Aljazair negara dengan pertanda masa datang

Aljazair penuh dengan berbagai peninggalan bersejarah sekaligus berbagai pertanda masa datang. Di desa Djemila, masih banyak berdiri lengkung batu, candi, dan mimbar kota Romawi. Berbagai gedung pencakar langit menjulang di atas bukit tempat kota Aljier ini dibangun.

Di Annaba (sebelumnya bernama Bane) terdapat sisa-sisa gereja pemimpin Kristen abad ke-4, Santo Agustinus. Jauh di tengah Sahara, kilang minyak berdiri di atas padang pasir bagaikan lilin di atas kue.

Penduduk Aljazair

Penduduk yang mula-mula dikenal di Aljazair adalah suku Berber yang memiliki bahasa dan adat-istiadat sendiri. Tidak seorang ahli pun tahu dari mana mereka berasal.

Bangsa Arab datang dari Semenanjung Arabia di akhir abad ke-7 dengan membawa bahasa baru, yaitu bahasa Arab serta agama baru Islam. Di tahun 1830, Prancis mulai menaklukkan Aljazair.

Mayoritas penduduk terdiri atas keturunan bangsa Arab dan Berber. Selama beratus-ratus tahun, suku Berber masih tinggal di daerah pegunungan Kabylia di sepanjang pantai, di pegunungan Aures jauh di daerah pedalaman, dan di sekitar oasis Mzab di balik daerah-daerah pegunungan tersebut.

Di Sahara terdapat suku Tuareg, yaitu kelompok suku nomad Berber. Sebelum perang kemerdekaan yang berlangsung lama, terdapat sekitar 1.000.000 orang Eropa yang tinggal di Aljazair, tetapi jumlah ini menurun sangat drastis setelah tahun 1962.

Bahasa Arab adalah bahasa resmi, namun bahasa Prancis juga banyak digunakan, sekitar seperlima penduduk berbahasa Berber.

Sebagian besar orang Aljazair tinggal di kota-kota di sepanjang pantai Laut Tengah. Selebihnya tinggal di desa-desa di pedalaman sekitar oasis atau bahkan di daerah gurun. Hanya sedikit saja yang bersekolah meskipun separuh penduduk negeri ini berusia di bawah 20 tahun.

Negara Aljazair merupakan negara Islam. Orang Islam percaya bahwa kerajaan Allah ada di sini dan berlangsung saat ini. Agama tidaklah sekadar untuk masjid atau untuk hari Jumat (yaitu hari ketika orang Islam salat berjamaah), tetapi untuk setiap hari dan di setiap jenis aktivitas manusia.

Ketika seseorang membuat suatu rencana, dia selalu menyatakan, ”Insya Allah (jika Tuhan mengizinkan)”. Jika Tuhan tidak menghendakinya, apa pun yang kita perbuat akan sia-sia, karena segala sesuatunya berada di tangan Tuhan. Demikianlah, keyakinan yang mereka imani.

Peta Wilayah Aljazair

Kunjungi Peta Aljazair atau di google map

Keluarga

Di antara jutaan penduduk desa dan bahkan penduduk kota, keluarga merupakan salah satu organisasi sosial. Di Aljazair, yang dimaksud dengan keluarga bukanlah hanya orang tua dan anak-anaknya, tetapi juga meliputi kakek dan cucu.

Ketika suatu kelompok menjadi terlalu besar bagi seseorang untuk melacak asal-usul dirinya dan terlalu sulit untuk saling mengenal dengan baik, kelompok itu pun pecah menjadi beberapa keluarga.

Di daerah pedesaan, tanah dan pekerjaan dibagi-bagi di kalangan keluarga besar. Seorang pemuda akan menikahi seorang pemudi yang diambil dari kelompoknya. Ketika sebagian dari keluarga besar ini pindah ke kota, mereka tetap berkumpul bersama dan akan selalu berhubungan dengan keluarga di kampung halamannya.

Ketika mereka pergi ke Prancis, mereka akan mengirim uang bagi saudara-saudaranya di desa. Apabila mereka memperoleh pekerjaan, mereka akan mencarikan kerja bagi saudara kandung dan saudara sepupunya.

Rumah

Di sepanjang jalan-jalan sempit di kota tradisional Aljazair, banyak rumah batu yang berkapur putih atau dari batu bata menghadap ke halaman yang luas dan rindang.

Ketika industri menjadi berkembang dan daerah-daerah baru bermekaran di pinggiran kota, muncullah blok-blok rumah kecil yang dibangun menurut rancang bangun rumah tradisional di antara berbagai bangunan apartemen modern.

Desa kecil di pegunungan, orang diam di rumah satu kamar disebut gourbi, dengan dinding terbuat dari batu tak bersemen atau terbuat dari campuran tanah liat dan rumput.

Di Kabylia, rumah-rumah dibangun di puncak pegunungan di atas kebun zaitun dan ara. Rumah-rumah itu berdinding batu dan beratap rumbia warna cokelat dan berbentuk bundar.

Sebuah dinding rendah memisahkan rumah itu menjadi dua bagian: satu bagian untuk keluarga dan satu bagian lainya untuk hewan. Di atas dinding yang rendah ini, keluarga menyimpan cadangan gandumnya di gentong yang terbuat dari tanah liat.

Tenda berwarna gelap yang dipintal dari bulu domba, wol, dan rerumputan merupakan tempat tinggal suku nomadik di Sahara dan Dataran Tinggi pedalaman Aljazair.

Di desa-desa sekitar oasis di tengah gurun, setiap rumah yang berdinding batu bata memiliki halaman yang dikelilingi oleh dinding batu bata yang tinggi. Kaum wanita melakukan tugas rumah tangganya di halaman yang terlindungi.

Peran Wanita

Bagi wanita Islam, pola kehidupan tradisionalnya adalah tinggal di rumah dan mengurus rumah tangga, kecuali untuk kunjungan sore hari ke saudara perempuannya.

Bagi sebagian besar wanita, kehidupan mereka masih dalam cara-cara kuno, tetapi di berbagai kota Aljazair terdapat beberapa tanda perubahan, khususnya di antara orang muda.

Wanita kini dapat pergi secara lebih bebas, berbelanja di toko-toko, dan memegang jabatan. Perubahan ini sebagian diakibatkan oleh perang kemerdekaan, ketika para pria meninggalkan rumah, sehingga wanita harus mengambil berbagai tanggung jawab baru.

Perubahan juga diakibatkan oleh pendidikan. Karena semakin banyak perempuan mengenyam pendidikan, maka mereka berpikir tentang kebebasan yang lebih banyak lagi.

Pakaian

Pakaian tradisional wanita adalah jubah putih panjang yang dipakai bersama cadar pendek yang direntangkan untuk menutup mukanya, kecuali mata. Namun di Aljier sekarang kurang dari sepertiga jumlah wanitanya mengenakan pakaian model Barat.

Pakaian tradisional pria adalah gandoura, jubah besar yang terbuat dari linen atau wol. Namun, di berbagai kota Aljazair banyak pria mengenakan kemeja (biasanya tanpa dasi), jaket, dan celana panjang atau kadang-kadang celana model Barat. Di Gurun Sahara, suku Tuaregz memakai jubah biru panjang yang mencolok. Muka mereka dilindungi dari pasir gurun dengan cadar hitam.

Makanan

Makanan penduduk Aljazair dibumbui bermacam-macam rempah-rempah seperti lada, bumbu cengkeh, cumin, jahe, adas, minyak adas manis, ketumbar, peterseli, mint, kayu manis, dan cengkeh.

Couscous adalah menu nasionalnya, merupakan hidangan utama yang terdiri atas nasi semolina yang ditanak dan dihidangkan dengan daging kambing, ayam, atau ikan yang dimasak dengan berbagai sayuran (wortel, bawang, cabai hijau, labu, chick-pea), dan diberi bumbu saus pimiento panas.

Penduduk Aljazair suka minum kopi kental yang dihidangkan di cangkir kecil, teh mint manis di gelas, dan sirup, yaitu minuman buah yang manis.

Pendidikan dan Kebudayaan

Pendidikan gratis di semua tingkat dengan kewajiban bersekolah bagi anak berusia 6-15 tahun. Setelah kemerdekaan, tekanan diberikan terhadap pengajaran dan penggunaan bahasa Arab di sekolah yang sebelumnya dalam bahasa Prancis.

Suatu upaya besar sedang dilakukan untuk mengurangi buta huruf dengan meningkatkan jumlah ruang kelas dan tenaga guru setiap tahunnya.

Aljazair memiliki 8 lembaga pendidikan tinggi, dua di Aljier, dua di Oran, sedangkan empat lagi tersebar di kota-kota lainnya. Lembaga yang terkemuka adalah Universitas Aljier yang didirikan pada tahun 1879.

Di antara perpustakaan terbaiknya adalah Perpustakaan Nasional’ di Aliier dan perpustakaan universitas di Aljier, Oran, dan Konstantin. Di Aljier terdapat museum prasejarah dan etnografi, seni indah, berbagai barang antik, serta seni Islam.

Tokoh sastra penting yang dilahirkan di Aljazair adalah Albert Camus, seorang penulis Prancis. Camus memenangkan hadiah Nobel bidang kesusastraan pada tahun 1957.

Novelis dan dramawan Aljazair yang terkenal adalah Kateb Yacine dan Mohamed Dib. Frantz Fanon, yang tinggal dan menulis di negara ini, merupakan orang yang terkenal sebagai penulis politik modem.

Geografi Aljazair

Dua barisan pegunungan Atlas yaitu Atlas Tell dan Atlas Sahara membentang melintasi Aljazair, sehingga membagi negara itu menjadi tiga daerah fisik. Sepanjang pantai merupakan daerah pertanian yang subur yang meninggi ke pegunungan Atlas Tell.

Daerah ini dikenal dengan Tell. (Tell berarti bukit di dalam bahasa Arab.) Padi-padian, sayuran, hutan ek gabus asli, pohon jeruk yang mula-mula dibawa oleh orang Funisia, pohon zaitun yang mula-mula ditanam oleh orang Romawi, dan kebun anggur yang ditanam oleh orang Prancis, tumbuh subur.

Di antara pegunungan Atlas Tell dan Atlas Sahara terdapat dataran tinggi yang luas, agak kering, dan tertutup rumput, yaitu Plato Tinggi. Di daerah ini gandum dan jewawut tumbuh subur; rumput esparto disabit; dan hewan, khususnya biri-biri, diternakkan. Di seluruh daerah ini banyak terdapat shott atau danau garam yang mengering di musim panas.

Di selatan Plato Tinggi terdapat barisan pegunungan yang kedua, yaitu Atlas Sahara yang masih tertimpa embun udara terakhir. Dua pertiga sisa wilayah adalah padang pasir, dengan pegunungan Ahaggar menjulang di sebelah tenggara.

Beberapa bagian padang pasir ini datar dan sebagian lainnya tinggi, berteras-teras, dan berbatu-batu. Padang pasir ini tidak seluruhnya berupa gunung pasir atau pun oasis. Sebagian besar wilayah selatan Aljazair tertutup oleh formasi batuan besar dan tanah kosong berbatu, bukannya pasir semua.

Mineral

Wilayah kosong kering Sahara pun merupakan daerah Aljazair yang kaya. Di sana banyak terdapat endapan minyak dan gas alam yang ditemukan pada tahun 1950-an.

Hassi Messaoud (musim semi yang gembira) merupakan salah satu ladang minyak yang terpenting. Ladang minyak lainnya adalah El Cassi, Edjeleh, Tiguentourine, dan Zarzaitine.

Gas dibor di In Salah dan Hassi R’Mel. Terdapat juga endapan penting bijih besi dan fosfat di Aures, sedangkan bijih besi terdapat di Sahara sebelah barat.

Kota

Mayoritas kota besar Aljazair terletak di daerah pantai. Berbagai bangunan yang dikapur putih berjajar di lereng perbukitan yang menjulang di atas pelabuhan yang berbentuk setengah lingkaran dan berwarna pirus. Al-Jezair, bahasa Arabnya Aljier, berarti kepulauan.

Aljier merupakan kota yang dibangun dalam beberapa tingkatan. Tingkat pesisir merupakan daerah perdagangan yang ramai. Dekat dengan pesisir terdapat bangunan yang terkenal, yaitu Masjid Besar yang sebagian di antaranya bertarikh abad ke-11.

Bagian yang menanjak ke lereng perbukitan merupakan daerah jalan-jalan yang beratap, toko-toko yang mewah, dan hotel-hotel. Yang terdapat di bagian atas lereng perbukitan ini adalah Casbah, yang merupakan bekas benteng.

Kini Casbah penuh dengan orang yang tinggal di rumah-rumah berhimpitan yang berbelanja serta berdagang di ratusan toko yang berjajar di jalan-jalan sempit dan melingkar-lingkar.

Hasil kerajinan tangan di negara ini adalah nampan tembaga dan kuningan serta permadani mengkilap yang dibuat di Tlemcen dapat ditemukan di toko-toko daerah Kasbah. Lebih ke atas lagi dari lereng perbukitan ini merupakan daerah vila mewah.

Oran, yang merupakan kota terbesar kedua adalah kota pusat industri dan pelabuhan laut. Konstantin merupakan kota pedalaman yang terbesar. Sekitar 80 km ke timur laut dari Konstantin terdapat kota pelabuhan Laut

Tengah, Skikda (sebelumnya Philippeville). Annaba juga merupakan kota industri dan pelabuhan yang penting.

Perekonomian

Untuk mendapatkan pekerjaan di Aljazair adalah sesuatu yang sulit. Itulah sebabnya lebih dari 500.000 orang di sana banyak bekerja di Prancis. Sekitar sepertiga penduduk adalah penganggur atau hanya bekerja penggal waktu, itu pun hanya pekerjaan ringan.

Mengapa orang Aljazair kelihatannya begitu miskin, padahal negaranya tampak begitu kaya dengan kota-kotanya, sumur-sumur minyaknya, dan lahan pertaniannya yang begitu? Jawabannya terkait erat dengan sejarahnya.

Masyarakat sering menyatakan bahwa mereka tidak ingin mengusir keluar para pemukim Prancis, tetapi hanya sekedar memulihkan hak-hak bangsanya. Namun, para pemukim ini tidaklah yakin sehingga ketika negara ini merdeka, mereka melarikan diri atas kemauan sendiri.

Mereka meninggalkan berbagai apartemen, bangunan kantor, dan lahan pertanian yang luas. Mereka juga meninggalkan berbagai pabrik industri. Industri utama Aljazair yang berupa pengolahan produk makanan (pembuatan anggur, penggilingan tepung, pengalengan ikan), pembuatan logam (perakitan mobil dan truk), bangunan dan konstruksi, produksi berbagai barang dari kulit, dan pembuatan kertas dari rumput esparto. Namun, beberapa pemukim masih tinggal sebagai teknisi di banyak sumur minyak di negerinya.

Tentulah orang Aljazair berpindah ke daerah kaya yang kosong dan ketika mereka terus berpindah, para pemukim pun terus berpindah keluar hingga jumlahnya tinggal sekitar 100.000 orang dari jumlah 1.000.000 orang Prancis.

Akan tetapi, apakah yang dapat dikerjakan oleh orang Aljazair dengan pabrik dan lahan pertanian itu? Di sana hanya terdapat beberapa orang pengusaha saja dan hanya sedikit yang terlatih untuk mengelola pertanian yang begitu luas. Oleh karena itu, pemerintah mengambil alih kekayaan Prancis dan menasionalisasikannya atas nama rakyat.

Komite Pengelolaan

Di pabrik-pabrik dan lahan pertanian yang telah dinasionalisasi tersebut didirikanlah komite pengelolaan untuk mengelola pabrik dan pertanian. Dalam beberapa hal, tanah pertanian dan pabrik ini dapat dikelola dengan baik.

Namun, dalam keadaan lain para pekerjanya tidak tahu cara untuk mengelolanya dengan baik. Malangnya lagi, negara pun tidak tahu bagaimana menjual produk pabrik dan pertanian itu ke luar negeri.

Sebagai akibatnya, ekonomi negara menjadi mundur dan percobaan komite pengelolaan berjalan lambat. Namun, lama-kelamaan komite ini dapat berfungsi sebagai sekolah latihan yang penting bagi orang Aljazair di dalam mengelola berbagai urusannya.

Banyak di antara masyarakat tidak cukup beruntung untuk bekerja di pabrik-pabrik dan lahan pertanian (mereka bekerja di pabrik-pabrik dan lahan pertanian yang dikelola oleh Komite pengelolaan).

Justru sebagian besar orang Aljazair mengolah sebidang tanah kecil yang miskin dan bekerja seperti para pendahulunya. (Tanah yang subur terdapat di sektor yang dikelola oleh komite pengelolaan). Karena semakin sulit untuk hidup, banyak di antara para petani pindah ke kota, tetapi mereka pun tidak mendapatkan pekerjaan di sana.

Masa depan negara Aljazair

Namun, Aljazair memiliki masa depan yang cemerlang. Bijih dan mineral seperti minyak, gas, besi, fosfat, dan batu bara merupakan hal yang penting bagi masa depan negeri ini.

Minyak dan gas dapat dijual ke luar negeri untuk memperoleh devisa bagi pertumbuhan ekonomi. Lalu, ketika industri kian berkembang, minyak dan gas dapat digunakan untuk kebutuhan sendiri, sedangkan produk industrinya dapat diekspor ke luar negeri.

Namun, teknologi, pengelolaan, usaha, dan kepemimpinan merupakan hal-hal yang diperlukan untuk mewujudkan masa depan yang gemilang ini.

Sejarah Aljazair

Penduduk yang mula-mula dikenal di Aljazair adalah suku Berber, yaitu orang nomad dari Afrika utara. Di akhir abad ke-9 sebelum Masehi, bangsa Funisia mendirikan negara Kartago di negara tetangganya, Tunisia, dan selama berabad-abad memperluas kekuasaannya ke sepanjang pantai Aljazair.

Setelah bangsa Romawi mengalahkan Kartago di tahun 146 Sebelum Masehi, mereka memasuki wilayah yang dihuni suku Berber dan membuat daerah itu sebagai salah satu lahan pertanian untuk menyediakan makanan bagi Kekaisaran Romawi.

Setelah beberapa abad kekuasaan Romawi, suku Vandal dari Spanyol memasuki Aljazair (pada tahun 429) sehingga kekuasaan Romawi terguncang. Satu abad kemudian, Kekaisaran Bizantium mengalahkan suku Vandal.

Pada akhir abad ke-7, bangsa Arab memulai penaklukannya dan membuat suku Berber memeluk agama Islam serta memperkenalkan bahasa Arab. Pada abad ke-11 dan 12 dinasti Berber Islam dari Maroko menguasai Aljazair dan memberikan kesempatan kepada dinasti Aljazair yang merdeka untuk berkuasa sementara pada abad ke-13.

Di permulaan abad ke-16, bangsa Spanyol menduduki pelabuhan-pelabuhan penting. Bangsa Aljazair mencari bantuan dari saudaranya, suku Barbarossa, untuk mengenyahkan Spanyol dari pelabuhannya. Barbarossa adalah suku perompak Barbar yang bersekutu dengan Kekaisaran Turki.

Namun, ketika pelabuhan itu berhasil dibebaskan, bangsa Barbarossa sendirilah yang lalu mendudukinya bagi kekuasaan Turki Usmani selama 3 abad. Di tahun 1830, bangsa Prancis mulai berdatangan dan sedikit demi sedikit mereka bergerak ke pedalaman, mengalahkan perlawanan suku Berber, menaklukkan Tuareg di Sahara dan menyatukan Aljazair di bawah satu kekuasaan. Aljazair lalu menjadi satu bagian dari Prancis.

Revolusi negara Aljazair

Sepanjang abad yang lalu, orang Prancis dan orang Spanyol serta orang dari berbagai negara Eropa lainnya banyak bermukim di negeri ini. Mereka mengambil alih sepertiga wilayah yang baik untuk ditanami dan mendapat bantuan keuangan dari Eropa. Para pemukim ini hidup seperti negara di dalam negara. Mereka mengurus kepentingan sendiri, begitu pula rakyat Aljazair mengurus kepentingan sendiri.

Selama beberapa tahun sejak Aljazair resmi menjadi bagian Prancis, dan bukan merupakan tanah jajahan, rakyat meminta untuk diperlakukan sebagaimana layaknya orang Prancis, yaitu dengan persamaan hak dan kesempatan.

Namun, terdapat 10 orang untuk setiap pemukim. Oleh karena itu, untuk menjaga posisi peruntungan mereka, para pemukim mendesak Paris untuk menjaga hukum seperti sebelumnya. Rakyat lalu menyadari bahwa untuk mendapatkan hak-haknya mereka harus mempergunakan kekuatan.

Pada tanggal 1 November 1954, suatu organisasi yang dikenal sebagai Front Pembebasan Nasional (FLN) melancarkan perjuangan kemerdekaan. Tentara Prancis tidak mampu memadamkan pemberontakan, tetapi Prancis baru berunding dengan para pemberontak pada tahun 1960 setelah Jenderal Charles de Caulle menduduki kursi kepresidenan sebagai presiden Republik Prancis yang kelima.

Di bulan Maret 1962, persetujuan gencatan senjata ditandatangani di Evian Ies Bains, Prancis. Di bulan April, Organisasi Tentara Rahasia (OAS) yang terdiri atas tentara Prancis dan para pemukim yang menentang kemerdekaan Aljazair, memberontak melawan kebijakan de Gaulle dan memulai suatu kampanye terorisme melawan orang Islam.

Akan tetapi, kekuatan OAS menjadi lemah sehingga pada tanggal 1 Juli 1962 diadakan sebuah referendum untuk mendukung kemerdekaan. Pada tanggal 3 Juli 1962, de Gaulle memproklamasikan negara merdeka Aljazair.

Sejak Kemerdekaan Aljazair

Pada tahun 1962, berbagai kelompok saling berjuang untuk menguasai negara baru ini. Salah seorang pemimpin kelompok Ahmad Ben Bella, mampu untuk menyatukan berbagai kelompok ini. Dia terpilih menjadi presiden Aljazair pada tahun 1963. Pada tahun yang sama, sebuah konstitusi juga disetujui.

Konstitusi itu menyatakan bahwa presiden dipilih untuk masa jabatan selama 5 tahun dan menyatakan tentang badan legislatif tunggal, yaitu Dewan Nasional.

Pada tahun 1964, Ben Bella dipilih sebagai sekretaris jenderal FLN (Front Pembebasan Nasional), yaitu satu-satunya partai politik di Aljazair. Ben Bella merupakan tokoh populer, tetapi banyak juga yang tidak setuju dengan berbagai kebijakannya.

Satu demi satu, para pemimpin rakyat yang telah bekerja sama bersamanya, digeser dari kekuasaan. Berbagai organisasi penting, seperti Serikat Buruh dan Asosiasi Pelajar, diambil alih oleh pemerintah.

Pada tahun 1965, tentara menggulingkan Ben Bella dan Kolonel Houari Boumedienne mengambiI alih kepresidenan dan menempatkan pemerintahan di bawah kekuasaan 26 anggota Dewan Revolusi.

Tujuan utama Boumedienne adalah untuk mendirikan kelembagaan negara yang kuat untuk menggantikan kekuasaan tunggal Ben Bella.

Pada tahun 1967, suatu pemilihan dengan beberapa calon dilangsungkan untuk pertama kalinya untuk memilih para wakil dewan daerah. Tahun 1969 sistem yang sama dipakai untuk memilih dewan propinsi.

Pada tahun 1976, sebuah konstitusi baru disetujui dengan presiden bertugas sebagai kepala negara dan dihidupkannya Dewan Nasional. Presiden dan para anggota Dewan Nasional memangku jabatannya selama 6 tahun.

Boumedienne, sebagai satu-satunya calon dipilih sebagai presiden dalam pemilihan di bawah konstitusi baru. Dia juga menduduki posisi perdana menteri.

Setelah Boumedienne meninggal di bulan Desember 1978 dan diadakan pemilihan bagi penggantinya Chadli Bendjedid di awal tahun 1979, konstitusi ini diubah dengan mengurangi jabatan presiden menjadi 5 tahun saja dan mensyaratkannya untuk menunjuk seorang perdana menteri.

Karena ketergantungan Aljazair pada ekspor minyak, melimpahnya produk minyak dunia di awal tahun 1980-an sangat memukul ekonominya.

Galeri

Ringkasan

  • Nama Resmi: REPUBLIK RAKYAT DAN DEMOKRATIK ALJAZAIR – EI Jamhuria el-jaza’iria ed-Demoqratia esh-Sha’biaRépublique Algérienne Démocratique et Populaire.
  • Rakyat: disebut orang Aljazair.
  • Ibu Kota: Aljier.
  • Leta Geografis: Afrika Barat laut.
  • Tapal batas: Laut Tengah, Tunisia, Libya, Nigeria, Mali, Mauritania, Sahara Barat, Maroko.
  • Wilayah: 2.381.741 km2
  • Ciri fisik: Titik tertinggi Tahat (3 002 m). Titik terendah 51 m di bawah paras laut di Shott Melrhir. Sungai utama: Cheliff.
  • Penduduk: 27, 9 juta jiwa (perkiraan terakhir).
  • Bahasa Utama: Arab (bahasa resmi), Prancis, Berber.
  • Agama Utama: Islam.
  • Pemerintah: Republik.
  • Kepala negara: presiden.
  • Kepala pemerintahan: perdana menteri.
  • Badan legislatif: Dewan Nasional.
  • Kota Utama: Aljier (2.200.000 jiwa), Oran (500.000 jiwa), Konstantin (430.000 jiwa), Annaba (340.000 jiwa).
  • Mineral utama: minyak, gas alam, fosfat, besi.
  • Produk pertanian utama: gandum, jewawut, kentang, buah jeruk, anggur, kurma, ara, zaitun, sayuran, biri-biri, kambing, sapi, ayam.
  • Produk dan industri: pengilangan minyak, kimia, fosfat, baja, semen, pengolahan makanan, kertas, karpet.
  • Ekspor utama: minyak dan gas, bahan makanan.
  • Impor utama: barang kebutuhan pokok, barang setengah jadi, bahan makanan produk konsumsi.
  • Mata uang: 1 dinar Aljazair = 100 centime.
  • Hari Libu Nasional: 1 November, Hari Nasional.
  • Lagu Kebangsaan: Kassaman (Kami pegang janji ini).

Baca juga:

Pos terkait