Benjamin Samuel Bloom: Filsafat Pendidikan

Bagi anda yang telah berkecimpung dalam dunia pendidikan, mungkin pernah bersinggungan dengan tokoh pendidikan terkenal di dunia Barat yang satu ini, beliau adalah Benjamin Samuel Bloom. Seorang profesor, Guru Besar pendidikan di University of Chicago, ahli pendidikan Amerika kelahiran tahun 1913 dan meninggal dunia tahun 1999.

Beliau berjasa besar dalam bidang pengawasan pendidikan, gagasan-gagasannya tentang pengembangan pendidikan berpengaruh besar terhadap dunia pendidikan. Yang pertama adalah Taksonomi Bloom, dan yang kedua Mastery Learning. Kedua teori ini memberikan banyak inspirasi dalam dunia pendidikan

Beberapa sumbangan Benjamin Samuel Bloom yang penting bagi kita yang belajar filsafat, yaitu tentang level level kognitif dan filsafat, dimana alat utamanya adalah akal.

Pokok-pokok Bahasan

Benjamin Samuel Bloom

Kita perlu lebih jelas tentang apa yang kita tahu dan apa yang kita tidak tahu, sehingga kita tidak selalu dibingungkan oleh keduanya. Kalau aku boleh memiliki satu harapan untuk pendidikan, itu adalah penataan yang sistematis terhadap pengetahuan dasar kita sehingga apa yang kita anggap kebenaran bisa dijalankan, sementara apa yang sifatnya takhayul, iseng dan mitos dipandang sebagaimana adanya dan hanya digunakan saat tidak ada lagi yang mendukung kita dalam frustasi dan putus asa.

Benjamin Samuel Bloom
Filsafat Pendidikan Benjamin Samuel Bloom

Aliran

HUMANISTIK

Belajar adalah upaya membentuk manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Untuk itu, sangat perlu diperhatikan bagaimana perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasi dirinya, pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi diri.

BEHAVIORISTIK

Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan). Perubahan perilaku seseorang yang dapat diamati, diukur, dan dapat dinilai secara konkret. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang terpenting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Kegelisahan

Bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka.

Menurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten dibidangnya.

Taksonomi Bloom

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi,misalnya:

  • Taksonomi Klasik (Classical Taxonomy):Aristoteles
  • Taksonomi Biologi:Charles Darwin

Taksonomi Bloom dibuat untuk tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

Pilar Pendidikan Holistik (3H)

1. Head (kognitif), Heart (afektif), dan Hand (psikomotorik).

2. Ketiga elemen ini merupakan siklus yang saling terkait satu sama lain dalamfungsinya masing-masing.

  • Otak (head), berfungsi untuk terus berpikir, berhubungan dengan kognisi. Pada sudut otak termuat milyaran sel kiri dan kanan, yang menjadi kubangan multi inteligensia manusia.
  • Hati (heart), berfungsi untuk merasa dan melaksanakan tugas afeksi, mendorong perilaku manusia melalui rasa yang mendalam, dan bermuara pada sikap (attitude).
  • Hand berfungsi untuk melaksanakan tugas atas perintah otak yang dihayati oleh hati.

Pilar: UNESCO

  • learning to know,
  • learning to do,
  • learning to be,
  • learning to live together.

Ranah Kognitif- (Knowledge/Pengetahuan)

Ranah kognitif
  • Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill.
  • Namun demikian pembuatan level ini bukan berarti bahwa lower level tidak penting. Justru lower order thinking skill ini harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat berikutnya.
  • Skema ini hanya menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin sulit kemampuan berpikirnya.
PENGETAHUANKemampuan menyebutkan atau menjelaskan kembali
PEMAHAMANKemampuan memahami instruksi/masalah, menginterpretasikan dan menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri
PENERAPANKemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru
ANALISISKemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa komponen untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas atas dampak komponen – komponen terhadap konsep tersebut secara utuh.
SINTESISKemampuan merangkai atau menyusun kembali komponen-komponen dalam rangka menciptakan arti/pemahaman/ struktur baru.
EVALUASIKemampuan mengevaluasi dan menilai sesuatu berdasarkan norma, acuan atau kriteria.
Bloom taxonomy for Thinking
Verbs Whell Based on Blooms taxonomy

Ranah Afektif – Attitude/Sikap

PENERIMAANKemampuan untuk menunjukkan atensi dan penghargaan terhadap orang lain
RESPONSIFKemampuan berpartisipasi aktif dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian.
PENGHARGAANKemampuan menunjukkan nilai yang dianut untuk membedakan mana yang baik dan kurang baik terhadap suatu kejadian/obyek, dan nilai tersebut diekspresikan dalam perilaku.
ORGANISASIKemampuan membentuk system nilai dan budaya organisasi dengan mengharmonisasikan perbedaan nilai.
KARAKTERISASIKemampuan mengendalikan perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki hubungan intrapersonal, interpersonal dan social.

Ranah Psikomotorik – Skill/Ketrampilan

PERSEPSIKemampuan menggunakan saraf sensori dan menginterpretasikan nya dalam memperkirakan sesuatu.
KESIAPANKemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental, fisik, dan emosi, dalam menghadapi sesuatu.
REAKSI YANG DIARAHKANKemampuan untuk memulai ketrampilan yang kompleks dengan bantuan / bimbingan dengan meniru dan uji Coba.
MEKANISMEKemampuan untuk Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. seperti Mengoperasikan, membangun, memasang, membongkar, memperbaiki.
REAKSI KOMPLEKSKemampuan untuk melakukan gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari polapola gerakan yang kompleks.
ADAPTASI/PENYESUAIANKemampuan mengembangkan keahlian, dan memodifikasi pola sesuai dengan yang dbutuhkan.
KREATIFITASKemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan kondisi/situasi tertentu dan juga kemampuan mengatasi masalah dengan mengeksplorasi kreativitas diri.

Tujuan Taksonomi Bloom

  1. Membantu merumuskan tujuan dari pembelajaran
  2. Membantu mempersiapkan dan merancang pembelajaran dengan target yang jelas, sesuai dengan kapasitas dan kemampuan peserta didiknya.
  3. Membantu seseorang memahami posisi dan porsi serta proporsi pembelajaran yang harus dijalankannya Membantu seseorang untuk mengevaluasi serta menilai kemampuan dan kapasitasnya dalam dunia ilmu pengetahuan.

Kritik

  1. Tidak semua selalu harus melewati tahap yang berurutan. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja tergantung kreasi tiap orang. Namun demikian, memang diakui bahwa pentahapan itu sebenarnya cocok untuk proses pembelajaran yang terintegrasi.
  2. Kritik lain mengatakan bahwa higher level (Menganalisa, mengevaluasi dan mencipta) sebenarnya bersifat setara.
  3. Sintesis harusnya lebih tinggi dari evaluasi.
  4. Dalam hal tertentu lebih baik melihat aplikasi aplikasi dulu sebelum melihat konsep-konsep (problem based learning).
  5. Terlalu fokus kepada metode belajar, melupakan motivasi belajar.
  6. Terlalu fokus kepada individual learning, melupakan pentingnya social learning.

Revisi Taksonomi Bloom

Revisi Taksonomi Bloom

Mastery Learning

  1. Filosofi pembelajaran yang berdasar pada anggapan bahwa semua siswa dapat belajar bila diberi waktu yang cukup dan kesempatan belajar yang memadai.
  2. Siswa tidak berpindah ke tujuan belajar selanjutnya bila ia belum menunjukkan kecakapan dalam materi sebelumnya.
  3. Suatu sistem pengajaran yang berupaya memungkinkan semua siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan waktu pembelajaran yang berbeda jika dibutuhkan
  4. Siswa yang tidak menyelesaikan suatu topik dengan memuaskandiberi pembelajaran tambahan sampai mereka berhasil. Siswa yang menguasai topik tersebut lebih cepat akan dilibatkan dalam kegiatan pengayaan sampai semua siswa dalam kelas tersebut bisa melanjutkan ke topik lainnya secara bersama-sama.

Education must be increasingly concerned about the fullest development of all children and youth, and it will be the responsibility of the schools to seek learning conditions which will enable each individual to reach the highest level of learning possible.

Benjamin Samuel Bloom

Dasar Mastery Learning

  1. John B. Carroll (1963): “Models of School Learning”.
  2. Bakat siswa tidak diramal hanya pada tingkat dimana dia belajar dalam suatu waktu yang diberikan, tetapi juga menyangkut banyaknya waktu yang dia perlukan untuk belajar pada tingkat tersebut. Bakat atau pembawaan bukanlah kecerdasan alamiah, melainkan jumlah waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai suatu materi pelajaran tertentu.
  3. Penentu Bakat: Waktu belajar, ketekunan, kualitas pembelajarannya.

Asumsi Mastery Learning

  1. Semua individu dapat belajar
  2. Orang belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda.
  3. Dalam kondisi belajar yang memadai, dampak dari perbedaan individu hampir tidak ada.
  4. Kesalahan belajar yang tidak dikoreksi menjadi sumber utama kesulitan belajar.

Strategi Mastery Learning

  1. Memberikan siswa perbedaan jumlah waktu untuk mencapai tujuan bahan ajar.
  2. Memberikan penambahan waktu atau remedial untuk siswa yang belum menyelesaikan bahan ajar dengan cepat.
  3. Mengatur satuan kurikulum yang berbeda, yang mana masing-masing siswa dapat diajar dan dievaluasi secara terpisah dari yang lain.

TIPS: Group-based Mastery Learning, siswa bekerja secara kelompok saling membantu, memberi reward pada setiap anggota kelompok, apabila seluruh anggota kelompok mencapai skor tertentu dalam suatu tes.

After Forty years of intensive research on school learning in the United States as well as abroad, my major conclusion is: What any person in the world can learn if provided with appropriate prior and current conditions of learning.

Benjamin S. Bloom

MP3

Silahkan dengarkan kajian lengkap Filsafat Pendidikan: Benjamin Samuel Bloom, oleh Bp. Fahruddin Faiz di bawah ini:

PART 1

PART 2

PART 3

Lisensi

mjscolombo

Ngaji Filsafat: Benjamin Samuel Bloom: Filsafat Pendidikan

Ngaji Filsafat 204
Edisi: Filsafat Pendidikan
Bersama Dr. Fahruddin Faiz di Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta
03 Oktober 2018

Website: mjscolombo.com

Artikel terkait

Pos terkait