Paris kota tercantik di dunia

Paris – Pada abad ke-16, di Prancis terjadi konflik antara kaum Huguenot (Protestan Prancis) dan kaum Katolik Roma, yang meletus menjadi perang saudara total. Pangeran Henry dari Navarre, seorang Huguenot, diakui sebagai ahli waris takhta kerajaan pada tahun 1589, tetapi ia harus berjuang dahulu untuk memperoleh takhtanya.

Ia mempunyai sukses militer yang brilian-sampai batas tertentu, karena Paris menolak untuk tunduk. Tanpa Paris, Henry mengetahui bahwa ia tidak akan dapat memenangkan negaranya sehingga pada tahun 1593 ia mengambil satu-satunya jalan, yaitu meninggalkan keyakinan agama Protestannya.

Sesuai dengan tradisi, ia mengatakan, ”Paris vaut bien une messe (Paris merupakan massa yang berharga).” Dalam setahun, ia dinobatkan menjadi Raja Prancis Henry IV.

Hampir 350 tahun kemudian, selama Perang Dunia II, seorang pemimpin Eropa yang benar-benar berbeda juga mengakui nilai simbolis ibu kota Prancis yang besar. Adolf Hitler telah memberikan perintah kepada JenderaI Dietrich von Choltitz, komandan Jerman yang waktu itu menduduki Paris untuk memasang bom pada beberapa gedung besar yang terdapat di kota. Jika Sekutu merebut Paris, Jenderal diperintahkan untuk meledakkan bom itu.

Ketika Sekutu mencapai pinggiran kota, tibalah saat yang dinantikan itu, Namun, bahkan sampai mendapat telepon pribadi dari Hitler di Berlin, yang menanyakan, “Apakah Paris sudah dibakar?” bom itu toh belum diledakkan, Von Choltitz kemudian mengatakan bahwa ia tidak sanggup melaksanakan penghancuran kota yang merupakan bagian penting warisan budaya, bukan saja bagi orang Prancis, melainkan juga bagi orang lain.

Peta Paris

Kunjungi di google map

Sungai di Paris

Apa yang sudah seringkali dikatakan sebagai kota tercantik di dunia bermula sejak kira-kira 2.000 tahun yang lalu sebagai Lutetia Parisiorum pada waktu itu, Paris merupakan masyarakat kecil pada sebuah pulau di Sungai Seine di sebelah baratlaut Prancis.

Anggota masyarakat itu, yaitu orang Parisi, hidup dengan mencari ikan dan berdagang. Setelah legiun Romawi menaklukkan Gaul pada abad ke-1 sebelum Masehi, kota kecil ini mulai berkembang, terutama ke sebelah kiri Sungai Seine. Penduduk Paris berjumlah lebih dari 5.000.000 jiwa dan menempati daerah seluas 106 km2 pada kedua sisi Ile de La Cité (”pulau kota”), tempat kota itu mula-mula berkembang.

Lokasi sungai dengan jalan masuk ke laut selalu merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan Paris. Tempat ini merupakan pusat perdagangan sejak awal-awal pertumbuhan kota dan dewasa ini berbagai kanal telah membuatnya menjadi pelabuhan pedalaman yang utama.

Barang-barang dari berbagai negara dibongkar-muat di dok-doknya. Tongkang-tongkang dari seantero Eropa Barat melewati bawah-bawah jembatannya dan dapat dilihat tertambat di bawah tangguI-tanggulnya.

Seine juga merupakan salah satu keindahan Paris dan, dalam peranannya ini, Seine juga merupakan pusat kehidupan kota sehingga mudahlah untuk memahami mengapa ada lagu kuno yang menggambarkan sungai sebagai “kekasih yang mencintai Paris”.

Orang Paris dan para pengunjung suka berjalan di sepanjang dermaga dan tangguI-tanggulnya. Para pengail masih biasa terlihat pada beberapa lokasi di sepanjang Seine, meskipun hasil tangkapan mereka biasanya kecil sehingga mereka perlu melemparkan kailnya kembali.

Daya tarik Seine lainnya adalah kios bouquinistes, yang dijumpai di sepanjang dermaga Tepi kiri. Kios-kios besar ini, yang berisi buku-buku dan terbitan kuno, menawarkan kegembiraan lain bagi pejalan kaki.

Sungai Seine yang berkelok-kelok melewati Paris membagi kota menjadi 2 daerah. Rive Droite atau Tepi Kanan, yang terletak di utara sungai, dan Rive Gauche atau Tepi Kiri, yang terletak di selatan.

Perjalanan di sungai pada sebuah bateau mouche (perahu untuk melihat pemandangan) di bawah pont (“jembatan”)-nya dan melewati banyak bangunan kota yang besar pada kedua tepinya merupakan cara yang ideal dan nyaman bagi pengunjung untuk mendapat aneka sentuhan kota, yang tak lain adalah Paris.

Ile de la Cité dan Ile Saint-Louis

Di Ile de la Cité berdirilah katedral agung Notre Dame, yang mulai dibangun sejak abad ke-12. Pada hari-hari yang cerah, puncak menaranya yang menjulang tinggi dan dinding-dinding penahannya yang melengkung menjatuhkan bayangannya pada riak-riak air di bawahnya.

Ukiran pada portal-portal katedral dianggap sebagai contoh-contoh seni Gotik yang terhalus di dunia. Menara katedral menyajikan pemandangan kota Paris yang menakjubkan dan juga pemandangan gargoyles dari dekat. Monster-monster batu grotesque ini, yang kepala bertanduk dan berparuhnya yang fantastik merupakan simbol populer Paris pada kartupos dan poster, ditambahkan pada katedral selama pemugaran yang dilakukan pada abad ke-19.

Di ile de la Cité juga terdapat Sainte-Chapelle (Kapel Orang Suci), yang dibangun untuk Raja Prancis Louis IX (Saint Louis). Bangunan abad ke-13 yang sebenarnya ditempati oleh 2 kapel dikenal karena jendela kaca berwarnanya yang indah, yang menggambarkan adegan-adegan dari dalam Injil, dan karena hiasan interiornya yang mewah.

Jendela-jendela kaca berwarna yang berkilau di Sainte-Chapelle
Jendela-jendela kaca berwarna yang berkilau di Sainte-Chapelle, sebuah bangunan yang merupakan karya agung arsitektur Gotik dan satu diantara berbagai keindahan kota Paris

Pilar dan lengkungannya yang anggun dan bersepuhkan emas merupakan kontras yang indah dengan tembok dan langit-langitnya yang berwarna merah dan biru, dihiasi dengan fleurs-de-lis (simbol kerajaan Prancis) yang terbuat dari emas.

Dekat Sainte-Chapelle terdapat Conciergerie (tempat penyiksaan) besar, yang merupakan sebuah bangunan yang mencerminkan periode suram dalam sejarah Prancis. Kunjungan ke sel-selnya masih menunjukkan bekas-bekas kekejaman Revolusi Prancis dan derita orang yang dijebloskan ke dalamnya sebelum dibawa ke tiang guillotine (alat pemenggal kepala).

Di seberang Ile de la Cite terdapat Ile Saint-Louis yang lebih kecil. Karena adanya rumahrumah besar abad ke-17 dan halaman gedungnya yang tenang, tempat itu merupakan tempat yang damai di tengah-tengah kota Paris sehingga membuat perjalanan mengelilingi pulau tampak seperti melakukan perjalanan ke masa lalu.

Jembatan tertua di Paris melintasi Sungai Seine di dekat ujung sebelah barat ile de la Cité. Hal ini merupakan salah satu dari banyak kontradiksi yang menghiasi Paris sehingga jembatan itu masih disebut Pont Neuf (”jembatan baru”), meskipun jembatan itu se|esai dibuat pada tahun 1604.

Di bawah jembatan, di ujung Ile de la Cité itu juga, terdapat lapangan kecil Square du Vert Galant. Dengan memakai nama Raja Henry IV (yang dijuluki pria sopan abadi karena perhatiannya yang abadi terhadap wanita), taman mungil dengan pepohonan yang menaunginya merupakan salah satu pemandangan yang paling memesona dan romantis di Paris.

Tepi Kanan Sungai di Paris

Di bagian hilir, jembatan berikutnya yang melintasi Sungai Seine adalah Pont des Arts, sedangkan di tepi kanan sungai terdapat gedung besar Louvre, yang merupakan salah satu museum kesenian yang terbesar di dunia. Karena semula adalah istana raja, maka semua aula dan ruangannya berisi karya agung yang tak terhingga jumlahnya.

Di antara benda berharga ini terdapat Venus de Milo dan Winged Victory karya Yunani kuno; lukisan Monalisa Leonardo da Vinci; dan Arrangement in Gray and Black karya James McNeiIl Whistler (yang lebih dikenal sebagai Whistler’s Mother).

Jauh di ujung pertamanan Tuileries terdapat ]eu de Paume (”lapangan tenis”), gedung untuk menyimpan koleksi para impresionis dan pascaimpresionis Louvre. Sekarang, di bekas lapangan tenis untuk kerajaan itu, lukisan-lukisan Edouard Manet, Claude Monet, Paul Cézanne, dan Paul Cauguin tampak mempesona dengan warna-warna yang indah.

Taman Tuileries yang merupakan taman resmi, dengan bunga-bunga yang ceria dan naungan pohon-pohon tua menciptakan oasis yang menakjubkan di tengah-tengah kebisingan kota. Orang Paris dan para wisatawan suka berjalan-jalan di tempat ini dan seringkali berhenti untuk minum atau menikmati kudapan.

Bagi anak-anak, taman ini menawarkan kuda tunggang kecil, komidi putar mini, dan banyak kegiatan lain. Perahu mainan dapat disewa di Tuileries; berlatar belakang awan Prancis yang biru, layar-layarnya yang berwarna putih dan merah tua seakan-akan menggambarkan bendera Prancis. ‘

Beberapa langkah dari Tuileries terdapat Place de la Concorde. Di sini terdapat lapangan yang besar, dengan air mancur dan patung-patung yang menggambarkan 8 kota di Prancis, yang merupakan salah satu tempat terindah di dunia. Di sana juga terdapat kemacetan lalu-lintas yang terburuk di dunia sehingga menimbulkan kesulitan bagi para polisi Prancis untuk mengaturnya.

Place de la Concorde
Place de la Concorde, adalah salah satu pemandangan paling menakjubkan di Prancis

Pada tahun 1793, selama Revolusi Prancis guillotine dipasang di lapangan itu. Louis XVI dan permaisurinya, Marie Antoinette, adalah dua orang dari banyak korban guillotine ini.

Place de la Concorde menghadap ke Avenue des Champs-Elysees yang |ebar, dengan pepohonan dan kedai berderet di kedua tepinya, yang membentang sepanjang 2 km menuju Place Charles de Gaulle, dengan Arc de Triomphe di tengah-tengahnya.

Bangunan ini merupakan gapura kemenangan yang terbesar di dunia, yang semula pada tahun 1806 dianggap sebagai tugu peringatan bagi kemenangan Napoleon. Di dalam bayangannya menyala api abadi di atas nisan Pahlawan Tak Dikenal Prancis.

Meskipun terdapat elevator, banyak wisatawan yang tampak lebih suka mendaki dalam kegelapan melalui tangga yang melingkar-lingkar sepanjang 50 m menuju ke puncaknya. Pemandangan dari atas gapura ini sangat indah; pemandangan itu juga menjelaskan bekas nama tempat itu, yaitu I’Etoile karena 12 jalan raya yang lebar menyebar dari tempat ini sehingga tampak seperti titik-titik bintang. (Etoile berarti bintang)

Setiap Hari Bastille (14 Juli) bendera triwarna berkibar di sepanjang Champs-Elysees dan diadakanlah parade militer yang agung. Tank-tank yang menyandang nama-nama Jenderal besar Prancis dan derap kemenangan memenuhi jalan, diikuti oleh pasukan artileri dan pompiers (pasukan meriam). Pasukan berkuda dari Garde Républicaine lewat disertai oleh derap pacu mereka dan helm keemasan yang berkilat terkena sinar matahari.

Hari Bastille
Hari Bastille, lukisan jejak asap jet mengukir tiga warna di angkasa Paris

Di jalan-jalan cabang ChampsElysees berjajar banyak hotel mewah, restoran, dan teater yang membuat Paris terkenal. Di situ juga banyak terdapat wisma haute couture (”mode anggun”) yang menyebabkan Paris menjadi pusat mode di dunia.

Pada abad ke-19, seorang berbangsa Inggris bernama Charles Frederick Worth membuka toko pembuat pakaian di Rue de la Paix. Ketika Kaisarina Eugenie (permaisuri Napoleon III) berlangganan pada Worth, gaun buatan Worth dan kemudian gaun buatan Paris menjadi simbol mode, kemegahan, dan kemewahan.

Mode menjadi industri yang penting di Paris. Bagi banyak wanita, perjalanan ke Paris belumlah sempurna tanpa mengunjungi rumah-rumah mode Dior, Chanel, Givenchy, St. Laurent, atau salah satu dari puluhan rumah mode lainnya.

Jalan yang paling megah di Paris adalah Rue du Faubourg-St. Honoré, yang bermula dekat Place Vendome. Tempat Istana Fflysee, yaitu kediaman presiden Prancis, jalan ini dikenal karena tempat perbelanjaannya.

Kedua sisinya dipenuhi toko-toko yang menawarkan barang barang indah dan menakjubkan untuk memikat pembeli dan kolektor. Dari simetri Place Vendome yang anggun, dengan tiangnya yang terbuat dari meriam rampasan dari kemenangan Napoleon di pertempuran Austerlitz (1805), hanya berjarak satu-dua langkah ke Madeleine.

Gereja yang kokoh ini dibangun seperti kuil Romawi, yang merupakan bangunan “kuil kemenangan” bagi Napoleon dan tentaranya. Ke arah timur, di sepanjang Boulevard de la Madeleine terdapat bangunan lain yang mudah dikenal, yaitu Gedung Opéra. Bangunan molek abad ke-19 ini sudah lama menjadi daya tarik bagi penggemar musik di seluruh dunia.

Di dekat Gedung Opera terletak Grands Boulevards, serangkaian jalan lebar tidak rata yang membentang dari Place de la Concorde hingga Place de la Bastille. Jalan-jalan ini mencakup Boulevard de la Madeleine, Boulevard des Capucines, dan Boulevard des Italiens.

Jalan-jalan ini juga terkenal karena kedai, restoran, gedung bioskop, teater, dan tokonya. Dua dari toko serba ada yang terbesar di Paris adalah Caleries Lafayette dan Au Printemps yang terletak di Boulevard Haussmann.

Jalan ini berasal dari nama Baron Georges Haussmann, yang diangkat sebagai penguasa Seine oleh Napoleon III pada tahun 1853. Di bawah petunjuk Haussmann jalan-jalan di Paris diperlebar untuk mengatasi kemacetan lalu lintas dan dibuatlah jalan-jalan penghubung yang baru.

Kota dibagi menjadi 20 wilayah agar administrasi pemerintahan lebih efisien. Haussmann juga dikenang karena tindakan modernisasinya bagi saluran air di Paris dan bahkan sampai saat ini perjalanan melalui égouts pada sebuah perahu merupakan salah satu cara yang aneh bagi wisatawan untuk dapat mengenal Paris.

Adegan yang mengesankan dalam novel Victor Hugo abad ke-19, Les Misefrables, melibatkan suatu perburuan melewati kedalamannya yang lembap. Saluran itu juga dilalui oleh kabel telepon dan telegraf kota, demikian juga oleh jaringan tube pneumatik yang kompleks, tempat berlalunya surat, dalam tempat logam, yang ditransmisikan dengan cepat oleh udara yang dipampatkan.

Sebelah selatan Grands Boulevards terdapat daya tarik Paris yang lain. Pada Comédie-Frangaise, teater nasional Prancis, digubahlah karya-karya klasik yang besar. Tempat ini juga berkaitan dengan kejadian lain, yaitu dengan Jeanne d’Arc yang pernah terluka di tempat ini pada tahun 1429, dalam Perang Seratus Tahun.

Pada ujung timur Grands Boulevards, dekat daerah Paris yang sangat tua yang disebut Marais terdapat Place de la Bastille. Tidak terdapat lagi bekas-bekas adanya bangunan penjara kerajaan kuno yang merupakan simbol kekuasaan opresif monarki Prancis yang ditaklukkan pada tanggal 14 Juli 1789, yang menandai awal Revolusi Prancis. Hanya sebuah tugu peringatan revolusi tahun 1830 dan tahun 1848 saja yang masih menandai tempat itu dewasa ini.

Di dekat Grands Boulevards juga terdapat Forum des Halles, kompleks yang modern, yang terbuat dari kaca dan beton untuk tempat santai yang berisi pertokoan, kedai, restoran, dan gedung bioskop. Forum dibuka pada tahun 1979.

Selama 8 abad, tempat ini sudah ditempati oleh Les Halles, pasar induk daging, ikan, dan sayuran yang oleh penulis abad ke-19 Emile Zola disebut le ventre de Paris (”perut Paris”).

Karena tidak dapat lagi menangani barang-barang dalam jumlah yang besar, maka pasar tua itu dipindah ke pinggiran pada tahun 1969 dan, 2 tahun kemudian, banyak peninggalan pertengahan abad ke-19 yang berupa paviliun besi tua dihancurkan.

Dekat dengan Forum baru ini, pada Rue St. Martin, berdirilah Pusat Kesenian dan Kebudayaan Nasional Georges Pompidou, yang merupakan gedung ultramodern, yang mengambil nama presiden kedua Republik ke-S.

Ketika bangunan ini dibuka pada tahun 1977, arsitekturnya, yang memakai jaringan pipa air dan pipa listrik yang tampak, eskalator dan elevator yang tembus pandang, dan balok-balok struktural yang mencolok merupakan suatu kejutan bagi citarasa konservatif.

Gedung ini berisi Museum Kesenian Modern Nasional, pusat perencanaan industri, perpustakaan umum yang besar, fasilitas riset, dan bengkel kerja anak-anak. Di samping daya tarik dari berbagai koleksi mewah dan pameran temporer, Pusat Beaubourg, seperti telah diketahui oleh umum, menjadi pusat perhatian tempat para artis jalanan, musisi, dan badut mempertontonkan atraksi mereka untuk menarik kerumunan les vrai Parisiens (orang Paris asli) dan wisatawan yang berminat.

Lokasi Les Halles yang baru meliputi tanah seluas 623 hektar di Rungis, dekat Bandar Udara Orly, sebelah selatan kota. Orly merupakan salah satu bandar udara internasional yang tersibuk di dunia. Dengan fasilitasnya yang modern, toko, restoran dan hotel, daerah itu telah menggambarkan kota yang mandiri.

Di utara Paris, di Roissy, terdapat Lapangan Udara Charles de Gaulle yang lebih besar darlpada Orly, yang mempunyai kategori yang sama dalam hal lalu lintas udara. Lablh dekat dengan kota Paris terdapat lapangan udara domestik kota, Le Bourget.

Tepi Kiri Sungai di Paris

Bagi banyak wisatawan yang berkunjung ke Paris, inti kota masih tetap berada di tepi kiri Sungal Seine. Sejak abad ke-13, ketika Sorbonne Marang merupakan bagian Universitas Paris) didirikan di sana, Tepi Kiri menjadi daerah “pelajar” di kota ini. Daerah ini juga disebut Daerah Latin karena bahasa Latin merupakan bahasa universal yang dipakai belajar pada Abad Pertengahan.

Banyak kehidupan di Daerah Latin berpusat di sekitar Boulevard Saint Michel yang lebar, yang dengan mesra dikenal sebagai Boul’ Mich, Kedai kedainya banyak yang dikenal di kalangan mahasiswa, yang sering mengadakan pertemuan di sini untuk membahas pekerjaan mereka.

Tidak jauh dari Boul’ Mich adalah Palais du Luxembourg, yang dibangun pada abad ke-17 untuk Marie de Médicis, janda Henry lV. Jardin du Luxembourg (Taman Luxembourg) dengan danau, tanah undakan, dan petak-petak bunganya juga merupakan tempat yang disukai oleh para mahasiswa.

Perhatian lain dari aktivitas Tepi Kiri ini adalah Boulevard Saint-Germain, yang berpotongan dengan Boul’ Mich. Nama jalan ini diambil dari gereja tertua di Paris. Saint-Germain-des-Prés, yang mulai dibangun sejak abad ke-10. Gereja ini berisi nisan beberapa orang Prancis terkemuka, termasuk ahli filsafat abad ke-17, René Descartes. Dekat gereja terdapat patung sedada karya Pablo Picasso yang dipersembahkan bagi penyair abad ke-20 Guillaume Apollinaire.

Di berbagai kedai dan kedai minum yang terdapat di daerah itu, para wisatawan dapat menikmati kopi kental atau une fine (salah satu minuman keras terbaik Prancis) sambil menikmati semua kegiatan dan kesibukan di sekitar mereka.

Jalan-jalan sempit di Tepi Kiri ini juga menarik perhatian pengunjung karena jalan itu menarik bagi para pembelanja, penuh dengan toko barang antik, toko buku, dan museum kesenian. Setiap tahun, semakin banyak butik kecil yang menjual kepada kaum muda bermacam pakaian murah, yang berciri Paris.

Salah satu pemandangan yang terbaik di kota ini adalah Pantheon, di atas bukit Saint Cenevieve. Dibangun selama kekuasaan Raja Louis XV, bangunan ini maksudnya dipersembahkan kepada Genevieve, pelindung suci kota Paris.

Namun, setelah bangunan ini selesai pada tahun 1789, pemerintahan fevolusioner memutuskan untuk mengubahnya menjadi Pantheon, yang berasal dari kata Yunani kuno yang berarti “kuil semua dewa”.

Tokoh Prancis yang merupakan “dewa” pada zaman mereka dikuburkan di sini, dari ahli politik Mirabeau hingga ahli filsafat Voltaire dan Jean Jacques Rousseau. Pada abad ke-19, dua tokoh pengarang, Victor Hugo dan Emile Zola, serta guru Louis Braille, yang mengembangkan metode bagi orang buta untuk dapat membaca dan menulis, juga dikuburkan di Pantheon ini.

Gedung bersejarah lain di Tepi Kiri adalah Hotel des Invalides, yang didirikan oleh Louis XIV pada abad ke-17 sebagai rumah untuk prajurit-prajurit yang cacat. Sekarang rumah-rumah tersebut menjadi salah satu museum militer terbesar di dunia.

Namun, bangunan ini sangat terkenal sebagai tempat peristirahatan terakhir Napoleon, setelah jenazahnya dibawa kembali dari Pulau St. Helena di Atlantik Selatan dan disemayamkan di sini pada tahun 1840. Banyak orang mengunjungi nisan orang yang telah membawa Prancis baik ke kemenangan maupun ke kehancuran serta memainkan peran utama dalam sejarah dunia.

Di kompleks yang besar ini juga terdapat 2 gereja, satu di antaranya dilengkapi dengan sebuah kapel yang dipersembahkan bagi Napoleon. Pada hari yang cerah kubah Invalides yang tersepuh, bersama puncak menara yang menjulang ke angkasa, merupakan salah satu pemandangan yang paling indah dan paling mengesankan di Paris.

Pemandangan yang terbaik adalah dari tepi kanan Sungai Seine, di seberang Pont Alexandre III yang luas, yang dibangun pada tahun 1900.

Metro di Paris

Tidak seorang pun yang benar-benar dapat mengatakan bahwa dia mengenal Paris tanpa mengadakan perjalanan dengan Metro (singkatan dari Métropolitain). Sistem kereta api bawah tanah di Paris ini dibuka pada tahun 1900 dan sekarang panjang total kereta api bawah tanahnya mencapai lebih dari 160 km.

Métro adalah salah satu kereta api bawah tanah yang paling efisien di dunia. Stasiun Métro bersih dan terang-benderang, sedangkan beberapa di antaranya bahkan lebih baik lagi. Pemberhentian Louvre, misalnya, akhir-akhir ini sudah dipermodern.

Reproduksi lukisan menghiasi tembok-temboknya dan tiruan ukiran terpajang pada ceruk sepanjang peron. Hal yang paling penting ialah bahwa setiap stasiun itu mempunyai peta yang jelas dan mudah dimengerti sehingga memudahkan orang-bahkan orang asing mencapai tempat tujuan.

Montmartre

Salah satu perjalanan yang disukai oleh orang Paris dan para pengunjung adalah perjalanan ke Sacré-Couer-Basilika Hati Suci-di puncak Butte de Montmartre (bukit Montmartre) di sebelah utara Paris.

Sacre-Ceour Paris
Panorama Paris dari teras Sacre-Ceour

Di stasiun Tepi Kanan yang terletak di pusat, misalnya yang di Concorde, penumpang Metro membeli tiket untuk jurusan Porte de la Chapelle. (Seperti kebanyakan rute Metro, rute itu dinamakan sesuai dengan tempat pemberhentiannya yang terakhir, salah satu pintu gerbang Paris kuno).

Dia lalu turun di halte Abbesses, di Montmartre. Di dekat Place des Abbesses yang nyaman dengan jajaran pepohonan, nya, sebuah trem yang ditarik kabel menaiki bukit ke bagian bawah teras Sacré-Coeur.

Kubah putih pada gereja ini sudah menjadi simbol Paris sejak tahun 1914. Setelah Prancis menderita kekalahan yang hebat pada Perang Prancis-Prusia (1870-1871), warga Katolik Prancis mulai mengumpulkan dana nasional untuk gereja Hati Suci. Gereja menjadi simbol harapan dan kebangkitan Prancis.

Selang 50 tahun setelah terkumpul uang sebesar 40.000.000 frank, kemudian bangunan besar ini ditahbiskan. Patung-patung Saint Louis (Raja Louis IX) dan Jeanne d’Arc berdiri pada teras atas, di atas sederetan anak tangga yang curam, yang menuju ke jalan masuk Bisilika.

Menara Sacré-Coeur berisi Savoyarde, yaitu bel seberat 19 ton yang merupakan salah satu bel terbesar dan mempunyai gema paling keras di dunia.

Namun, lebih banyak yang dapat dilihat di Montmartre daripada di SacréCoeur. Masyarakat pada bukit ini adalah salah satu masyarakat yang tertua dan merupakan daerah yang terindah di Paris dan, sejak pertengahan abad ke-19, daerah ini merupakan pusat para artis dan pelukis yang tak terkira jumlahnya.

Salah satu di antara yang paling terkenal adalah Maurice Utrillo, yang lukisannya dengan indah menggambarkan jalan-jalan Montmartre yang kuno dan berliku-liku, dan dilengkapi dengan kubah Sacré-Coeur sebagai latar belakangnya, sehingga suasana daerah itu dapat dicerna oleh setiap peminat dari mana pun mereka datang.

Barangkali karena semua artis pernah tinggaI dan masih tinggal di Montmartre, maka daerah itu juga terkenal karena kehidupan malamnya. Kedai-kedai di sekitar Place de Tertre banyak dikerumuni oleh orang setiap petang, seperti halnya klub-klub malam dan ruang-ruang dansa Place Pigalle di dekatnya. Moulin de la Calette, yang sebelumnya adalah kincir angin, merupakan salah satu di antaranya.

Dua Hutan

Para pengunjung dapat juga menumpang Metro menuiu kedua bois (”hutan”) Paris-Bois de Boulogne di sebelah barat dan Bois de Vincennes di sebelah tenggara. Bois de Boulogne. dengan pepohonan tuanya, merupakan tempat yang disukai untuk jalan-jalan 3 la campagne (”di pedesaan”), mengingatkan orang kepada abad ke-17 yang silam.

Pada pertengahan abad ke-19, Paris berkembang ke arah luar hingga mencapai pinggiran Bois. Pada tahun 1852, Napoleon III memberikan hutan itu kepada kota. Karena Napoleon mengagumi segala sesuatu yang berbau Inggris, maka Baron Haussmann merancang Bois berdasarkan Taman Hyde, London.

Jalan-jalan setapak berkelok-kelok di antara celah pepohonan dan di sekitar kedua buah danau Bois, tempat perahu dapat disewa. Banyak keluarga Paris sering menghabiskan hari Minggunya di Bois dengan berpiknik di Bors.

Di dalam Bois ada beberapa restoran terbuka dan tak ada yang lebih menyenangkan daripada menikmati makan siang di alam terbuka dengan penuh kedamaian, sambil melihat setiap pola perubahan sinar matahari melalui dedaunan sambil meneguk anggur terakhir. Di Bois de Boulogne juga terdapat taman hiburan, kebun binatang, dan 2 buah lapangan balap Paris-Longchamp dan Auteuil.

Sepanjang 15 km melintasi Paris ke arah tenggara terdapat Bois de Vincennes dengan kastil peninggalan abad ke-14. Di antara orang yang meninggal di penjara bawah tanah kastil ini adalah Raja Henry V dari Inggris, yaitu pada tahun 1422.

Bois de Vincennes juga dilengkapi dengan kebun binatang Paris, tempat sebagian besar binatang hidup di alam terbuka yang luas yang menyerupai lingkungan habitat mereka.

Daerah Pinggiran Paris

Di luar kedua Bois, dan di sekitar kota pada semua sisi, terdapat banyak kota pinggiran. Di kota pinggiran sebelah utara seperti Saint-Denis dan Gennevilliers diproduksi peralatan industri dan bahan-bahan kimia. Jauh ke sebelah barat, di sepanjang Sungai Seine, terdapat pabrik besar Citroen dan Renault yaitu 2 pabrik mobil terbesar di Prancis.

Kota pinggiran sebelah selatan terutama merupakan daerah tempat tinggal, meskipun sebagian besar film Prancis dibuat di Boulogne-Billancourt dan JoinviIIe-le-Pont.

Paris masih tetap merupakan kota yang berkembang dan setiap tahun didirikan pengembangan perumahan baru-bahkan seringkali kota kecil baru yang tumbuh dengan lebih pesat dan menjauh dari pusat kota. Mereka semuanya bangga menjadi bagian Paris.

Kota Cahaya

Ibu kota raya ini merupakan pusat Prancis dalam segala hal. Ibu kota ini merupakan kota terbesar di negara tersebut. Semua jalan utama Prancis berawal dan berakhir di sini. Kota ini merupakan pusat jaringan jalan kereta api Prancis dan sebanyak 1.000.000 pelancong memanfaatkan stasiunnya setiap hari.

Kota ini juga memiliki lapangan udara terbesar dan merupakan titik pusat salah satu kompleks industri yang terbesar. Kota ini juga tempat pemerintahan mengendalikan negara. Dalam segala hal, Paris dapat dibandingkan dengan magnet yang besar dan penuh daya tarik.

Gambaran yang paling tepat bagi Paris masih sebagai la ville lumiére, Kota Cahaya, karena ibu kota ini juga menyerupai sebuah lampu besar, yang sinarnya mencapai jauh di batas luar kota. Berbagai keputusan yang dibuat di Paris dan berbagai pemikiran yang muncul di sini mempengaruhi seluruh Prancis.

Kota ini merupakan pusat kaum intelektual Prancis dan, lebih luas lagi, sebagian besar Eropa. Sebagian besar dari buku yang berjumlah 18.500 dan diterbitkan di Prancis setiap tahunnya berasal dari Paris dan banyak di antaranya juga ditulis di sana.

Sebagian besar surat kabar penting negara seperti France-Soir, Le Figaro. dan Le Monde serta majalah-majalahnya yang terkenal seperti Paris Match dan L’Express-diterbitkan di sini. Kota ini juga merupakan pusat industri radio dan televisi Prancis.

Karena merupakan kota yang penuh dengan aneka pemikiran dan suasana berpikir yang bebas, maka banyak organisasi internasional yang menjadikan Paris sebagai markas besarnya. Salah satu di antaranya, yaitu UNESCO (Organisasi Kebudayaan, Keilmuwan, dan Pendidikan PBB), telah menambah kekhususan kota itu.

Di samping arsitekturnya yang istimewa (berbentuk mirip bintang bersudut tiga), bangunan UNESCO diberi lukisan oleh Picasso dan Rufino Tamayo (artis seniman Meksiko kontemporer), ukiran-ukiran oleh Henry Moore dari Inggris, konstruksi mobil oleh Alexander Calder dari Amerika Serikat, sedangkan lukisan berlapis untuk dinding luar dikerjakan oleh Joan Miro dan Josep Artigas dari Spanyol.

Di seberang Sungai Seine, melewati hamparan ladang hijau Champ de Mars, dan Menara Eiffel, terletak Palais de Chaillot. Dewasa ini istana itu diisi oleh beberapa museum dan, pada beberapa tahun setelah Perang Dunia II, berbagai pertemuan pertama oleh PBB diadakan di tempat itu.

Menara Eiffel di Paris

Menari Eiffel dibuat oleh seorang insinyur Prancis, Alexandre Gustave Eiffel untuk dipertunjukkan dalam Pameran Universal Paris pada tahun 1889. Karena semula dianggap sebagai noda buruk bagi taman kota, menara ini beberapa kali hampir saja diruntuhkan, tetapi akhirnya malah menjadi sisi kota yang paling dicintai.

Menara Eiffel Paris
Menara Eiffel yang terjalin rumit, menjadi bagian Paris yang paling sering dikunjungi

Pada hari yang cerah pandangan dari bagian atasnya dapat mencapai jarak radius lebih dari 67 km ke atas wilayah Paris-Parisnya wisatawan yang berjumlah 2.500.000 tiap tahunnya, dengan hotel, restoran khas, dan museumnya; dan Parisnya masyarakat Paris yang berjumlah 3.000.000 jiwa, yang kaya dan beraneka-ragam seperti kehidupan itu sendiri.

Biasanya, saat sebelum matahari terbenam merupakan saat yang terbaik untuk mengunjungi menara ini. Kemudian, bagi orang yang menyukainya, Kota Cahaya ini akan mempersembahkan nyala yang khusus.

Seorang Prancis abad ke-16 dan orang Paris-esais Michel de Montaigne, menyatakan bahwa dia bangga menjadi orang Paris semata-mata karena kota besar yang disebutnya sebagai “keagungan Prancis dan salah satu ornamen terbesar dunia” itu.

Diulas oleh:
REGINALD DE WARREN, Konselor Kedutaan Besar Prancis ke Amerika Serikat, Washington, D.C.
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait