Irlandia Utara negara dengan banyak sungai

Irlandia Utara sebuah pulau kecil di sebelah barat Britania Raya, memiliki penduduk dan sistem politik yang terbagi. Propinsi Irlandia Utara yang berada di timurlaut adalah bagian dari Kerajaan Serikat Britania Raya dan Irlandia Utara.

Republik Irlandia merdeka meliputi bagian selebihnya. Pembagian pulau itu atas dua kesatuan politik adalah akibat dari perjanjian yang mengakhiri konflik Anglo-lrlandia (1918-1921).

Antara tahun 1800 dan tahun 1921 seluruh Irlandia merupakan bagian dari Kerajaan Serikat. Sampai kini penduduk Republik Irlandia masih berharap menyaksikan terciptanya suatu republik pulau Irlandia seutuhnya yang terpisah dari Britania Raya.

Akan tetapi, mayoritas masyarakat Irlandia Utara tidak menginginkan bersatu dengan Republik Irlandia dan ingin mempertahankan ikatannya dengan Britania Raya. Pembagian pulau itu menjadi dua kesatuan politik terutama disebabkan, meskipun tidak seluruhnya, oleh adanya perpecahan agama.

Kebanyakan orang yang tinggal di ke-26 daerah Republik Irlandia beragama Katolik, sedangkan mayoritas penduduk yang tinggal di enam daerah Irlandia Utara adalah Protestan. Namun, sejarah, barangkali sama banyaknya dengan agama, telah memainkan peran atas terpecahnya negeri ini.

Peta Irlandia Utara

Kunjungi di google map

Geografi Irlandia Utara

Armagh, Antrim, Down: Londonderry (Derry), Tyrone, dan Fermanaghyang merupakan enam distrik Irlandia Utara atau Ulster-menempati daerah yang relatif kecil, tetapi Indah, di daerah perbukitan, jurang, dataran, dan danau.

Londonderry di Sungai Foyle

Irlandia Utara adalah sebuah negeri dengan banyak sungai. Sungai yang terpenting adalah Lagan, Bann, Blackwater, Mourne, dan Foyle. Danau Neagh yang terletak di bagian tengah Irlandia Utara adalah danau terbesar di kepulauan Inggris.

Ekonomi

Meskipun negeri ini tidak memiliki sumber mineral penting, tetapi di sana terdapat industri besar. Belfast, ibu kotanya, merupakan pusat pembuatan kapal yang penting dan pusat konstruksi pesawat.

Di seluruh Irlandia Utara terdapat banyak kota kecil yang berkembang subur karena industri tua pembuatan kain linen atau kegiatan setempat lainnya. Lahan selebihnya dipakai untuk peternakan, yang biasanya merupakan kelompok kecil.

Irlandia Utara, seperti bagian lain pulau itu, memiliki iklim yang sama. Pada musim dingin udara tidak terasa terlalu dingin, sedangkan pada musim panas hawa pun tidak terasa begitu panas.

Hal ini menguntungkan bagi peternakan dan juga bagi industri tradisional pokok, yaitu penanaman flax (sejenis rami) dan produksi linen lrlandia yang terkenal yang ditenun dari serat flaks itu.

Sejak akhir Perang Dunia II banyak orang telah berpindah dari lahan pertanian. Produksi linen telah mengalami kemunduran karena serat buatan telah menggantikan produk serat alami. Pemerintah memiliki kebijakan membangun kota-kota baru yang pabriknya memproduksi berbagai barang yang berbeda.

Produksi sandang menjadi amat penting. Selanjutnya, terdapat banyak perusahaan baru yang memproduksi berbagai bahan kimia dan produk elektronik. Namun, Irlandia Utara masih memiliki tingkat pengangguran yang di atas rata-rata.


Rakyat Irlandia Utara

Barangkali satu dari banyak hal yang mengesankan wisatawan yang pertama kali datang ke Irlandia Utara adalah cara masyarakatnya bertutur kata. Khususnya di daerah pantai timur, aksen berbicara mereka amat mirip dengan cara berbicara orang Skotlandia.

Bahasa Inggris dipakai oleh setiap orang, tetapi banyak kosakata dan cara melafalkannya bergaya Skotlandia. Ketika negeri ini bertutur dalam bahasa Gaelik, bagian utara Irlandia merupakan pintu masuk ke Skotlandia, yang orangnya juga berbahasa Gaelik dan memiliki kebudayaan yang sama.

Orang Skotlandia, yang bermukim di Irlandia Utara pada abad ke-17 di bawah maklumat kerajaan, dianggap seperti saudara sepupu orang Irlandia.

Agama

Dua cabang utama agama Kristen terdapat di Irlandia Utara. Kira-kira 23 penduduknya beragama Protestan-terutama Protestan Anglikan dan Presbiterian. Sisanya adalah pemeluk agama Katolik Roma.

Pendidikan

Pendidikan di Irlandia Utara bebas dan wajib bagi anak-anak usia 5-16 tahun. Pendidikan tinggi tersedia di dua universitas, yaitu Universitas Ratu Belfast, yang didirikan pada abad ke-19, dan Universitas Ulster Baru yang baru didirikan di Coleraine atau di perguruan tinggi teknologi Belfast.

Pendidikan tinggi itu tersedia bagi semua murid yang lulus dari tes masuk ke universitas. Tidak ada anak sekolah yang keluar atau dikeluarkan karena alasan keuangan. Kenyataannya kebanyakan mahasiswa menerima sejenis bantuan dari pemerintah atau dana swasta.


Pemerintahan Irlandia Utara

Kepala negara Irlandia Utara adalah seorang gubernur, yang dipilih oleh Ratu Inggris untuk mewakilinya. Hingga tahun 1972 badan legislatif Irlandia Utara terdiri atas sebuah parlemen (yang dikenal dengan sebutan Stormont) yang terbentuk dari Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat.

Kekuasaan eksekutif terletak di tangan perdana menteri, yang merupakan pemimpin partai mayoritas dalam Dewan Perwakilan Rakyat (Majelis Rendah). Parlemen Irlandia Utara mengawasi bidang pendidikan, perdagangan dalam negeri, pelayanan sosial, dan pengadilan rendah.

Berbagai masalah lainnya ditangani oleh Parlemen Inggris yang 12 orang anggotanya berasal dari Irlandia Utara. Karena adanya krisis di Irlandia Utara, Stormont dihentikan untuk sementara pada tahun 1972 dan tugasnya diambil-alih oleh Parlemen Inggris di bawah seorang sekretaris negara untuk Irlandia Utara.

Pada tahun 1973 sebuah pemerintahan baru dibentuk, terdiri atas sebuah dewan dengan 80 anggota, yang dikepalai oleh sebuah tim pimpinan-baik dari wakil Protestan maupun wakil katolik.

Namun sayang, koalisi pemerintahan yang baru ini juga ditangguhkan pada tahun 1974. Menjelang awal dekade 1980-an, meskipun terjadi berbagai usulan’untuk dewan konstitusional dan pemilihan umum, London tetap memerintah secara langsung.


Sejarah Irlandia Utara

Benih-benih perpecahan antara Irlandia Utara dan Republik lrlandia berawal dari tahun-tahun permulaan abad ke-17. Selama berabad-abad banyak daerah Utara telah diperintah oleh keluarga besar O’Neill dan O’Donnell.

Selama abad ke-16, ketika bagian selebihnya daerah pulau ini telah ”diisi” oleh para pemukim Inggris yang Protestan, suku yang di sebelah utara mampu mempertahankan kemerdekaannya.

Namun, ketika O’Neill dan O’Donnell menjelajah ke selatan ke Cork untuk bergabung dengan tentara ‘ penyerang Spanyol, mereka dikalahkan dalam peperangan besar Kinsale pada tahun 1601.

Peperangan ini mengakhiri upaya bangsa Irlandia mempertahankan peradaban Gaelik purba terhadap para penyerbu Inggris. O’Neill dan O’Donnell diizinkan memegang hak atas tanahnya, tetapi mereka tidak lagi memerintah sebagai pangeran.

Setelah beberapa tahun O’Neill dan O’Donnell secara sukarela berimigrasi ke Eropa dengan sebagian besar pendukungnya. Pemerintah Inggris lalu memutuskan untuk ”mengisi” bekas tanah mereka dengan orang Inggris yang Protestan dan pemukim Skotlandia.

Pada pertengahan abad ke-17 Raja Charles I dari Inggris bertengkar dengan Parlemen, suatu pertengkaran yang berakhir dengan eksekusi terhadap Raja pada tahun 1649. Orang Katolik Skotlandia yang tidak mempercayai Parlemen Inggris memberikan dukungan untuk Raja.

Selama perang saudara di Inggris, kekuasaan Inggris di Irlandia runtuh. Oliver Cromwell, letnan pangeran Irlandia, yang memerintah menggantikan Raja, datang ke Irlandia pada tahun 1649. Tentaranya membantai orang Katolik Irlandia dengan amat kejamnya. Kepahitan yang berlatar agama mulai dari hari-hari yang mengenaskan itu.

Tahun 1688 William dari Orange, penguasa Negeri Belanda, diminta oleh golongan Protestan untuk menggulingkan takhta Inggris dari James II yang Katolik. Sebagai akibatnya terjadi perang di Irlandia, tempat tinggal para pendukung James yang Katolik. Palagan Boyne dekat Drogheda pada tahun 1690 tampaknya menguntungkan pasukan William.

Kemenangan itu masih diperingati oleh kaum Orange dari Ulster (yang merupakan keturunan para pengikut William). Setiap tanggal 12 Juli dengan pawai tradisional yang berwarna-Warni. Orang yang berpawai pada setiap tanggal 12 Juli itu membawa spanduk yang dihias dengan berbagai lukisan bersejarah dengan diiringi band yang memainkan lagu-lagu lama.

Salah satu lagu yang paling populer adalah ”Sash”, nama sebuah selempang yang dikenakan oleh kaum Orange melingkari dada mereka. Nyanyian ini berisi sebuah senarai peperangan pada abad ke-17 yang membawa kemenangan bagi Raja William dan nyanyian ini mengekspresikan perasaan kesinambungan sejarah melalui pawai-pawai tadi.

Jadi, dengan suara nyanyian, drum, seruling, dan pawai berjalan itu peperangan Boyne diperingati setiap tahun. Kemenangan Raja William telah memproyeksikan bayang-bayang panjang sejarah Irlandia Utara.

Selama abad ke-18 undang-undang dipaksakan di Irlandia kepada orang yang bukan anggota Gereja Anglikan, yang merupakan gereja pemerintah. Undang-undang itu menekan kuat orang Katolik.

Mereka sama sekali tidak diizinkan berpartisipasi dalam pemerintahan. Mereka juga tidak diperkenankan membeli tanah selain menyewa (hanya untuk waktu yang pendek). Mereka tidak boleh bekerja di Parlemen, kantorkantor umum, dan hampir di semua lapangan pekerjaan.

Para anggota kaum ulama tingkat atas dibantai, sedangkan kebaktian menurut agama Katolik dianggap tidak sah, sama seperti sekte Presbiterian, yang juga dipecat dari jabatan di kantor umum.

Akibatnya, ribuan orang Presbiterian berimigrasi ke Amerika Serikat, khususnya dari Irlandia Utara, orang tadi bergabung dengan orang Katolik untuk melawan Inggris. Pergerakan ini dinamai Bangsa Irlandia Bersatu. Tujuannya adalah kemerdekaan bagi seluruh Irlandia.

Pemberontakan Bangsa Irlandia Bersatu tidak berhasil dan pada tahun 1800 sebuah undang-undang diberlakukan untuk menyatukan Kerajaan Irlandia dengan Kerajaan Britania Raya.

Sampai akhirnya kedua negeri mempunyai raja bersama, tetapi ada sebuah parlemen yang terpisah di Irlandia yang tidak banyak memiliki kekuasaan besar.

Lebih dari 30 tahun kemudian undang-undang yang mendiskriminasi orang yang bukan Anglikan diubah, sedangkan dua sekte Protestan setuju mengubur perbedaan politik mereka dan mendukung persatuan itu. Akan tetapi, kebanyakan orang Katolik masih mengharapkan bahwa Irlandia kelak akan merdeka.

Segera setelah Perang Dunia I sebuah rancangan undang-undang diperdebatkan di parlemen sehubungan dengan pemerintahan-sendiri untuk seluruh Irlandia. Banyak orang persatuan-yaitu mereka yang mendukung persatuan dengan Inggris-mengangkat senjata melawan langkah itu.

Krisis ini terhenti oleh pecahnya perang di Eropa. Setelah perang berakhir, orang persatuan mendesak bahwa mereka harus tetap di bawah takhta Kerajaan Inggris.

Hasilnya adalah bahwa Irlandia dibagi. Di sebelah Utara, yang mayoritas penduduknya adalah Protestan, kelompok minoritas Katolik merasa tidak puas dan menolak kebijakan pemerintah itu dengan mengatakan bahwa pemerintah pilih kasih dan berpihak kepada orang Protestan.

Karena orang Katolik menolak pembagian Negeri Irlandia, mereka dituduh tidak loyal kepada Konstitusi. Terdapat sedikit rasa khawatir bahwa orang Katolik akan tumbuh melebihi Protestan sehingga akan menjadi mayoritas pemilih dan akan menjadi cukup kuat untuk mengakhiri pemisahan di atas. Hal ini menimbulkan perlakuan diskriminasi kepada orang Katolik dalam bidang pekerjaan, perumahan, dan politik.

Pada tahun 1968 suatu pergerakan baru berkembang untuk memperjuangkan hak sipil yang sepenuhnya bagi semua orang-baik Katolik maupun Protestan-di bagian utara. Ada berbagai unsur di dalam pergerakan ini. Beberapa pimpinan percaya bahwa mereka akan dapat mencapai hak sipil penuh dengan cara agitasi damai.

Kelompok lain, termasuk anggota parlemen yang muda, yaitu Bernadette Devlin, menyebut kelompoknya sebagai Rakyat Demokrasi dan memiliki tujuan untuk membentuk republik pekerja sosialis bagi seluruh Irlandia. Tentara Republik Irlandia, meskipun hanya sebuah kelompok kecil, menyenangi aksi militer untuk mencapai Republik Persatuan Irlandia. Partai Nasionalis yang sudah tua di Utara mengharapkan ada aksi militer dari pemerintah republik.

Ketika keadaan di utara menjadi rawan dan khawatir atas ratusan orang yang mungkin akan terbunuh dalam berbagai bentrokan antara orang Katolik dan kelompok Protestan, pemerintah Inggris turun tangan. Menteri dalam negeri Inggris mengunjungi Belfast dan Derry.

Dia membujuk pemerintah Irlandia Utara memaklumkan undang-undang hak-hak sipil. Tentara Inggris dibawanya serta dan pemerintah bagian utara cepat-cepat mengadakan sejumlah perubahan.

Hasilnya, orang Katolik direkrut masuk menjadi polisi, sedangkan Konstabulari Khusus (Angkatan Kepolisian Darurat), yang seluruhnya terdiri atas orang Protestan, dibubarkan. Sebuah upaya dilakukan untuk menyediakan perumahan tanpa memandang perbedaan agama sehingga penguasa setempat yang sektoral mulai kehilangan kekuasaan.

Namun, keadaan masih tetap suram karena kaum fanatik Protestan dan Katolik yang sadar akan kekuatan baru yang dimenangkannya tampak lebih menjadi saling bersikeras satu sama lain. Pada tahun 1972 pemerintah Inggris membubarkan Stormont dan mengambil-alih pemerintahan langsung di Irlandia Utara.

Harapan akan perdamaian di utara tampak akan tercapai di bawah persetujuan kompromi yang dicapai pada tahun 1973. Ini memerlukan partisipasi baik oleh orang Katolik maupun oleh orang Protestan dalam pemerintahan yang baru.

Hal ini menjamin bahwa status Irlandia Utara tidak akan diubah terhadap kehendak mayoritas penduduknya. Namun, persetujuan itu gagal. Pada tahun 1985 persetujuan antara Inggris dan Republik Irlandia ditandatangani. Persetujuan ini memberikan kepada Irlandia peran kepenasehatan dalam menentukan kebijakan bagi Irlandia Utara.

Diulas oleh:
FERGUS PYLE, The Irish Times, Belfast .THOMAS FITZGERALD, Departemen Pendidikan, Dublin
Editor: Sejarah Negara Com

Artikel Terkait

Pos terkait