Pegunungan Alpen ciri-ciri alam Eropa sepanjang 1.100 km

Pegunungan Alpen yang megah merupakan ciri-ciri alam Eropa yang sangat penting suatu deretan pegunungan sepanjang 1.100 km dengan berbagai puncak yang tertutup salju, lembah yang sempit, danau dalam yang berwarna biru, gletser yang besar sekali, air terjun yang curam, dan sungai kecil yang membeku.

Tampak di sana-sini banyak istana yang romantis, vila yang sunyi, desa tua dengan rumah-rumah yang dihiasi tanaman bunga sepanjang jalan yang berliku-liku, dan beberapa tempat tetirah dunia yang paling terkenal.

Seluas kira-kira 210.000 km2, Pegunungan Alpen membentang dari pantai Laut Tengah antara Prancis dan Italia, melalui Swiss, Jerman, dan Austria dan kemudian membentang sepanjang pantai Adriatik Yugoslavia hingga Albania.

Puncak-puncak Pegunungan Alpen yang tinggi dan curam menunjukkan bahwa gunung-gunung tersebut masih muda secara geologis. Para ahli geologi percaya bahwa pegunungan ini masih dalam proses pembentukannya dari sejak 70.000.000 tahun yang lalu. Mont Blanc (4.810 m) merupakan gunung yang tertinggi di antara Pegunungan Alpen di Eropa Barat.

Puncak-puncak Alpen lain yang mencakar langit adalah Dufourspitze pada jajaran Monte Rosa yang mencapai ketinggian 4.634 m, Matterhorn, 4.481 m, dan Jungfrau, 4.161 m.

Puncak Matterhorn
Sebuah desa kecil di Alpine, Puncak Matterhorn

Kunjungi Alpen di google map

Meskipun telah banyak kita ketahui tentang sejarah Pegunungan Alpen, tak seorang pun begitu yakin tentang asal-usul kata Alpen. Beberapa ahli percaya bahwa nama itu berasal dari bahasa Keltik alp yang berarti ‘tinggi’. Para ahli yang lain yakin bahwa nama itu berasal dari bahasa Latin albus yang berarti ”putih”.

Kedua kata tersebut menggambarkan deretan pegunungan bersalju yang kelihatan begitu hebat tetapi sebenarnya telah merupakan tempat tinggal manusia sejak dahulu kala dan merupakan jalan yang dilalui pelancong, pedagang, dan tentara seperti yang tertulis pada berbagai catatan sejarah manusia.

Kehidupan di Pegunungan Alpen

Hidup di Pegunungan Alpen adalah tidak mudah sebab iklimnya tidak selalu nyaman dan daerah pertaniannya yang baik amat terbatas. Di samping itu, sering terjadi ancaman salju longsor yang melorot melewati lereng pegunungan, menutup jalan, dan bahkan mengubur seluruh desa.

Kita dapat menerka bahwa manusia memilih tinggal di gunung disebabkan gunung itu memberi perlindungan alamiah pada waktu perang dan revolusi yang seringkali mengganggu kehidupan mereka yang tinggal di bagian-bagian Eropa yang datar dan kurang terlindung. Pada saat itu orang Alpen terkenal akan kecintaan mereka yang luar biasa terhadap kemerdekaan.

Kebanyakan masyarakat Alpen hidup sebagai peternak sapi perah. Selama musim panas yang pendek, berbondong-bondong ternak digiring ke padang rumput (yang juga disebut Alpen) untuk merumput. Pada musim dingin, petani dan ternak mereka kembali ke rumah dan desa mereka. Tibalah saatnya bagi mereka untuk mengerjakan kerajinan tangan seperti seni ukir dan tenun.

Kehidupan di lereng-lereng Pegunungan Alpen bagian selatan sedikit lebih enak karena iklimnya lebih sejuk. Lereng-lereng pegunungan yang lebih rendah ditanami anggur dan lembah-lembah ditanami jagung. Bahkan rumpun tanaman jeruk dan sitrun pun tumbuh di tepian Danau Garda di Italia.

Di kedua sisi Pegunungan Alpen kini pertanian menjadi kurang penting sebagai sumber penghasilan. Batu bara putih yang berupa sungai-sungai yang deras sekarang dimanfaatkan sebagai penghasil hidroelektrik untuk industri kimia, tekstil, dan baja. Namun, industri yang paling terkemuka sekarang ini adalah pariwisata.

Perjalanan di Pegunungan Alpen

Hingga pertengahan abad ke-18 pegunungan Alpen tidak menarik perhatian wisatawan. Gunung adalah sesuatu untuk dilintasi dengan semudah mungkin atau sesuatu untuk dipandang dengan perasaan kagum dari tempat yang rendah dan aman.

Pada waktu dahulu perjalanan menyeberangi Pegunungan Alpen sangat sukar dan tidak menyenangkan. Kereta kuda yang dengan bisingnya melewati jalan sempit dan penuh kotoran di sepanjang Mont Cenis, misalnya, harus dilepas dan diangkat ketika melewati bagian jalan yang sangat curam, sedangkan para penumpang harus ditandu.

Meskipun berbahaya, akhirnya gunung dipandang sebagai bagian penting dalam pendidikan anak muda. Jika tamasya yang menyenangkan ke kota-kota besar Eropa mengajar anak muda bersopan santun, gunung memberikan kepadanya suatu rasa keindahan.

Kemudian para penyair dan pelukis mengunjungi Pegunungan Alpen untuk mengabadikan dengan kata-kata atau cat di atas kanvas keindahan alpenglow (sinar kemerahan saat matahari terbit dan terbenam di pegunungan), gletser besar utara seperti Mer de Glace (laut es) yang luasnya 41 km2 di lereng Mont Blanc, dan puncak gunung yang tertutup awan di kejauhan.

Kadang-kadang di antara para wisatawan ada yang berkeinginan mendaki salah satu puncak itu, tetapi tiba-tiba dia takut karena cerita tentang naga berlidah api yang bersembunyi di celah-celah es, salju longsor maut yang datang mendadak, ataupun karena udara yang berubah-ubah pada ketinggian tertentu.

Pada tahun 1760, Horace Benedict de Saussure, orang Jenewa yang kaya raya, berupaya menghilangkan cerita-cerita semacam itu dengan menawarkan hadiah kepada orang pertama yang mendaki Mont Blanc.

Satu tahun berlalu, kemudian tahun berganti tahun. Orang berusaha mendaki gunung itu dan mengalami kegagalan. Baru pada tahun 1786 Michel Paccard dan Jacques Balmat berhasil mendaki gunung itu.

Berita keberhasilan mereka menggemparkan Eropa. Anak-anak Inggris bermain ‘Pendakian Mont BIanc’, sejenis permainan yang memasukkan segala kemungkinan kesukaran dalam pendakian. Ayah dan paman mereka mulai mengadakan perjalanan ke benua Eropa dan mencoba mendaki Pegunungan Alpen.

Satu demi satu puncak pegunungan itu ditaklukkan. Pada tanggal 14 Juli 1865, tantangan besar terakhir yang masih ada adalah Puncak Matterhorn yang berbatu ditaklukkan oleh Edward Whymper dan regu pendakinya.

Pegunungan Alpen menjadi tantangan para pendaki selama beberapa abad

Para pendaki gunung masih menganggap Pegunungan Alpen suatu tantangan. Para olahragawan juga menganggap pegunungan itu sebagai tempat yang ideal untuk melakukan olahraga musim dingin seperti bermain ski, bersepatu luncur, dan bermain gerobak seret.

Olimpiade musim dingin telah diadakan di Pegunungan Alpen enam kali sejak pertandingan pertama dimulai di Chamonix, Prancis, pada tahun 1924. Pada musim panas Pegunungan Alpen cocok untuk olahraga jalan kaki atau renang dan ski air pada salah satu danau yang dalam, misalnya Danau Constance, Bled, Lucerne, atau Danau Jenewa.

Sebagai tambahan, setiap tahun perjalanan melalui dan menyeberangi Pegunungan Alpen menjadi semakin mudah. Ada jalan-jalan kabel dan jalan kereta api dengan rel gigi menuju ke puncak-puncak gunung dan ada pula jalan besar di atas celah-celah pegunungan.

Beberapa di antaranya adalah Jalan St. Gotthard, yang merupakan jalan raya modern yang dibangun di atas jalan kereta kuda yang berliku-liku yang tadinya merupakan jalan setapak untuk keledai. Jalan-jalan yang lain adalah hasil teknologi modern.

Jalan Simplon memiliki terowongan kereta api yang terpanjang di dunia, yaitu sepanjang 19,8 km. Terowongan yang menembus Mont Blanc dan terowongan Arlberg di Austria merupakan dua di antara terowongan mobil yang terpanjang di dunia.

Meskipun para insinyur selalu menemukan cara-cara baru untuk memudahkan perjalanan melalui atau menyeberangi Pegunungan Alpen, keindahan pegunungan itu tetap tidak berubah.

Bagi siapa pun yang ingin menghindari kebisingan abad ke-20, Pegunungan Alpen adalah tempat yang tidak ada tandingannya. Udara pegunungan itu begitu bersih dan menyegarkan, sedangkan pemandangannya selalu agung dan damai.

Diulas oleh: KLUB ALPEN SWISS
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait