Aden negara strategis di Timur Tengah

Pelabuhan Aden, yang menjulang menembus kabut panas yang keluar dari Teluk Aden yang hijau, adalah pusat kegiatan bisnis Yaman. Perdagangan yang memberikan kehidupan kepada negara itu masuk melalui pelabuhan ini.

Ke arah utara dan timur, dan membentang sepanjang Jazirah Arabia, terletak lahan utama negara itu yang merupakan suatu rangkaian bekas negara setengah merdeka. Kota besar yang dahulu dikuasai oleh Inggris ini sering disebut Aden, yang pernah menjadi ibu kota Republik Demokrasi Rakyat Yaman sampai 22 Mei 1990.

Kehidupan ekonomi terpusat pada pelabuhan Aden, yang sudah lama menjadi pelabuhan pengisian bahan bakar, pangkalan angkatan laut dan pusat perdagangan. Berlawanan dengan itu, mengikuti luasnya padang pasir yang menghebat ke arah timur, yang jarang di huni orang dan terlalu sedikit untuk dapat ditanami, kehidupan tak pernah berubah selama beberapa generasi.

Geografi Aden

Aden penting karena lokasinya yang strategis di Timur Tengah yang menaungi Teluk Aden dan jalan masuk ke Laut Merah sebelah selatan. Di sepanjang pantai terdapat suatu jalur pasir dan karang gunung api yang panas dan kering.

Di atas dataran yang sempit ini terletak barisan pegunungan yang melandai ke suatu plato tinggi. Plato ini mencapai suatu ketinggian 2.438 m di bagian barat di Gunung Djehaff dan melereng ke sebelah timur.

Disebelah baratlaut kadang-kadang terdapat curah hujan setinggi 76 cm dalam setahun, tetapi di bagian timurlaut lahan terceruk ke dalam padang pasir Rub’al Khali, atau Wilayah Kosong di Arab Saudi.

Melintasi gunung dan tanah datar terjulurlah wadi, dasar sungai kering yang akan penuh berisi air segera setelah hujan turun. Air berkumpul di sumur-sumur sepanjang wadi itu dan dipergunakan untuk menyirami tanam-tanaman.

Kunjungi peta Aden di google map

Penduduk

Negara Bagian Aden yang luasnya 194 km2 itu, berpenduduk hampir seluruhnya orang Arab, ditambah sedikit orang India dan Somalia. Penduduk bagian barat mempunyai hubungan erat dengan orang Yaman Utara (Sana) yang berbahasa Arab dan tinggal di sebelah utaranya.

Inggris menguasai sekolah-sekolah dan rumah-rumah sakit yang baik di Aden, tetapi sampai belakangan ini hampir tidak ada sekolah dan klinik di pedalaman. Sekarang di sana ada suatu sistem pendidikan umum yang bebas biaya dan pemerintah sedang memperluas jasa-jasa kesehatan.

Di luar Aden, sekitar 90% rakyat mencari nafkah dengan bertani. Mereka menanam cantel, jewawut, kurma, wijen, dan juga sedikit sayuran dan buah-buahan untuk dimakan sendiri.

Di sebelah barat, suatu jenis kapas berurat panjang bermutu tinggi ditanam sebagai tanaman keras. Pemeliharaan ternak-biri-biri, kambing, lembu, dan onta juga penting. Sejumlah kecil kopi, cokelat, dan rempah-rempah ditanam untuk ekspor.

Bisnis dan industri dipusatkan di Aden. Pelabuhan itu mulai berkembang makmur setelah menjadi tempat mengisi bahan bakar bagi kapal-kapal yang bepergian antara Eropa dan Asia setelah Terusan Suez dibuka pada tahun 1869. Penyulingan minyak kemudian menambah kegiatan pelabuhan itu.

Ekonomi negara itu hanya mampu berjalan lamban sebagai akibat dari penutupan Terusan Suez (1967-1975) dan nasionalisasi terhadap semua industri besar. Madinat al-Shaab, ibu kota negara itu, adalah sebuah kota pinggiran Aden.

penduduk aden

Sejarah Aden

Aden mulai menjadi penting sebagai sebuah pelabuhan sejak zaman kuno. Pelabuhan itu pernah diperintah oleh penguasa lokalnya sendiri dan dikuasai oleh raja-raja Yaman, bangsa Turki, dan Inggris. Inggris memperoleh penguasaan atas Aden pada tahun 1839. Negara-negara di sekitar Aden dikuasai oleh para sultan, syekh, dan emir mereka sendiri.

Dimulai dari tahun 1839 itu, Inggris melakukan serangkaian perjanjian proteksi dengan negara-negara di daerah pedalaman. Akhirnya, 20 negara menandatangani perjanjian dengan Inggris. Kelompok ini membentuk Protektorat Arabia Selatan.

Di antara tahun 1959 dan 1965, Aden dan 16 protektorat bersatu dan membentuk Federasi Arabia Selatan, yang terdiri atas kelompok kesultanan, kesyekhan, dan keemiran. Saat kemerdekaan diproklamasikan pada bulan November 1967, 4 negara selebihnya masuk menjadi bagian dari Yaman Selatan.

Sebelum merdeka, dua kelompok Arab, Front Pembebasan Nasional (NLF) dan Front bagi Pembebasan Yaman Selatan yang Diduduki (FLOSY), bertempur untuk kemerdekaan. NLF yang Marxis itu ternyata memperoleh kekuasaan sehingga pemerintah baru itu membentuk ikatan-ikatan erat dengan Uni Soviet.

Negara baru yang dikenal sebagai Republik Rakyat Yaman Selatan, menjadi satu-satunya negara Marxis di dunia Arab. Hak-hak kelautan di pelabuhan Aden yang strategis itu, yang dahulu dipegang oleh Inggris dan Barat, jatuh ke dalam pengendalian Soviet dan komunis.

Tahun 1970, Yaman menerima konstitusi yang diilhami Soviet yang memasukkan kekuasaan legislatif ke dalam Dewan Rakyat Tertinggi dan kekuasaan eksekutif ke dalam presidium yang ditunjuk dan dikepalai seorang presiden. Nama resmi negara diubah menjadi Demokrasi Rakyat Yaman, sering disingkat menjadi Yaman Selatan.

Walaupun Yaman Utara pro-Barat dan Yaman Selatan pro-Soviet, kedua Yaman ini mencapai suatu persetujuan untuk unifikasi setelah terjadi perang singkat tahun 1972.

Persetujuan 1972 dan persetujuan berikutnya tidak pernah terlaksana, tetapi pemerintah Yaman Selatan terus menjalin hubungan baik dengan Yaman Utara, Saudi Arabia, Oman, dan negara-negara di dekatnya yang pro-Barat.

Berbagai friksi yang berbeda pendapat di Yaman Selatan menentang kebijakan itu; mereka menginginkan ikatan yang lebih erat dengan Uni Soviet, bukan dengan negara-negara non-komunis. Oposisi itu memuncak setelah tahun 1984.

Pada awal tahun 1986 pemerintah mencoba membasmi para penentangnya sehingga berkobar perang saudara singkat yang berakhir dengan kemenangan para penentang.

Pada 1988, kedua Yaman bersepakat membicarakan cara penggabungan, yang akhirnya terjadi pada Mei 1990. Ali Abdullah Saleh, bekas presiden Yaman Utara, menjadi kepala dewan presidensial yang beranggotakan lima orang.

Ketika timbul perselisihan antara presiden Saleh dan Wakil Presiden Ali Salim al-Beedh, bekas presiden Yaman Selatan, perang saudara pecah lagi dan mencapai puncaknya pada Mei 1994. Usaha memisahkan diri dari Yaman oleh kelompok Yaman Selatan gagal setelah Yaman Utara menduduki Aden pada 7 Juli 1994.

Diulas oleh:
MISI TETAP REPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT YAMAN DI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait