Tibet negeri Atap Dunia dan Tanah Salju

Tibet, yang merupakan wilayah otonomi Cina Komunis, adalah suatu tempat yang sangat jauh dan amat tinggi. Negeri ini juga disebut Atap Dunia dan Tanah Salju. Selama ratusan tahun, tempat ini merupakan wilayah dunia yang misterius dan terpencil karena pegunungan tinggi yang mengelilinginya.

Menurut mitos Tibet, seekor kera diutus oleh Avalokitesvara (Yang Maha Pengasih), yaitu Tuhan pelindung rakyat negeri ini untuk menyempurnakan diri dengan bersemedi di Tanah Salju. Karena tergiur dan diancam oleh ogress pegunungan (suatu mahkluk mistik) yang menyamar sebagai seorang wanita cantik, kera itu memutuskan untuk mengorbankan semedinya dengan menikahi wanita tersebut sehingga ia tidak harus menikah dengan sesama ogress dan menurunkan lebih banyak ogress lagi yang selalu akan menggoda setiap mahkluk hidup di Tanah Salju.

Maka, menurut mitos itu selanjutnya, orang Tibet adalah keturunan kera suci dan wanita iblis yang cantik.

Geografi Tibet (Iklim, Satwa, Ekonomi)

Tibet adalah plato yang sangat tinggi, yaitu dengan ketinggian rata-rata 4.500 m dan dikelilingi oleh pegunungan yang tertinggi di dunia. Pegunungan Kunlun berada di utara, sedangkan Pegunungan Himalaya berada di selatan.

Di sebelah barat, antara Pegunungan Kunlun dan Himalaya, terletak Pegunungan Karakorum. Di bagian timur, terdapat tiga sungai besar, yaitu sungai Yangtze, Mekong, dan Salween, melewati jurang yang dalam dan melalui pegunungan yang relatif rendah. Tibet juga merupakan hulu sungai besar Asia lainnya, yaitu Brahmaputra (disebut dengan Tsangpo), Indus, dan Sutlej.

Plato Tibet meliputi suatu wilayah yang luasnya hampir 1.300.000 km2 dan terdiri atas 3 wilayah: Lembah Tsangpo, Chang Tang, dan Kham. Lembah Tsangpo adalah pusat ekonomi, budaya, agama, dan politik.

Ketiga kota besar Tibet adalah Lhasa, Shigatse, dan Gyangtse terletak di wilayah ini. Dataran tinggi yang tersapu angin, Chang Tang, atau ”dataran utara”, adalah wilayah yang paling tinggi.

Chang Tang ini gersang dan dingin dan memiliki banyak danau garam. Bagian timur Tibet adalah Kham. Curah hujan di Kham, yang memiliki hutan dan padang rumput yang luas serta endapan mineral yang kaya, adalah lebih banyak daripada curah hujan di wilayah lainnya.

Meskipun jurang-jurang yang dalam yang diakibatkan oleh sungai dan anak-anak sungai membuat pembangunan jalan di Tibet terhalang, Kham padat penduduknya. Banyak di antara penduduknya tinggal di lereng-lereng pegunungan.

Peta wilayah Tibet

Kunjungi Peta Tibet di google map

Iklim Tibet

Sebagian besar wilayah Tibet kering dan sangat dingin sepanjang tahun. Kecuali di wilayah Kham dan sebagian Lembah Tsangpo, curah hujan jarang mencapai 25 cm setahun.

Angin kencang, kilat, dan badai salju adalah hal yang biasa. Suhu di ibu kota Lhasa, adalah sedang. Namun, di Lhasa pernah tercatat suhu 32°C di musim panas dan 40°C di musim dingin. Iklim wilayah ini beragam menurut letak dan ketinggian pegunungannya. Bahkan di bagian yang sama pun, suhu dapat beragam dari satu tempat ke tempat lainnya.

Kehidupan Satwa

Binatang buas, seperti panda raksasa, rusa kesturi, dan kiang (keledai yang buas) banyak berkeliaran di Tibet. Binatang ternaknya meliputi yak (sejenis sapi yang berbulu panjang dan kusut), biri-biri, kambing, kuda kerdil, bagal, dan mastiff (anjing besar).

Hewan yang terpenting adalah yak. Yak merupakan binatang beban dan sumber makanan dan perlindungan. Bulu yak dipintal menjadi tenda. Kambing dan biri-biri juga diternakkan untuk makanan dan wol serta kulitnya.

Ekonomi

Tibet adalah sebuah negara pertanian. Di antara biji-bijian dan sayuran yang paling umum ditanam adalah gandum, gandum soba, jewawut, kacang polong, dan buncis. Belakangan ini, padi-padian, jagung, dan 42 jenis sayuran dibawa ke wilayah ini untuk percobaan.

Kebanyakan tanaman itu justru tumbuh subur di lahan yang amat tinggi ini. Hingga akhir-akhir ini, hanya sejumlah kecil orang bekerja di bidang kerajinan logam, pemintalan, pembuatan gerabah, dan ukiran kayu.

Sejak akhir tahun 1950-an, pertambangan batu bara merupakan industri terpenting. Tibet juga mengekspor wol, bulu yak, kulit, dan bahan parfum serta mengimpor teh, berbagai barang kapas, dan peralatan rumah tangga. Termasuk endapan mineralnya adalah garam, boraks, emas, besi, dan minyak.

Sejak dulu, transportasi merupakan masalah yang paling sulit. Sebelum tahun 1952, kendaraan beroda tidak pernah digunakan dan satu-satunya alat transportasi adalah hewan. Setelah tahun 1952, jalan raya yang panjangnya berkilo-kilometer dibangun, kereta api dan pesawat udara menghubungkan wilayah ini dengan berbagai bagian Cina.

Penduduk Tibet

Plato Tibet merupakan tempat tinggal lebih dari 1.700.000 orang meskipun kini banyak pula yang tinggal di wilayah sekitarnya. Orang termasuk kelompok keluarga suku Mongoloid yang meliputi penduduk asli Asia Timur dan Asia Tenggara.

Namun, para ahli etnologi ilmuwan yang mempelajari penyebaran manusia mengklaim telah menemukan dua tipe utama orang negeri ini, yang satu berkepala panjang dan tinggi yang tinggal di utara dan timur, khususnya di Kham, sedangkan yang satunya lagi berkepala bundar dan pendek, bertulang pipi tinggi, dan berhidung datar.

Bahasa lisan termasuk rumpun keluarga bahasa Tibeto-Myanmar. Abjad bahasa Tibet didasarkan pada bahasa Sanskerta, yaitu bahasa India kuno.

Mungkin, hal yang paling aneh pada orang di wilayah ini adalah agamanya, Lamaisme, yaitu versi agama Budha. Sekitar 3.000 buah Lamaseri, atau biara, berfungsi sebagai pusat pendidikan, perdagangan, dan agama.

Kepala biara Lama, Dalai Lama, yang merupakan penjelmaan Avalokitesvara, merupakan penguasa tertinggi politik dan spiritual Tibet. Dalai Lama yang sekarang (yang ke-14) berada di pengasingannya di India sejak 1959 sebagai akibat pemberontakannya yang gagal melawan Cina Komunis.

Sebelum pemberontakan tahun 1959, di wilayah ini terdapat sekitar 100 keluarga bangsawan. Sebagian besar memiliki tanah pribadi yang luas dan melakukan perdagangan. Mereka membagi bersama kekuasaan politik Tibet dengan Lama yang berperingkat tinggi.

Sebagian besar orang adalah petani miskin yang tidak memiliki tanah sendiri dan bekerja sebagai penyewa atau buruh sewaan di lahan-lahan yang dimiliki oleh pemerintah, biara, Lama tinggi, atau para bangsawan.

Setelah tahun 1959, semua tuan tanah disingkirkan oleh penguasa komunis di bawah kampanye reformasi demokratis. Lahan dan kekayaan pribadi lainnya disita dan dibagi-bagikan kepada petani miskin.

Di Tibet terdapat ribuan suku nomad. Dengan berpakaian kulit biri-biri yang besar, orang nomad ini menjelajah plato utara dengan kawanan yak, biri-biri, kuda, dan unta mereka.

Selama musim dingin, mereka berpindah ke arah selatan menuju Lembah Sungai Tsangpo untuk mendapatkan berbagai keperluan, seperti teh dan gandum hitam. Di permulaan musim semi, mereka berpindah ke utara lagi. Orang nomad tinggal di tenda yang berbentuk jajaran genjang yang berbuat dari bulu yak.

Perkawinan monogami (satu suami dan satu istri) merupakan hal yang biasa. Namun, poliandri (satu istri dengan lebih dari satu suami) merupakan hal yang umum, khususnya beberapa orang laki-laki bersaudara dengan istri satu.

Ketika lahir seorang anak, dalam perkawinan seperti itu, suami yang paling kaya dan paling terhormat di mata masyarakat, akan dianggap sebagai sang ayah, sedangkan yang lainnya dianggap sebagai paman.

Makanan pokok adalah gandum hitam (tsamba) rebus. Daging yak, daging kambing, mentega, dan keju dimakan oleh mereka yang mampu membelinya. Minuman ringan yang paling umum adalah teh dan bir. Teh diaduk dengan mentega dan garam. Kebanyakan orang menghabiskan 50 cangkir teh sehari.

Kota Utama

Ibu kota Tibet, Lhasa (berpenduduk sekitar 170.000 orang), terletak di lembah terlindung dekat Sungai Tsangpo di wilayah selatan. Lhasa adalah kota perdagangan utama serta pusat Lamaisme.

Di barat laut Lhasa terletak kota Potala, yaitu tempat kediaman Dalai Lama yang beratapkan emas dan memiliki banyak jendela. Kota terbesar kedua, yaitu Shigatse, terletak di bagian tenggara.

Biara Tashi Lumpo yang terkenal, yang dikepalai oleh Panchen Lama (peringkat kedua setelah Dalai Lama) terletak tidak jauh dari kota ini. Gyangtse, kota terbesar ketiga, terkenal dengan kain wol tenun tangan dan permadaninya.

Sejarah dan Pemerintahan

Sekitar tahun 620, Songtsan Campo, seorang ketua suku di Tibet, mendirikan sebuah kerajaan di lembah Sungai Tsangpo. Dia segera menjadi ancaman utama bagi Dinasti Tang di Cina dengan memaksa kaisar Cina untuk mengirimkan seorang putri Cina, Wen Chen, menjadi istrinya. Menjelang abad ke-8, wilayah tumbuh menjadi kekuatan militer di Asia Tengah.

Karena ketegangan dalam negeri, kekuatan negeri ini menjadi mundur selama 3 abad berikutnya. Meskipun lemah, tingginya pegunungan mampu melindunginya dari para penyerang asing hingga akhirnya dapat ditaklukkan oleh orang Mongol di abad ke-13, yang berhasil menguasai seluruh Asia Tengah.

Pada tahun 1270, Kubilai Khan, penakluk Mongol yang lalu menjadi kaisar di Cina, mengambil Lamaisme sebagai agama di kekaisarannya. Dia menunjuk pendeta Lama sebagai raja-pendeta di Tibet. Selama beberapa abad berikutnya, wilayah ini diperintah oleh Lama di bawah perlindungan Cina.

Menjelang akhir abad ke-19, Cina sendiri menjadi lemah sehingga tidak mampu memerintah secara efektif. Pada tahun 1904, ekspedisi Inggris berjalan menuju Lhasa. Hal ini mengarah kepada pemberian hak dagang kepada Inggris di wilayah ini.

Di antara tahun 1913-1914, suatu konferensi dilangsungkan di Simla, yaitu di India utara, untuk membahas hubungan antara Inggris, Tibet, dan Cina. Salah satu hasil konferensi ini adalah Garis Mc Mahon (dari nama seorang delegasi Inggris di konferensi itu, yaitu Sir Arthur Henry McMahon) yang menjadi tapal batas antara India dan Tibet.

Namun, delegasi Cina menolak menandatangani perjanjian ini sehingga garis McMahon, yang dipersengketakan ini, telah menjurus kepada bentrokan antara India dan Cina di tahun-tahun.

Hingga tahun 1950, diperintah oleh Dalai Lama sebagai sebuah negara merdeka. Di bulan Oktober 1950, tentara Komunis Cina memasuki negeri ini. Berdasarkan persetujuan yang dicapai pada tahun berikutnya, negeri ini menjadi bagian Cina yang boleh berpemerintahan sendiri.

Namun, dalam kenyataannya, Dalai Lama tidak memiliki kekuasaan yang nyata. Dalam upayanya untuk membebaskan diri dari penindasan Cina Komunis, meletuslah pemberontakan di Tibet pada tahun 1959.

Namun, pemberontakan ini segera dapat dipadamkan. Dalai Lama melarikan diri ke India, pemerintahan dibubarkan dan kontrol atas wilayah diserahkan ke Beijing. Pada tahun 1980, Beijing secara resmi mengakui bahwa administrasinya di wilayah ini buruk dan mengumumkan beberapa perubahan.

Diulas oleh: TAO CHENG, Perguruan Tinggi Negeri Trenton
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait