London, titik pusat segala kehidupan ekonomi dan politik dunia Barat

Liku-liku kota London tidak asing lagi bagi siapa pun yang pernah mendengar sajak anak-anak, menyanyikan lagu-lagu, melakukan permainan-permainan, membaca buku, mengunjungi bioskop atau teater atau sekadar melihat TV.

Coba bayangkan di dalam angan-angan khayalanmu Menara Kota London beserta para penjaga istana dan burung-burung gagaknya, Jembatan Menara, Katedral St. Paul, Westminster Abbey, Piccadily Circus.

Jalan Downing No. 10, Museum Inggris, Lapangan Trafalgar, Gedung Parlemen dan Big Ben, serta Istana Buckingham. Bayangkanlah citra polisi London atau bus tingkatnya dan, tentu, siapa pun tahu tentang Scotland Yard.

Sebagai Ibu Kota Kerajaan Serikat dan pusat politik negara-negara persemakmuran, London juga merupakan titik pusat segala kehidupan ekonomi dan politik dunia Barat. Kota ini juga menjadi sebuah magnet bagi kebanyakan orang yang rasa keterikatannya bersifat emosional.

Pada waktu ini, yaitu ketika London telah diketahui sedang ”bergoyang”, ada baiknya untuk dikenang bahwa selama berabad-abad merupakan pusat kekuasaan.

London telah membuat sebuah undang-undang bagi suatu imperium, menyelesaikan pertentangan internnya, mengatur anggarannya, mendapatkan pajaknya, melatih para pemimpin dan beberapa pengikutnya, mengatur gayanya, serta menulis dan menerbitkan bukunya.

Kota London dahulu adalah pusat para bankir dan broker tingkat dunia. Apa yang diinginkan, dikatakan, atau dilakukan, penting artinya bagi kekuatan lain. Kota ini dahulu merupakan penentu model, kebajikan, dan keadilan bagi kebanyakan orang di dunia.

Di dalam bidang politik dan keuangan tidak ada keraguan untuk mengatakan bahwa nasib baik kota London telah menurun. Imperium telah tamat. Keterikatan Persemakmuran mulai mengendor.

Kekuatan poundsterling telah terdesak oleh kekuatan dolar. Namun, tetap besar dan kuat. London masih memiliki pengaruh yang menentukan, hanya karena ia ada di sana dan karena kedudukannya selama ini.

Baca juga: Pengantar Tentang Kerajaan Inggris Serikat

Pemerintahan Kota London

Kata ”London” atau London Raya merupakan jantung ibu kota kuno dengan luas ”satu mil persegi” dan menampung kira-kira 4.500 rumah tinggal tetap dan semua gedung perbankan besar.

Peta Kota London
Peta Kota London

Kunjungi Peta London di google map

Arti penting London adalah sebagai pusat keuangan dan perdagangan bagi Inggris dan negara-negara persemakmuran. Setengah juta penduduknya setiap hari bekerja di berbagai kantor dan gedung transaksi yang terletak di dalam kota. Batas bagian barat antara Kota dan London Raya ditandai dengan sebuah patung singa bersayap, tempat Jalan Strand dan Jalan Fleet bertemu di luar Gedung Pengadilan.

London Raya mencakup Kota dan daerah sekitarnya yaitu 32 wilayah metropolitan ditambah bagian wilayah pinggir kota ”Home Countries”. Juga mencakup daerah seluas 1.600 km2, yang membentang sejauh 19 km-26 km ke segala penjuru mulai dari Simpang Charing, yang merupakan pusat kota sebenarnya.

Penduduk kota ini hampir 8.000.000 jiwa. Dewan London Raya, yang disebut C.LC, menyediakan pelayanan untuk seluruh kota. Seluk-beluk pemerintahan setempat ditangani oleh pemerintah wilayah, yang masing-masing memiliki walikota, dewan kota, dan balai kota.

Kota besar ini memiliki walikotanya sendiri, yang dipilih setiap tahun dari anggota serikat dagang Kota London kuno, yaitu penerus serikat sekerja abad pertengahan, yang terkenal karena seragam khusus yang telah dipakainya selama berabad-abad yang lalu.

Walikota biasanya adalah seorang usahawan yang terkenal, yang menjalankan berbagi tradisi yang telah berlaku sejak tahun 1215, ketika Raja John mengeluarkan sebuah piagam yang memerintahkan bahwa seorang walikota harus dipilih setiap tahun. Pemilihan walikota ini sekarang bersifat seremonial saja, dengan parade pengangkatan walikota yang gemerlapan, pada setiap bulan November.

Dengan pakaian kebesaran yang penuh dengan tanda kebesaran,.“ia duduk di sebuah kereta yang dihias indah, dikawal oleh seorang pengawal bertombak yang dipilih dari Pasukan Artileri Kehormatan Kota, melalui jalan-jalan di wilayahnya.

Pada upacara kenegaraan ia juga harus menemui Ratu jika Ratu akan melewati batas-batas wilayahnya. Pada tempat beradanya patung singa bersayap, ia mempersilakan Ratu ”melewati Gerbang Istana”-yaitu nama pintu gerbang lama ke Kota.

London Raya dijaga oleh Polisi Metropolitan. Sejak tahun 1829, ketika PM Robert Peel mendirikan polisi London, mereka tidak dipersenjatai. Sebagai penghormatan, mereka disebut Bobbies. Bobbies menjaga ketenteraman seluruh pelosok kota. Namun, di dalam lingkup Kota London, polisi kota Londonlah yang bertugas menjaga keamanannya.

Baca juga: Kerajaan Inggris Serikat

Orang London

Penduduk London Raya mungkin dapat tinggal di Kota Westminster, wilayah kebangsawanan Kensington dan Chelsea, di wilayah yang terkenal seperti Hampstead, Holborn, Lambeth, Battersea, Southwark, Paddington, atau bahkan Kota London. Namun, hanya sedikit orang London yang termasuk orang ”cockney” sejati.

Predikat ini hanya untuk mereka yang lahir di wilayah yang terjangkau oleh bunyi lonceng Gereja Bow (St. Mary-le-Bow) di Kota London dan daerah sekitarnya karena, konon pada malam yang sunyi dan tenang di musim panas, bunyi bel ini dapat didengar dari jarak sejauh 6 km.

Dahulu pidato wakil cockney kelas buruh-khusus tentang kebiasaannya menghilangkan bunyi ‘h’ dan menambahkannya di tempat lain dianggap rendah. My Fair Lady, drama musik yang berdasar karya George Bernard Shaw Pygmalion, menceriterakan tentang seorang professor ahli bahasa yang melatih seorang cockney penjual bunga untuk berbicara dengan “benar” sehingga ia dapat lulus sebagai seorang puteri. Namun, sekarang, memanggil seseorang dengan sebutan cockney bukanlah berarti menghinanya.

Apakah cockney atau bukan, orang London adalah keturunan khusus. Mereka menunjukkan keberaniannya di dalam Perang Dunia II, dengan tidur diperlindungan bawah tanah di stasiun kereta api bawah tanah, dan dengan tenangnya menolong teman-temannya keluar dari reruntuhan gedung yang kena bom.

Suatu ketika mereka dapat bersikap keras dan kasar, dan mereka memiliki humor dan bahasa mereka sendiri. “Ta” diucapkannya untuk “thanks”. Kata-kata ”Ducks” (bebek) dan ”mate” (kawan) adalah kata-kata yang berfungsi ganda untuk menyapa orang asing atau teman mereka. Mereka memiliki kesabaran yang luar biasa sehingga dapat antre dengan rapi ketika hendak naik bus, masuk gedung bioskop, atau antre karcis pertandingan cricket.

Hingga kini, berbagai sosok yang terbalut pakaian asing yang berlalulalang jelas hanyalah para pengunjung. Mereka adalah mahasiswa, usahawan, syekh dan maharaja kaya, atau tamu kehormatan pemerintah. Namun, banyak orang India, Pakistan, Birma, Melayu, Afrika, Hindia Barat, dan Cina Hong Kong mendapatkan paspor dan kewarganegaraan Inggris. Mereka kini adalah penduduk London pula.

Seperti biasanya, London memiliki pria-prianya yang amat tampan. (Katakata fop, dandy, dan beau pertama kali dipakai secara luas di London abad ke-18 yang berarti ”pesolek”). Pria London tampak ramping dan anggun dengan pakaian Savile Row-nya membentuk sosok yang sedap dipandang, dengan dasi khas militernya, dan payung tergulung beserta topinya yang bertengger miring di kepala membentuk sudut yang serasi.

Sekarang, para pelanggan istimewa penjahit Savile Row bukan lagi pemakai mode kota London tersebut. Sejak tahun 1950-an para pekerja muda juga menciptakan pakaian sendiri. Mereka mempunyai uang dan, jika mereka menginginkan sesuatu yang baru, maka ia ”langsung” membelanjakan uangnya.

Alih-alih pakaian berwarna kalem, mereka lebih menyukai warna cerah, ketat, dan memiliki nilai kejutan dalam ”penampilan”, serta ”siap pakai”. Tuntutan mereka akan model ”gaya muda” menyebabkan munculnya toko pakaian warna-warni yang kini memenuhi wilayah di sekitar Jalan Carnaby dan Chelsea.

Tidak mau tertandingi oleh kaum prianya, ”burung-burung” (gadis-gadis) London juga beraksi. Banyak di antaranya yang juga bekerja dan jauh dari pengawasan ibu dan guru mereka. Mereka memelopori pemakaian rok mini dan bahkan rok yang lebih pendek lagi. Mereka juga mulai membongkar kamar nenek di langit-langit rumah untuk mendapatkan barang aneh zaman Victoria yang dapat mereka pakai sebagai hiasan.

Baca juga: Inggris Tanah Hijau Surga Dunia

Sejarah London

London bukanlah kota yang penting sebelum kedatangan bangsa Romawi. Namun, dengan mata mereka yang terbiasa mencari pusat komunikasi, bangsa Romawi memilih London untuk bermukim dan menyebutnya Londinium.

Londinium baru muncul di dalam sejarah pada tahun 61 Masehi, kira-kira satu abad setelah tentara Julius Caesar pertama kali menyerang Britania. Pada tahun itu menurut sejarawan Romawi Tacitus, Ratu Boadicea (atau Boudicca) dari Iceni, yang datang dari timurlaut, bangkit menentang bangsa Romawi. Ia memimpin para pengikutnya merampok kota Londinium, yang digambarkan sebagai ”pusat kesibukan perdagangan”, dan membantai penduduknya.

Ketika bangsa Romawi kembali berkuasa, mereka membangun kota-kota di Inggris. Menjelang tahun 120 Masehi, pada masa pemerintahan Raja Hadrian, London telah menjadi kota yang penuh dengan benteng. Sisa-sisa dinding benteng itu masih dapat dilihat sampai sekarang.

Tentara Romawi meninggalkan London pada abad ke-5 Masehi, bangsa Kelt, Saxon, dan Denmark saling memperebutkannya sehingga kota itu sebagian menjadi hancur. Sedikit yang dapat diketahui tentang London hingga akhir abad ke-9 Masehi, ketika kota itu muncul di bawah pemerintahan Raja Saxon Alfred.

Setelah penjajahan bangsa Norman atas Inggris yang ditentukan pada Perang Hastings (1066), para pemimpin bangsa Saxon di London menyatakan kemerdekaan kota itu. Raja William I, raja dan penakluk Normandia, harus tawar-menawar dengan penduduk London dan akhirnya menganugerahi mereka dengan piagam. Ketika pemerintahan raja William, Menara Putih pusat “kompleks Menara London, dibangun.

Pada abad ke-12 dan ke-13, London makmur di bawah pemerintahan raja Normandia dan Plantagenet. Pada dekade akhir abad ke-12, semasa pemerintahan Raja Richard I, dan pada bagian awal abad ke-13, semasa pemerintahan Raja John, London mendapatkan beberapa bentuk dasar pemerintahan yang sampai sekarang masih berlaku.

Selama abad pertengahan pembangunan gedung banyak dilakukan: pertama Katedral St. Paul; Westminster Abbey, tempat penguburan raja-raja, ilmuwan, dan pujangga; dan empat Pondok Peradilan Pondok Lincoln, Pondok Gray, Puri Tengah, dan Puri Dalam yaitu tempat para hakim dan jaksa Inggris mendalami profesi mereka hingga kini.

London tumbuh makmur pada abad ke-16, menjadi suatu pusat perdagangan. Raja Henry VIII, yang menentang Gereja Katolik Roma, banyak menghancurkan atau mengubah bangunan ibadah. Ia juga merebut Pengadilan Hampton, istana agung Kardinal Wolsey, yang telah tidak lagi berkuasa.

Pada abad ke-16 London menunjukkan kekayaan budaya dan kekuatannya yang besar di bawah Ratu Elisabeth I dari Wangsa Tudor. Ini adalah masa kejayaan kapten laut Sir Francis Drake, petualang penyair Sir Walter Raleigh, filsuf Francis Bacon, penyair dramawan Christopher Marlowe, dan khususnya William Shakespeare beserta Teater Globenya di Sungai Thames.

Kemudian pada abad ke-17 muncullah Keluarga Stuart, pemenggalan raja, Revolusi Kaum Puritan, Oliver Cromwell, perang saudara, dan akhirnya restorasi pada tahun 1660. London bertahan, makmur, dan tumbuh. Lalu bencana menimpanya.

Yang pertama, datangnya penyakit pes pada tahun 1665, yang menewaskan 75.000 jiwa. Pada bulan September 1666 terjadilah bencana Kebakaran Besar, yang berlangsung selama lima hari, meratakan sebagian besar kota London termasuk Gereja St. Paul.

Segera muncullah sebuah London baru dari puing-puing kebakaran. Meskipun rencana keseluruhan untuk membangun Kota London tidak pernah terwujud, seorang arsitek besar Sir Christopher Wren meninggalkan kenang-kenangan yang amat mendasar.

Puncak-puncak menara 52 gereja buatan Wren menghiasi udara London, sedangkan karya besarnya, yaitu Katedral St. Paul baru yang bergaya Barok di atas bukit Ludgate, mendominasi pemandangan.

Bahkan kini banyak puncak menara gereja yang menjulang meskipun banyak hotel tinggi dan bangunan perkantoran pascaperang yang benar-benar mendominasi pemandangan di langit London. Hal yang menonjol tentang London adalah bahwa, meskipun bangunan tingginya hanya sedikit berubah dalam kurun 250 tahun, kota itu telah benar-benar berubah pada akhir abad ke-20.

Pesawat-pesawat pembom Jerman dan roket-roket kendali pada Perang Dunia II menghancurkan atau membuat kerusakan yang tak mungkin diperbaiki atas nilai-nilai bangunan peninggalan, termasuk bangunan karya arsitek Wren.

Serangan api pada bulan Desember 1940, yaitu Kebakaran Kota London yang ke-2, benar-benar merupakan bencana. St. Paul menjadi incaran utama penyelamatan dan hanya dapat diselamatkan oleh usaha yang berani para sukarelawan barisan pemadam kebakaran, yang dipimpin oleh ketuanya. Bombom penyebab kebakaran segera disingkirkan dan dimatikan-beberapa dilakukan dengan tangan kosong dan katedral pun selamat tanpa tersentuh oleh bencana.

Ketika asap menghilang, St. Paul berdiri tegar sendirian di tengah lautan puing bangunan. Untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun gemerlap gedung agung itu tampak jelas. Namun, gemerlap tunggal St. Paul ini tidak berlangsung lama karena bangunan perkantoran segera bermunculan merusak pemandangan.

Panorama Kota London

Untuk mendapatkan gambaran keluasan London, pemandangan dari udara adalah yang terbaik, tetapi pemandangan London dapat juga dinikmati dari bawah. Berperahu di Sungai Thames melalui Pelabuhan London memperlihatkan kegiatan yang ceria di tepi sungai itu.

Perahu-perahu yang mengibarkan bendera berbagai bangsa berlabuh di sepanjang jalur ke arah Greenwich, yaitu titik yang diakui oleh dunia sebagai titik 0° garis bujur. Seorang pelancong dapat pula menaiki bus kota London dan duduk di tingkat atas untuk menyaksikan pemandangan yang menakjubkan. Namun. cara yang palung intim dari semuanya itu adalah berjalan.

Rumah-rumah

Dilihat dari udara, rumah-rumah tampak sangat serupa. dengan kebun kecil di belakang dan atap yang dipenuhi dengan antene TV dan cerobong asap kecil yang menjulang dan hampir setiap rumah (“Semburan” asap arang dan cerobong ini jika berbaur dengan kabut laut akan menimbulkan ketakutan yang mencekam kota London, yaitu si kabut maut Namun. sekarang hal semacam itu telah berlalu, karena adanya program untuk mengurangi asap tebal di kota ini).

Semua rumah di london. tentu saja tidak serupa. Kita masih dapat menyaksikan tempat-tempat yang menawan seperti alun-alun, teras-teras, deretan bangunan. dan lengkungan-lengkungan. Di dekat Taman Regent kita dapat mengagumi keindahan garis-garis arsitektur bangunan Regency.

Mata kita dapat terbelalak mengagumi keindahan alun-alun Bloombury yang masih terawat. bahkan ketika rumah-rumah di sana tidak dapat dikatakan indah atau murni secara arsitektur. bangunan-bangunan tersebut memiliki bentuk simetri tertentu. dan semuanya tampak pas benar.

Jalan jalan

Di mana pun di London tidak terdapat sebuah jalan besar yang merupakan urat nadi seperti halnya kota besar yang lain. Kota ini tumbuh tidak terencana. Tentu saja, ada beberapa jalan yang panjang, misalnya, Jalan Oxford atau Jalan Regent yang indah dan mulus, yang mendominasi pemandangan sekitar wilayahnya.

Jalan Mall yang lebar dan menawan, yang terbentang lurus dari Lengkung Admiralty ke arah Istana Buckingham, adalah salah satu jalan yang bergaya di London. Ratu menelusuri jalan itu di atas kuda tiap bulan Juni menuju Upacara “Trooping the Colour” (Pengiringan Resimen Bendera Berwarna), yang menandai hari kelahiran resminya. (Upacara ini dirayakan pada bulan Juni sebagai pengganti hari kelahiran yang sebenarnya sehingga upacara dan pesta kebun resminya tidak terganggu hujan).

London adalah impian buruk bagi para perencana lalu-lintas karena jalan-jalannya yang sempit dan berkelok-kelok. Jalan-jalan itu sering berbentuk corong yang menuju ke pusat dan, sekali berada di jalan tersebut, tidak ada jalan lain untuk ke luar.

Piccadilly Circus, alun-alun Trafalgar, sudut Taman Hyde, dan Oxford Circus adalah daerah yang berbentuk corong tersebut. Pada jam-jam sibuk, lalu lintas merambat sepanjang jalur, keluar-masuk jalan-jalan pinggir kali yang dipakai mengurangi kepadatan lalu lintas.

Di jantung Kota London, lalu lintas sering macet untuk beberapa waktu lamanya di Cornwall (pasar jagung di masa lampau), karena mobil-mobil sedan, bus-bus, dan truktruk besar dari delapan jalan utama mengarah ke tempat itu.

Taman-taman di seluruh London banyak terdapat daerah hijau-misalnya taman, alun-alun yang sunyi, dan kebun umum ataupun kebun perorangan-yang merupakan ”paru-paru” London seperti yang dikatakan oleh negarawan Inggris abad ke-18 William Pitt, Earl dari Chatham.

Di jantung Kota London terdapat taman kerajaan yang besar. Di sana terdapat Taman St. James dengan burung pelikannya, angsa-angsanya, dan pemandangan indah Istana Buckingham dan Gedung Pemerintahan Whitehall.

Lalu di seberang Mall terdapat Taman Hijau, sepanjang Piccadilly ke sudut Taman Hyde. Taman Raksasa Hyde dan Kebun Kensington di dekatnya membentuk jalur hijau seluas 1 mil persegi, tempat para warga Inggris berkuda, berjemur di matahari, bermain cricket, berperahu atau berenang di danau buatan Danau Serpentine.

Di sudut timurlaut Taman Hyde, dekat dengan Lengkungan Marmar, terletak Sudut Orator yang terkenal, tempat setiap orang dengan bendera, mimbar, uneg-uneg, atau ideologinya berdiri dan berpidato. Pertanyaan dari para pendengarnya seringkali terasa keras, tetapi polisi yang siaga jarang sekali berbuat lebih dari menyarankan agar mereka ”bubar”.

Ke arah utara terdapat Taman Regent yang terkenal karena taman bunga mawarnya, teater terbuka Shakespearenya, dan Kebun Binatang Kota London. Tidak jauh dari tempat ini terdapat Lapangan Cricket Bangsawan, tempat para penonton memberi semangat kepada para pemain dengan tepuk tangan kecil dan gumaman ”permainan bagus” terutama apabila permainan itu dimainkan dengan penuh semangat.

Lebih ke utara lagi, pada sebuah bukit tertinggi, terletak Hampstead Heath. Pada cuaca cerah, akan terlihat London yang terbentang sampai jauh di bawah. Hampstead Heath ini bukanlah taman resmi meskipun memiliki padang rumput yang luas dan pohon-pohon tua yang berbonggol, hampir seperti pada abad ke-17 dan ke-18, ketika tempat ini merupakan persembunyian bagi para penjahat.

Sungai

Suatu fakta yang menguasai segala sesuatu yang lain tentang London adalah bahwa kota ini adalah salah satu pelabuhan terbesar dunia yang mengangkangi Sungai Thamesnya sejauh 80 km dari muaranya di Laut Utara.

Sungai Thames dahulu merupakan jalan raya bagi London. Raja dan Ratu duduk berdayung di dalam perahu yang melaju dengan tenang dari satu istana ke istana lainnya. Para pahlawan yang kembali dari pertempuran beserta kemenangan yang diperoleh di negeri asing dielu-elukan di sungai ini. Jazad orang yang terkenal dibawa berlayar di sungai ini ke tempat pemakamannya.

PM Winston Churchill, yang merencanakan penguburan bagi dirinya selaras dengan arti cita rasa kesejarahannya yang menonjol, meminta agar jenazahnya dibawa berlayar di Sungai Thames sebagai pernyataan perpisahannya dengan kota London setelah upacara penguburan kenegaraannya di St. Paul.

Di London, Sungai Thames adalah sungai pasang. Kapal samudra hanya mampu melayarinya sejauh Pool, yaitu suatu palung laut luas yang terbentang antara Menara London dan Jembatan London. Kapal kecil, perahu, kapal pribadi, dan tongkang melayarinya sejauh 320 km.

Syahbandar Pelabuhan London mengawasi kira-kira 110 km panjang Sungai Thames. Namun, pelabuhan yang asli, tempat terjadinya perdagangan Inggris, terbentang sepanjang sungai mulai dari Woolwich hingga Jembatan London.

Daerah galangan memiliki daya tarik tersendiri dan bahkan penuh suasana misteri. Limehouse, yang hancur oleh pemboman semasa perang dunia, tidak lagi merupakan pecinan London, tetapi kemasyhurannya masih menarik banyak pengunjung, sedangkan Galangan Hindia Timur menebarkan daya tarik romantisnya sendiri.

Lima belas jembatan kini melintasi Sungai Thames. Jembatan-jembatan Westminster, Menara, Waterloo, dan Kew masing-masing memiliki bagian sejarah bersama. Namun, yang paling utama dan menonjol adalah Jembatan London.

Hingga tahun 1750 Jembatan London sajalah satu-satunya jembatan yang melintasi Sungai Thames. Pada tahun 1831, bentuk yang lebih kompak dengan 5 buah lengkung penahannya dibangun. Pada tahun 1968 bagian jembatan yang sering diperbaiki dikirim dengan perahu-perahu, batu demi batu, kepada beberapa perusahaan Amerika yang merencanakan pembangunannya di Arizona sebagai daya tarik turisme.

Namun, di sana masih ada Jembatan London. Sebuah jembatan yang baru dan lebih kuat akan menopang arus lalu lintas yang lalu lalang di atas Sungai Thames di jantung perdagangan.


Kehidupan Kota London

”Tuan, apabila orang jemu terhadap kehidupan kota London, itu berarti bahwa ia sudah jemu hidup,” kata seorang penulis Inggris abad ke-18, Samuel Johnson, kepada seorang temannya, ”karena di sana segala kehidupan dapat diperoleh.” Pernyataan ini masih benar hingga kini. Di kota ini selalu ada sesuatu bagi setiap orang.

Olahraga

Penduduk London adalah penggemar olahraga fanatik yang berbondong-bondong berpuluh ribu orang yang tidak hanya berdoa, melainkan benar-benar menonton sepak bola di Wembley, tennis di Wimbledon, balapan kuda di Epsom (piala Derby) dan Ascot (piala Emas), dayung beregu di Sungai Thames (Henley), dan ratusan peristiwa olahraga lain pada tempat-tempat yang kurang terkenal.

Seni

Balet Kerajaan yang terkenal di dunia dan Opera Kerajaan menempati Taman Covent di London. Tempat duduk harus dipesan jauh hari sebelum hari pertunjukan dengan menyisakan beberapa kursi di tempat ”dewa” (balkon paling atas), yang dijual beberapa menit sebelum pertunjukan dimulai.

Pecinta musik memiliki konser pilihan sendiri, dari madrigal hingga musik ”pop” di Balai Albert yang antik dan berbentuk gua atau di Balai Festival baru yang indah dengan akustiknya yang luar biasa.

Bagi kebanyakan orang, yang paling banyak mendapatkan suguhan terbaik di London adalah para pecinta pertunjukan sandiwara. Pertunjukannya sangat menarik, luar biasa, dan, yang paling penting, terjangkau.

Tiket masuk diberi harga yang sewajarnya dan mudah diperoleh di daerah-daerah pertunjukkan West End (kira-kira di lengkung sekitar Piccadilly Circus) bagi mereka yang masih menginginkan akting yang baik dan mendengarkan kata-kata yang diucapkan. dengan baik.

Museum dan Tempat-Tempat Bersejarah

London memiliki beberapa museum besar. Museum Galeri Nasional, dengan lukisan klasiknya; Museum Albert dan Victoria dengan aneka rupa barang yang menarik; Museum Tate dengan seni mutakhirnya; dan berlusin-lusin koleksi lain-baik perorangan maupun umum semuanya itu menjadikan kota ini ramai dikunjungi pecinta seni.

Di sana bahkan terdapat banyak patung orang terkenal dan lintasan peristiwa sejarah, yang digambarkan di Museum Lilin Madame Tussaud, yang merupakan karya seni-meskipun seni tertentu.

Adapun yang paling menarik di antara museum-museum London adalah Museum Inggris yang menakjubkan. Museum ini-yang memiliki kekayaan yang banyak dari Marmar Elgin (yang berwujud patung dan lukisan pada tembok dari masa Parthenon di Athena, Yunani), batu Rosetta, dan dua salinan Magna Carta adalah juga salah satu perpustakaan dunia yang besar.

Kekayaan yang ada di dalamnya banyak dan tak terkira harganya. Di bawah Ruang Baca besar yang berkubah, yang hanya dibatasi pemakaiannya bagi ilmuwan murni saja, tersimpan 5.000.000 buku di rak pada ruang-ruang bawah tanah yang susunannya membingungkan, katalognya sendiri memerlukan 263 jilid.

Namun, tempat-tempat bersejarah di London itu sendiri telah merupakan museum-yang semuanya telah berusia sangat tua dan berharga untuk dilihat. Peningkatan bisnisnya memiliki arsip sejarah dan sovenir yang menarik. (Beberapa contoh adalah Lock’s dan Lobb’s, pembuat topi dan sepatu bot yang termasyhur; dan Lloyd’s pusat asuransi di Kota Lama).

Menara London, yang dengan sendirinya merupakan kenangan indah masa lampau, juga merupakan tempat penyimpanan intan permata mahkota yang berkilauan dan tak ternilai harganya serta sejumlah koleksi baju besi yang menarik. Para turis setiap hari berkerumun di sekitar lokasi bekas para pengkhianat dan musuh kerajaan terkulai menanti hukuman mati.

Westminster Abbey, tempat paling suci di Inggris, adalah jantung Kota London yang penting dan tempat penobatan raja dan ratu Inggris, yang juga merupakan makam mereka serta makam para penulis, seniman dan ilmuwan inggris yang besar.

Gedung Parlemen abad ke-19 yang bergaya Gotik baru terletak di antara sisa-sisa peninggalan Istana Westminster, yang dahulu merupakan kediaman raja-raja Inggris.

Menara Big Ben dan gedung parlemen London

Katedral St. Paul, juga semacam museum, berisi makam penyair abad ke-17 John Donne, yang dahulu merupakan pimpinan gereja itu, dan makam Sir Christopher Wren, yang mendesain katedral ini. (Pada makamnya tertulis prasasti dalam bahasa Latin Lector, si monumentum requiris, circumspice” Pembaca, seandainya Anda mencari monumennya, lihatlah sekelilingmu.”)

Di antara orang besar Inggris yang dimakamkan di bawah Katedral St. Paul adalah John dari Gaunt, kepala Wangsa Lancaster abad ke-14; pelukis abad ke-17 Sir Anthony Van Dick; dan dua pemimpin besar Inggris dalam Perang Napoleon-Lord Nelson dan Duke dari Wellington.

Demikianlah pandangan sekilas tentang London. Ini mungkin tidak seperti yang pernah digambarkan oleh Disraeli sebagai ”sebuah kota di antara kotakota lain, suatu himpunan kemanusiaan, yang belum pernah tertandingi oleh periode sejarah yang mana pun di dunia, kuno dan modern”, tetapi semua itu sudah mendekati kenyataannya.

Diulas oleh:
JOSEPH C. HARSCH, C.B.E. (Hon.), Kepala penulis editorial, Christian Science Monitor JUDITH FRIEDBERG, Pengarang dan Konsultan Editoral
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait