Amerika Serikat Baru konsep khas sejarah

Rakyat yang mewujudkan kemerdekaan Amerika dan meluncurkan Amerika Serikat Baru adalah rakyat yang memiliki konsep yang sangat khas terhadap sejarah dan kedudukan Amerika dalam sejarah.

Mereka sudah cukup akrab dengan masa silam, terutama masa silam klasik serta dengan pengalaman sejarah. Meskipun negara baru itu tidak dapat lepas dari sejarah, ia tidak terkungkung oleh sejarah.

Kejayaan khas Amerika adalah berkat keberhasilannya melancarkan suatu era baru dalam sejarah, yaitu kemampuannya untuk beranjak dari serangkaian eksperimen yang belum pernah dilakukan manusia di masa silam.

Di sini, di Dunia Baru ini, umat manusia seakan memiliki peluang kedua. Di sini, di dalam laboratorium besar sejarah ini, terbuka kemungkinan untuk meramu berbagai hukum sejarah, bukan hukum sejarah masa silam, melainkan hukum sejarah masa depan.

Di sini dapat ditelusuri interaksi antara keturunan dan lingkungan-yaitu keturunan yang berasal dari masa silam; lingkungan yang berupa lahan baru yang mahaluas, bhineka, dan kaya.

Di sini terbuka kemungkinan untuk membuktikan mampu tidaknya rakyat memerintah diri mereka sendiri; dapat tidaknya mereka menciptakan suatu peradaban yang bukan hanya kaya dalam materi, melainkan juga kaya dalam akal dan moral, suatu peradaban yang makmur, bebas, berperikemanusiaan, dan adil.

Karena di sini, di negeri dengan lingkungan yang paling menguntungkan yang dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia, rakyat dapat menentukan nasibnya bebas dari golongan tirani kuno yang sejak awal mula sejarah telah menyengsarakan rakyat.

Bagi George Washington, Thomas Jefferson, Tom Paine, dan para bapak pendiri negara ini, rakyat Amerika kini memiliki peluang emas untuk mengungguli masa silam dan membangun masa depan.

Justru itulah yang dimaksudkan oleh Washington ketika dia menulis bahwa:

”Landasan imperium kita ini tidak diletakkan di zaman kebodohan dan takhayul yang serba muram, tetapi pada awal sejarah yang ditandai dengan pemahaman yang lebih baik dan pengertian yang lebih gamblang terhadap hak-hak asasi manusia dibandingkan dengan kurun waktu mana pun sebelumnya; berbagai penelitian terhadap alam pikiran manusia tentang kesejahteraan sosial yang dilakukan secara luas; dan khasanah pengetahuan yang didapat berkat jerih-payah para filsuf, cendekiawan, dan dewan perundang-undangan yang siap untuk kita manfaatkan”.

George Washington

Itulah pula yang tersirat di dalam cuplikan tulisan Jefferson tentang Amerika bahwa:

”seluruh halaman dalam sejarah manusia ini serba baru. Sebagian besar wilayah kita ini masih baru. Penduduknya yang jarang itu pun masih baru. Gelombang akbar pendapat umum yang menggelora itu masih baru pula”.

Jefferson

Makna itu pulalah yang tercermin dalam tulisan filsuf dan negarawan Prancis Turgot mengenai bangsa Amerika bahwa:

”Bangsa ini merupakan tumpuan harapan umat manusia”.

Turgo

Mungkin Tom Paine yang mampu melukiskannya secara lebih dramatis bahwa bangsa Amerika adalah penjelmaan Adam di surga baru.

Atlas Amerika Serikat

Kunjungi peta Amerika Serikat atau di google map

Amerika Serikat Baru adalah lahan idaman

Segala kondisi yang ada di negeri ini serba menguntungkan, boleh dikata segala-galanya, kecuali adanya lembaga perbudakan yang sangat tidak terpuji di negara yang masih muda usia itu.

Rakyat Amerika menempati wilayah paling kaya dibandingkan dengan wilayah mana pun yang pernah disajikan kepada suatu bangsa, suatu wilayah yang lahannya masih perawan.

Dalam pidato pelantikannya yang pertama, Jefferson mengatakan bahwa:

“lahan di negeri ini cukup “untuk ribuan generasi anak cucu kita”. Rakyat Amerika memiliki pemerintahan yang ramah yang tidak ”memeras rakyatnya”.

Jefferson

Mereka tidak sampai tersesat ke dalam kancah peperangan di Dunia Lama. Mereka menikmati kebebasan beragama. Mereka adalah rakyat dengan tingkat bebas tuna aksara tertinggi di dunia.

Mereka menggandrungi ilmu pengetahuan dan pendidikan, dan telah memberikan sumbangan besar kepada kedua bidang itu, serta telah melimpahkan manfaat kedua bidang itu kepada seluruh umat manusia, paling tidak kepada umat yang bebas.

Berkat pengalaman di bidang swapraja selama satu setengah abad, mereka itu lebih matang dalam dunia politik daripada bangsa lain mana pun. Mereka telah menciptakan sebuah negara-suatu hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya oleh bangsa mana pun, karena selama ini negara itu tidak ”diciptakan”, melainkan tumbuh.

Secara terbuka mereka melabrak problem tirani dalam pemerintahan dan mampu menentukan batas kekuasaan pemerintah: konstitusi tertulis, pemisahan kekuasaan, pengawasan dan perimbangan, Undang-Undang Hak Asasi, serta kritik hukum.

Mereka bahkan menciptakan partai politik modern agar rakyat dapat menjalankan mekanisme pemerintahan serta membantu pelaksanaan demokrasi.

Dilihat dari segi falsafahnya, berbagai prinsip dan lembaga baru itu pun ternyata dapat diterapkan. Prinsip bahwa rakyat yang menciptakan pemerintahan dan bahwa semua kekuasaan yang ada di tangan pemerintah itu berasal dari rakyat tidak mengakibatkan timbulnya gejolak politik, tetapi secara keseluruhan malah membuahkan ketertiban dan ketenteraman.

Prinsip pemisahan Gereja dari Negara tidak mengarah ke kemerosotan kehidupan beragama atau kebobrokan moral; kehidupan beragama justru malah tumbuh subur dan taraf moral tidak kalah tingginya dengan di berbagai bagian dunia lainnya.

Prinsip yang mendudukkan wewenang sipil di atas wewenang militer masih tetap dipegang teguh-bahkan selama berkecamuknya Perang Saudara sekali pun-tanpa mengancam keselamatan republik.

Kebhinekaan bangsa dan bahasa paling akbar dalam sejarah kebangsaan modern telah membuahkan pembauran yang meramu semua orang menjadi produk yang bersifat tunggal ika.

Alhasil, kalau pun demokrasi tidak melahirkan suatu masyarakat yang sama rata sama rasa, demokrasi itu masih berhasil menciptakan suatu masyarakat yang menyamaderajatkan semua orang di depan hukum tanpa membeda-bedakan kelas dan, kecuali bagi kulit hitam, sejumlah kecil pembedaan yang tak teratasi oleh akal budi dan kekuatan manusia.

Selama hampir seabad perbudakan menebarkan bayangan hitamnya ke segenap sudut kehidupan Amerika. Bahkan setelah perbudakan dihapuskan, purbasangka rasial dan pemerasan terhadap golongan kulit hitam oleh kulit putih masih terus berlangsung.

Hal itu merupakan kegagalan paling besar demokrasi Amerika. Kegagalan ini dapat-dan harus diatasi oleh generasi baru Amerika.

Pertumbuhan Negeri Amerika Serikat Baru

Dalam bidang pertumbuhan pun sejarah tampaknya membenarkan sikap optimis yang diambil oleh para bapak pendiri negara ini. Ribuan dan bahkan kemudian jutaan kaum imigran membanjiri negara baru di seberang Samudra Atlantik.

Mereka datang secara bergelombang, lalu bermukim di berbagai kota pesisir Atlantik, membanjiri daerah prairi dan dataran, seraya menciptakan masyarakat baru, yang sekaligus berbaur dengan masyarakat Amerika.

Mereka yang ikut menyaksikan pelantikan George Washington sebagai Presiden Amerika Serikat yang pertama masih sempat pula menyaksikan masuknya Oregon dan Kalifornia ke dalam Uni.

Hal ini membuktikan betapa pesatnya pertumbuhan negara baru ini. Menjelang penghujung abad ke-19 Amerika Serikat telah menjadi negara industri terkemuka di dunia, di samping menjadi pemuka di bidang pertanian, transportasi, dan keuangan.

Tidaklah mengherankan kalau bangsa Amerika pada abad ke-19 merasa bersyukur karena memiliki tekad yang lebih besar untuk mewujudkan kemajuan dibandingkan dengan bangsa lain.

Wajarlah kiranya kalau mereka yakin bahwa:

“di negeri ini upaya untuk mencapai kebahagiaan terlaksana berkat hidayah dan rahmat Yang Mahakuasa, dan bahwa banyak negara bagian baru yang bergabung dengan Uni itu tidak hanya menjamin hak warga negaranya untuk mengupayakan kebahagiaan, melainkan sekaligus hak untuk memperolehnya, sebagaimana tertuang di dalam konstitusi mereka!”

Sudah pada tempatnya pula kalau untuk kesekian kalinya dalam sejarah mereka bangsa Amerika harus menghidupkan kembali rasa ditakdirkan yang dahulu pernah menegarkan kaum puritan dan kemudian juga para bapak pendiri negara ini.

Pada abad ke-19 rasa mengemban misi itu dijabarkan dalam bentuk Tujuan Nyata dan dijadikan landasan hukum untuk membenarkan Perang Meksiko serta untuk merasionalisasikan perang membebaskan Kuba dari kekuasaan Spanyol; pada abad ke-20, rasa itu tercermin dalam perjuangan “untuk menyelamatkan dunia demi demokrasi”.

Pembaharuan Amerika

Tak ayal lagi bangsa Amerika pun terseret oleh sejarah. Atau mungkin boleh kita katakan bahwa suatu saat kekuatan keturunan yaitu kekuatan sejarah dan harkat manusia terbukti lebih perkasa daripada kekuatan lingkungan.

Sejalan dengan berlalunya waktu, Amerika Serikat menjadi semakin mirip dengan negara-negara Eropa Barat dan, sebaliknya, berbagai negara Eropa Barat itu semakin mirip Amerika Serikat.

Menjelang pertengahan abad ke-20, wajah Amerika zaman Jefferson hampir tidak dapat dikenali lagi. Negara ini telah menjelma dari sebuah negara pedesaan menjadi negara perkotaan; dari negara pertanian menjadi negara industri.

Amerika telah mengganti sikap menutup dirinya dengan paham kesemestaan. Ia telah berubah dari kelompok masyarakat tuna kelas menjadi masyarakat yang tercoreng oleh jurang pemisah yang dalam antara si kaya raya dan si miskin papa, serta oleh ketegangan antarkelompok rasial dan keturunan.

Negara ini telah menguras sebagian besar sumbernya yang luar biasa besar yang seharusnya baru akan habis setelah generasi yang kesekian ribu itu.

Dalam kurun waktu 2 abad Amerika Serikat telah kehilangan atau mengorbankan banyak di antara kelebihannya. Namun, dengan segala macam problem yang menghantamnya dari segala penjuru, bangsa Amerika masih tetap luar biasa kuatnya dalam hal kemauan, kekuasaan, sumber, dan kejelian menemukan sumber itu.

Negara ini boleh dikata masih tetap aman dari serangan, kecuali serangan dengan senjata atom. Bangsa Amerika masih tetap melestarikan kebebasan beragama serta berbagai kebebasan lain karena, walaupun cakrawalanya diliputi kabut tebal.

Undang-Undang Hak Asasi masih tetap dihormati. Bangsa Amerika telah menciptakan gaya hidup yang khas, yang tak ayal lagi berakar pada peradaban lama, tetapi penuh dengan energi dan akal budi serta keaslian, dan semakin besar sumbangannya kepada dunia kesusastraan, kesenian, dan ilmu pengetahuan.

Tidak ada .yang langgeng _dalam sejarah. Banyak peradaban besar kuno telah runtuh dan musnah, sebanyak runtuhnya kekaisaran agung di zaman kita sendiri.

Kita pun akan bernasib sama karena kita tidak mungkin lari dari sejarah Tinggal apakah generasi sesudah kita, dan penerusnya, mampu menghindar dari kemusnahan itu.

Oleh: Henry Steele COMMAGER
Penulis: The American Mind
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait