Thailand negara yang tidak pernah dijajah

Selama bertahun-tahun Thailand dikenal di Barat sebagai Siam, tetapi sejak tahun 1939 (kecuali selama masa pendek tahun 1940-an), negeri itu di sebut Thailand ”negeri orang merdeka”. Nama itu dibenarkan karena Thailand memang merupakan satu-satunya negeri Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh kekuasaan Barat.

Namun, walaupun bangsa Thai bebas dari dominasi asing, mereka tetap terbuka bagi gagasan dari luar negeri. Para pengunjung ke Thailand yang datang dengan bayangan pikiran tentang Siam lama yang terikat tradisi, seringkali terkejut pada kontak pertama mereka dengan masyarakat Thai modern, yang dengan bebas meminjam kebudayaan Barat tanpa kehilangan jatidiri Asianya yang khas.

Kini, oleh letaknya yang di tengah-tengah Asia Tenggara, Thailand menjadi pusat kawasan kegiatan internasional.

Geografi Thailand

Thailand di peta dilukiskan sebagai bunga yang mekar di atas sebuah tangkai, dan tangkai tersebut adalah bagian negeri tersebut pada Semenanjung Malaya. Negeri Asia Tenggara yang terletak strategis ini bertapal batas bersama dengan Birma di sebelah utara dan barat, Laos di sebelah utara dan timur, Kampuchea di sebelah tenggara, dan Malaysia di sebelah paling selatan.

Kawasan pendek Sungai Salween memisahkan Thailand dari Myanmar, sedangkan Sungai Mekong bertindak sebagai garis pemisah antara negara ini bagian timur dan Laos.

Negeri itu mempunyai empat wilayah geografis utama. Daerah sebelah utara, tempat berasal beberapa sungai penting, dirajah oleh pegunungan yang ditumbuhi pohon jati dan lembah subur. Titik tertinggi negeri ituadalah Puncak Inthanon (2.576 m), terletak di wilayah ini. Kawasan yang berpenduduk paling padat adalah daratan sentral aluvial, tempat terpusat kegiatan perdagangan, industri dan pertanian negeri itu.

Sekelompok besar terusan dan proyek irigasi, yang mendapat air dari jajaran Sungai Chao Phraya (Menam), mengairi dataran lahan rendah. Wilayah geografis Thailand kedua adalah kawasan penanaman beras utama dan pusat ekonomi bangsa itu.

Bagian timurlaut adalah wilayah ketiga, terdiri atas plato kering dan berpasir, yang pada umumnya tidak dapat menahan cukup air untuk irigasi. Daerah selatan yang berhutan lebat, yaitu bagian Semenanjung Malaya yang panjangnya 750 km, penuh dengan karet dan mineral Thailand.

Sungai utama negeri itu, termasuk Chao Phraya dan anak sungainya mengalir masuk ke Teluk Siam. Sungai-sungai di sebelah timurlaut, yaitu Mun dan Chi, mengalir masuk ke Sungai Mekong.

Peta wilayah Thailand

Kunjungi Peta Thailand atau di google map

Iklim

Iklim Thailand adalah tropis dan subtropis yang kebanyakan ditentukan oleh musim. Musim kemarau timurlaut mengantar cuaca lebih sejuk dari Cina selama musim dingin (November hingga Februari); sedangkan musim basah selatan membawa curah hujan dari Samudra Hindia selama musim penghujan (Mei hingga Oktober).

Negeri ini mempunyai musim panas yang keras selama bulan Februari hingga Mei. Memang terjadi variasi cuaca pada masing-masing wilayah; di sebelah utara pada umumnya lebih sejuk daripada wilayah selebihnya. Namun, pada pokoknya, cuaca di sana panas dan lembap. Secara keseluruhan negeri ini mempunyai curah hujan 150 cm setahun. Curah hujan yang terlebat terjadi di sebelah selatan dan tenggara.

Penduduk Thailand

Penduduk Thailand secara relatif homogen. Lebih kurang 85% penduduk termasuk dalam salah satu dari empat kelompok suku yang secara kolektif dikenal sebagai Thai Inti. Keempat kelompok suku ini mempunyai nilai dan budaya tradisional bersama dan berbicara dalam salah satu dialek bahasa keluarga besar bahasa Thai.

Kelompok Thai Pusat, yang tinggal dekat Bangkok merupakan lebih kurang 36% penduduk dan dominan dalam bidang politik dan ekonomi. Thai-Lao (Thai Timurlaut) adalah kelompok terbesar kedua Thai Inti.

Mereka, yang bertalian erat dengan penduduk Laos yang bertetangga dan berjumlah jauh lebih banyak daripada mereka, merupakan sekitar 32% seluruh penduduk Thailand dan mendiami kawasan plato sebelah timurlaut yang amat tidak subur.

Suku Thai Utara, merupakan 8% penduduk, sedangkan Thai Selatan juga berjumlah 8% merupakan kelompok Thai Inti yang lebih kecil.

Pemerintah menurut sejarah mendorong pembauran penduduk minoritas dan mengumpulkan serba sedikit informasi tentang mereka. Kelompok Cina, yang ditaksir merupakan 6%-14% penduduk Thailand, merupakan minoritas terbesar, tetapi banyak yang bernama Thai atau kawin dengan keluarga Thai.

Minoritas yang lebih kecil, banyak berdiam dalam perbatasan Thailand sebagai akibat perang perbatasan yang lalu, meliputi suku Ngio (atau Shan), Phutai, dan Saek, yang berbicara dalam dialek Thai.

Ada juga suku Khmer, banyak di antaranya pengungsi dari Kampuchea yang dilanda perang; suku Melayu, di semenanjung; dan suku Karen, suku Meo (atau Hmong), dan suku-suku minoritas lain di sebelah utara dan baratlaut, yang terasing dan secara kolektif dikenal sebagai “penduduk bukit”.

Agama

Lebih kurang 95% penduduk beragama Budha. Sekitar 4% memeluk agama Islam (terutama suku Melayu di sebelah selatan), sedangkan kelompok agama lain merupakan selebihnya.

Setiap pagi para rahib Budha membawa mangkuk kecil dan mengenakan jubah kuning menemui orang-orang untuk mendapatkan makanan. Pada hari besar dan selama festival makanan juga diantar kepada mereka di biara, kuil mereka yang disebut wat.

Ratusan wat terdapat di pedusunan. Hampir 400 wat terdapat di Bangkok dan Thonburi, kota di sebelahnya. Kuil yang paling besar adalah Wat Phra Keo (Kuil Budha Zamrud) yang terletak dalam batas Istana Agung di Bangkok.

Kuil Budha Zamrud di Bangkok, Thailand
Kuil Budha tertua Zamrud di Bangkok, Thailand

Bahasa dan Pendidikan

Thai merupakan bahasa nasional dan merupakan dialek resmi yang digunakan di Bangkok. Sejumlah dialek daerah digunakan di propinsi utara dan selatan. Bahasa Inggris pada umumnya diajarkan sebagai bahasa kedua dan banyak orang Thai mampu menggunakannya secara lancar.

Pendidikan adalah wajib bagi semua anak berumur antara 7 dan 15 tahun. Setelah menyelesaikan sekolah lanjutan siswa dapat menuntut ilmu di salah satu dari dua puluh tiga universitas negeri. Kira-kira 88% orang dewasa Thai melek huruf.

Cara Hidup

Thailand sebagian besar masih merupakan negara desa kecil, yang kebanyakan terletak di sepanjang pantai atau di dekat sungai. Sungai dan terusan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari Thai sekalipun banyak terusan di Bangkok ditutup guna memperlebar jalan yang berlalu lintas padat.

Sejumlah penduduk masih berdiam di rumah terapung yang ditambatkan di tepi sungai. Mereka memperoleh mata pencaharian dengan menjual berbagai produk dari toko terapungnya.

Rumah gaya tradisional di desa dibuat dari kayu atau bambu. Atap pada umumnya dibuat dari ilalang atau kadang-kadang dari seng bergelombang dan, jika terletak di dekat sungai, rumah biasanya dibangun di atas tiang sebagai pelindung terhadap banjir.

Di rumah orang yang lebih mampu, lantai dialas dengan ubin, dan terdapat lebih banyak kenyamanan dan perlengkapan modern. Baik gedung umum maupun rumah pribadi baru secara sukses mampu mempertahankan keluwesan rancangan arsitektur tradisional sambil menggunakan bahan dan teknik bangunan modern.

Sekalipun pakaian Barat semakin populer, pakaian tradisional masih dikenakan oleh banyak wanita pada saat-Saat formal dan oleh orang tua, terutama mereka yang berdiam di pedusunan. Versi pakaian informal yang kurang lengkap dikenakan di rumah. Pakaian informal itu terdiri atas kemeja longgar tak berleher dan sarung atau cawat untuk orang lelaki serta blus dan sarung untuk wanita.

Nasi merupakan makanan utama. Nasi dimakan dengan lauk ikan, daging babi, daging ayam, daging sapi, dan sayuran yang seringkali digoreng serta dibumbui secara lengkap. Baik di rumah maupun di restoran, orang Thai suka makan berbagai variasi hidangan Thai dan Cina tradisional. Kuah ikan dan cabai merupakan bumbu masakan Thai yang tidak dapat ditinggalkan. Buah seperti mangga, manggis, rambutan, dan nanas terdapat melimpah ruah.

Perahu, bus, mobil, taksi, motor roda-tiga, dan kendaraan lain digunakan sebagai sarana pengangkutan oleh orang Thai. Untuk waktu yang relatif lama perahu motor digunakan di sungai. Kawasan Thailand yang berjauhan dilayani dengan jaringan jalan, kereta api, serta pengangkutan air dan udara.

Komunikasi, khususnya siaran radio dan televisi, dan jalan-jalan bebas hambatan itu secara dramatis mengubah gaya hidup tradisional wilayah pedesaan Thailand.

Di antara olahraga yang populer di Thailand adalah tinju Thai tradisional (yang boleh menggunakan tangan, kaki, siku, dan lutut), sepak takraw, adu layangan, dan sabung ayam. Olahraga Barat seperti rugby, sepak bola, dan bola basket belakangan juga digemari oleh rakyat Thai.

Di antara festival Thai, yang paling meriah barangkali adalah Pengumpulan Gajah Surin, yang berlangsung setiap bulan Oktober di Surin, bagian timur negeri itu. Beribu-ribu orang pergi menonton perlombaan gajah dan pawai ”gajah” perang”, suatu hiburan pertunjukan kemegahan zaman kuno ketika gajah masih digunakan dalam pertempuran.

Ekonomi Thailand

Menurut sejarah, Thailand adalah negeri pertanian, sekalipun sekarang ini berbagai sektor ekonomi lain sedang diperluas. Hasil pertanian berjumlah lebih kurang 25% produk nasional kotor, dengan produksi beras sekitar separuhnya. Lebih kurang 76% penduduk yang bekerja terlibat dalam suatu bentuk kegiatan pertanian.

Sebagian besar penduduk ini membudidayakan padi. Mereka menggunakan metode tanam padi basah di sawah yang terpusat di sepanjang dataran aluvial Chao Phraya (Menam). Thailand memproduksi cukup banyak padi setiap tahun sehingga sejumlah besar dapat diekspor.

Karet, yang juga merupakan ekspor penting, ditanam terutama di semenanjung Malaya Muangthai. Produk pertanian terpenting lain adalah jagung dan singkong, yang dijual ke luar negeri dalam bentuk tepung tapioka. Kenaf (tanaman yang seratnya digunakan untuk membuat tali) dan tebu juga ditanam serta diekspor, tetapi tingkat harga dan produksi kedua komoditi itu berubah-ubah setiap tahun.

Hutan Thailand yang sangat luas memberikan produk kayu jati dan kayu lain. Thailand merupakan salah satu pengekspor timah dunia yang penting. Timah terutama ditambang di semenanjung sebelah selatan. Negeri itu juga mempunyai sumber gas alam-yang telah dicoba diekspor dalam bentuk cair-di dasar Teluk Siam dan di wilayah selatan sebelah timurlaut. Sejumlah kecil mineral lain yang meliputi bijih besi, antimon, tungsten, timbel, mangan, emas, perak, dan batu permata juga diproduksi.

Industrialisasi dikejar oleh Thailand sejak tahun 1960-an. Pemanufakturan masih dikerjakan secara kecil-kecilan, tetapi kini telah terdapat banyak pabrik yang memproduksi semen, gula, karung goni, kertas, dan produk minyak bumi. Tambahan pula, di sana ada pabrik beras dan benang, penggergajian, serta sejumlah pabrik karet. Perkembangan industri pada umumnya diserahkan kepada perusahaan swasta.

Ekspor Thailand terdiri terutama atas beras, timah, karet, jagung, rami dan kenaf, tapioka, kayu jati, dan kapuk. Sebaliknya, impor sebagian besar terdiri atas mesin berat dan barang lain untuk pembangunan, bahan baku, dan produk konsumen yang dimanufaktur. Jepang dan Amerika Serikat merupakan mitra dagang utama. Biasanya nilai impor melampaui nilai ekspor sehingga mengakibatkan diperlukan adanya bantuan asing.

Kota

Thailand dibagi menjadi 73 wilayah administratif yang di dalamnya terdapat lebih dari 49.000 kota dan desa. Wilayah kota yang paling penting adalah kedua kota Bangkok (Krung Thep) dan Thonburi, yang hanya dipisahkan oleh Sungai Chao Phraya. Kedua kota kuno itu, bersama dengan komunitas lain di dekatnya merupakan Metropolis Bangkok, yaitu wilayah kota terbaik Thailand.

Chiang Mai, pusat kawasan daerah utara, merupakan kota terbesar. kedua Thailand. Kota utama lain adalah Hat Yai, dekat bandar Songkhla di semenanjung sebelah selatan, dan Nakhon Ratchasima, pusat kawasan bagi daerah timurlaut. Bangkok merupakan bandar terpenting Muangthai.

Sejarah Thailand

Para ahli sejarah yakin bahwa bangsa Thai berasal dari wilayah sebelah baratlaut Cina sekitar 4.500 tahun yang lalu. Karena timbul perselisihan dengan bangsa Cina, bangsa Thai terpaksa pindah ke Selatan. Pada abad ke-7 mereka mendirikan kerajaan yang disebut Nanchao di Cina selatan.

Namun, perselisihan dengan bangsa Cina dan Tibet berlanjut dan pada tahun 1253 kerajaan Thai hancur oleh serangan Kubilai Khan dan tentaranya yang hebat

Bangsa Thai yang melanjutkan kepindahan mereka ke selatan akhirnya menetap di semenanjung Indocina serta mendesak bangsa Laos dan Khmer dari kawasan sekeliling Sungai Chao Phraya.

Serangkaian kerajaan kemudian didirikan, dimulai dengan kerajaan Sukhothai pada abad ke-13. Selama masa Kerajaan Ayutthaya (1350-1767), Thailand memperluas perbatasannya dan menjadi bangsa daratan Asia Tenggara yang dominan. Negeri itu juga menjalin hubungan dengan negara-negara dagang Eropa seperti Belanda, Portugal, dan Inggris Raya.

Setelah Kerajaan Thornburi yang berumur pendek (1767-1782), Thailand memulai upaya modernisasi. Kedua raja yang paling berjasa dalam memperkenalkan pembaharuan yang menyeluruh adalah Raja Mongkut, atau Rama IV (memerintah 1851-1868), dan Raja Chulalongkorn, atau Rama V (memerintah 1868-1910).

Perbudakan dihapus, kebiasaan kuno kerajaan dihilangkan, dan kekuasaan kaum bangsawan dibatasi. Namun, pada umumnya hanya tingkat atas masyarakat Thai yang berubah, sedangkan kehidupan bagi rata-rata orang Thai tetap masih seperti dahulu.

Penguasa Thailand abad ke-19 memodernkan pemerintahan, angkatan perang, pendidikan, dan pengangkutan guna mengimbangi tantangan negeri Eropa yang ketika itu tengah berebut daerah jajahan di Asia Tenggara, dengan mengundang penasihat Barat untuk membantu upaya modernisasi itu.

Karena ketrampilan Mongkut dan Chulalongkorn, maka Thailand merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah menjadi jajahan Eropa. Namun, negeri itu kehilangan banyak bekas wilayahnya dan harus menyetujui serangkaian perjanjian yang membatasi pengawasannya atas perdagangan luar negeri, pajak, pengumpulan bea cukai, dan kekuasaan hukum atas orang asing.

Hingga tahun 1939, Thailand dikenal sebagai Kerajaan Siam. Pada waktu itu, para raja bersekutu dengan Jepang dan mengganti nama negerinya menjadi Thailand. Mereka mencoba memperluas perbatasan negerinya dengan memasukkan wilayah amat luas yang didiami oleh kelompok orang yang berbahasa Thai dan berhasil menggabungkan sejumlah wilayah perbatasan di Laos, Myanmar, Kampuchea, dan Malaya selama tahun-tahun awal Perang Dunia II. Namun, ketika kekuatan Jepang surut, Thailand berdamai dengan Inggris.

Thailand membuat ikatan yang bertambah erat dengan Amerika Serikat setelah Perang Dunia II. Beribu-ribu warga Thai berkesempatan mendapat pekerjaan baru di pangkalan militer Amerika dan di pabrik-pabrik yang didirikan oleh Amerika di Thailand.

Negeri ini menjadi pendukung kuat upaya Amerika Serikat untuk menghentikan perluasan pengaruh komunis di Asia Tenggara. Negeri ini memainkan perang penting sebagai pangkalan dalam Perang Korea dan sekali lagi terlibat dalam Perang Vietnam.

Setelah tahun 1975, negeri itu melihat kaum komunis mengambil alih Laos, Kampuchea, dan Vietnam Selatan serta menerima ribuan pengungsi dari negeri-negeri itu.

Pada saat yang sama, Pemerintah Thailand mencoba mengurusi kesulitan politik dalam hubungannya dengan modernisasi negara. Masalah ini dan tekanan lain menambah pentingnya militer dalam kehidupan politik negara.

Pemimpin militer seringkali dipilih untuk posisi pimpinan dan telah terjadi sejumlah kup militer. Selama masa pemerintahan militer konstitusi Thailand biasanya ditangguhkan dan legislator dibubarkan.

Selama masa itu raja tetap sebagai kepala negara, bertindak sebagai unsur pemersatu dengan kewibawaan yang besar, tetapi dengan kekuasaan politik yang amat kecil.

Pemerintahan

Konstitusi Thailand yang paling akhir menempatkan kekuasaan eksekutif di tangan perdana menteri, yang dibantu oleh kabinet atau Dewan Menteri. Parlemen, yang disebut Dewan Nasional, meliputi dewan tinggi (atau Senat) yang anggotanya diangkat oleh raja dan dewan rendah (atau Dewan Perwakilan) yang anggotanya dipilih oleh rakyat.

Konstitusi, yang ke-14 sejak tahun 1932, diterima pada tahun 1978. Suatu pemerintahan yang didominasi oleh militer dipilih untuk memimpin negeri itu.

Diulas oleh: PRACHOOM CHOMCHAI, Universitas Chulalongkorn, Bangkok
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait