baru dan kabinetnya serta Dewan Tertinggi Rakyat untuk menyusun konstitusi baru.

Baca juga:

Diulas oleh: FRANK M. LeBAR, Editor Bersama, Laos: Its People, Its Society, Its Culture
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait