Fisiografi Jepang

Fisiografi Jepang – Jepang terdiri dari empat pulau utama, sebuah kepulauan, dan sejumlah pulau kecil. Sebagian besar wilayah daratannya berada di empat pulau utama: Hokkaido (78.513 km), Honshu (230.822 km2), Shikoku (18.782 km2), dan Kyushu (42.030 km2).

Kunjungi peta Jepang atau di google map

Kekompakan Wilayah serta kepulauan ini memberi pengaruh besar terhadap perkembangan Jepang. Garis pantai yang panjang dan berlekuk-lekuk, dengan pelabuhan-pelabuhan alamnya serta perairan yang terlindung, semuanya menguntungkan Jepang sebagai negara maritim.

Lagi pula, penyebaran gagasan-gagasan baru berjalan begitu cepat di negeri ini karena begitu sedikit bagian dari negeri ini yang jaraknya mencapai lebih dari 100 km dari tepi laut. Kepulauan Jepang merupakan bagian dari barisan pegunungan muda yang menandai tepi Samudera Pasifik. “Sabuk” ini sering menjadi sasaran gerakan kerak bumi dan kegiatan vulkanis.

Meskipun kepulauan ini seluruhnya bergunung-gunung, tanah tinggi yang sangat mencolok terbentuk di titik-titik pertemuan beberapa lengkungan. Misalnya, titik persilangan antara Lengkungan Kuril dan Lengkungan Karafuto ditandai oleh pegunungan di Hokkaido tengah; sementara Peg. Alpen Jepang di Honshu tengah terdapat di titik pertemuan antara Lengkungan Honshu serta Lengkungan Bonin.

Demikian pula tanah tinggi vulkanis Kyushu tengah dan selatan, yang terdapat di titik pertemuan antara Lengkungan Korea dan Lengkungan Ryukyu.

Pegunungan Alpen Jepang merupakan daerah paling tinggi di negeri ini, tetapi G. Fuji (3.776 m), gunung yang paling tinggi dengan kerucut vulkanis yang hampir sempurna, tidak berhubungan dengan lipatan Peg. Alpen Jepang.

Di Kep. Jepang terdapat 192 gunung api aktif, dan endapan vulkanisnya hampir meliputi 25 persen dari seluruh permukaan wilayah negeri ini. Daerah gunung api aktif dan sumber air panas terdapat di Hokkaido, di Honshu tengah dan utara, serta di KyUshu selatan.

Gempa bumi sering terjadi. Setiap tahun tercatat lebih dari seribu kali gempa bumi. Meskipun demikian, gempa bumi hebat, yang cukup kuat untuk menghancurkan bangunan, hanya terjadi kira-kira 5 tahun sekali.

Di seluruh Jepang, retakan dan lipatan telah menciptakan bentuk tanah yang menyerupai mosaik yang sangat rumit. Pegunungan tampak menonjol di mana-mana. Kira-kira 75 persen Wilayah daratannya memiliki lereng dengan sudut lebih dari 15°.

Dataran rendahnya banyak yang hanya berupa jalur tanah aluvium sempit yang terjepit di antara laut dan pegunungan. Lereng gunung yang curam dan bersudut tajam ini seakan-akan diiris oleh sungai pendek berarus deras, yang diisi oleh cairan es di musim semi dan oleh hujan lebat di musim panas.

Punggung pegunungan tampak menonjol, dan lembahnya kerap kali berupa jurang terjal yang tertutup hutan lebat. Potensinya yang besar untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga air, hampir sepenuhnya dimanfaatkan.

Hanya saja, perubahan banyaknya curah hujan per musim mengakibatkan derasnya aliran sungai pegunungan menjadi tidak tetap, sehingga mengganggu efisiensi kerja pembangkit listrik tenaga air. Negeri ini benar-benar kekurangan dataran rendah, dan hanya kira-kira 13 persen dari seluruh wilayah daratannya yang dapat dibudidayakan.

Pertemuan antara lereng pegunungan dan dataran selalu terjadi begitu mendadak, dan sungainya meninggalkan endapan berat berbentuk kipas kerikil. Di luar kipas ini, aliran sungai tersebut menjadi agak lamban dan berkelok-kelok melintasi dataran yang a agak agak miring menuju muara sungai yang dangkal.

Sering kali dasar sungai ini berada di atas permukaan dataran yang dilaluinya, dan airnya mengalir di antara tanggul alam atau buatan. Kerap kali gerakan sungai yang berangsur-angsur ke samping untuk melintasi permukaan dataran justru menciptakan terusan dan tanggul yang sangat penting artinya bagi pertanian dan tempat pemukiman penduduk di pedesaan.

Hampir semua datarannya dikelilingi teras-teras tanah aluvium yang tidak berkesinambungan, dan lebih tua dari tanah aluvium di daerah banjir yang sesungguhnya. Tanah aluvium yang lebih tua ini terutama terdiri dari endapan padat yang tidak subur, yang terkikis oleh sungai-sungai kecil hingga menjadi jurang sempit dan lembah berlereng curam.

Tebing curam di antara lembah-lembah ini kerap kali kering dan biasanya tidak cocok untuk budidaya tanaman beririgasi. Daerah tepi pantai Jepang biasanya berupa dataran rendah.

Di dataran yang cukup luas, terutama di pantai Samudera Pasifik, terbentang tanah yang terletak di bawah permukaan laut, sehingga harus dilindungi dengan tanggul. Meskipun demikian, di sepanjang L. Jepang, garis pantai kerap kali diselingi bukit-bukit pasir yang tinggi.

Iklim

Jepang memiliki iklim musim dengan perubahan musim yang jelas, sesuai dengan angin yang dominan. Di musim dingin, pusat tekanan udara terdapat di Siberia, sehingga angin kering dan dingin dari barat laut menjadi dominan di Jepang.

 Areal persawahan Jepang

Setelah melintasi L. Jepang, angin ini menjadi hangat pada lapisan bawah dan mengumpulkan uap air yang menjadi hujan salju lebat di sepanjang pantai Jepang. Pada musim dingin, daerah pantai yang berbatasan dengan L. Jepang biasanya diselimuti awan tebal dan kerap kali diserang badai salju. Sedangkan di pantai Samudera Pasifik, kelembabannya rendah, dan yang menonjol adalah cuaca dingin, cerah, dan menyegarkan.

Arus Kuroshio (Jepang) mengubah suhu musim dingin di daerah sepanjang pantai Samudera Pasifik. Suhu musim dingin ini bervariasi menurut perbedaan kedua sisi negeri ini dan menurut garis lintangnya. Di sebelah utara 38°LU, suhu udara turun sampai di bawah 0°C dalam bulan Januari, hingga mencapai -7°C di Hokkaidé.

Suhu musim dingin ini tidak memungkinkan panen dua kali setahun, karena selama itu tanah pertanian tidak dapat ditanami. Sebaliknya, suhu rata-rata bulan Januari di P. Kyushu, yang merupakan pulau utama paling selatan, mencapai 7°C.

Menjelang akhir bulan Maret, cuaca makin berubah-ubah, sementara pola tekanan udara musim dingin melemah. Daerah pertemuan udara laut dari kutub dengan udara laut dari khatulistiwa terdapat di selatan dan sejajar dengan pantai di Samudera Pasifik.

Daerah pertemuan inilah yang menghasilkan hujan periode pertama dari dua hujan tahunannya. Hujan ini mulai pada pertengahan bulan Juni, saat yang menguntungkan untuk pertanian, dan berlangsung sampai tiga minggu. Dalam jangka waktu inilah sawah yang telah diairi ditanami.

Pada awal bulan Juli, cuaca yang sama sekali berlawanan dengan pola musim dingin menjadi makin mantap. Tekanan udara tinggi di Samudera Pasifik dan rendah di Siberia. Dengan demikian, mulailah bertiup angin musim tenggara.

Selama musim panas, hampir seluruh Jepang mengalami suhu yang begitu panas dan kelembaban yang begitu tinggi, dan di dataran yang berbatasan dengan pantai Samudera Pasifik keadaan sungguh tidak menyenangkan.

Seperti dalam musim dingin, suhu udara bervariasi menurut garis lintang. Dalam bulan Agustus, suhu rata-rata di P. Kyushu dan P. Honshu barat naik sampai 27°C. Tetapi di utara musim panas lebih sejuk, dengan suhu rata-rata 24°C di Sendai (Honshu utara) dan 21°C di Sapporo (Hokkaidé).

Pada akhir bulan Agustus dan awal bulan September, angin taufan membawa hujan tahunan periode kedua. Daerah pantai yang terbuka ke arah selatan dan tenggara sangat mudah terkena serangan angin taufan yang biasanya bertiup ke Jepang dari kedua mata angin tersebut.

Tetapi angin taufan tidak hanya merusak daerah ini. Di seluruh Jepang, tanaman padi dapat hancur karena taufan dan hujan. Munculnya serangan angin taufan ini berkaitan dengan munculnya kembali daerah pertemuan yang sangat mirip dengan yang mengakibatkan cuaca musim semi berhujan dan berubah-ubah.

Pada bulan Oktober, pola tekanan udara musim dingin dapat dilihat dengan jelas. Pada akhir bulan tersebut, tekanan udara yang tinggi terdapat di Siberia, dan angin musim timur laut pun mulai bertiup.

Curah hujan di Jepang umumnya tinggi, terutama karena wilayahnya berupa kepulauan dan tanahnya bergunung-gunung. Meskipun permintaan akan air luar biasa banyaknya, terutama untuk keperluan industri, kekeringan jarang terjadi.

Curah hujan tahunan berkisar dari 840 mm per tahun di Hokkaido sampai 1.575 mm per tahun di Tokyo, dan lebih 3.050 mm per tahun di daerah pegunungan Honshu tengah dan di bagian-bagian yang bergunung-gunung di pantai Samudera Pasifik (Semenanjung Kii, Shikoku selatan, dan Kyushu selatan).

Flora dan fauna

Dulu hutan di Jepang hampir seluruhnya terdiri dari tumbuh-tumbuhan alami. Karena kepulauan ini bergunung-gunung, hutan tersebut sulit dibuka untuk pertanian.

Hingga kini, hutan negeri ini masih mencakup sekitar 67 persen dari seluruh wilayahnya. Tetapi akibat penanaman dan penebangan secara liar, tumbuh-tumbuhan alami sekarang hanya terdapat di beberapa daerah.

Hutan di Jepang
Hutan di Jepang

Garis perbatasan daerah-daerah hutan ini terutama ditentukan oleh suhu dan dibedakan oleh ketinggian serta garis lintang. Daerah hutan tropis, yang sekarang ditumbuhi spesies-spesies seperti pohon ek, kapur barus, dan bambu, menonjol di Jepang baratdaya, tetapi makin berkurang ke arah utara, sampai berakhir pada ketinggian permukaan air laut di sekitar 38°LU.

Di atas dan di sebelah utara daerah hutan tropis ini terdapat hutan campuran dengan pohon-pohon berdaun lebar dan berganti daun, yang terdiri dari berbagai spesies pohon cemara, maple (Acer sp), birch (Betula sp), beech (Fagus sp), poplar (Populus sp), dan ek. Daerah hutan campuran ini terbentang melintasi Honshu utara, Hokkaido barat daya, dan pegunungan di Jepang tengah.

Di daerah yang mengalami suhu tahunan rata-rata di bawah 6°C, tampak hutan kutub utara dengan berbagai jenis pohon cemara bersama pohon birch, alder, dan aspen. Hampir semua wilayah Hokkaido di sebelah timur daratan Ishikari ditutupi hutan kutub utara.

Dulu Jepang kaya akan berbagai jenis mamalia liar, seperti beruang, babi hutan, luwak, serigala, rusa, dan monyet. Tetapi kini jumlahnya sudah jauh berkurang. Kini di daerah pegunungan masih hidup antilop, kelinci, dan musang.

Dari antara mamalia air, di perairan Jepang hidup ikan paus dan lumba-lumba. Selain itu, perairan Jepang juga kaya akan berbagai jenis ikan, seperti ikan sarden, mackerel, bonito, tuna, salmon, trout, mullet (ikan air payau), dan lain-lain. Udang, tiram, dan kerang tergolong sumber protein penting di Jepang dan dibudidayakan untuk perdagangan. Perairan di daratan Jepang juga kaya akan udang dan kepiting air tawar.

Berbagai jenis reptilia hidup di negeri ini, antara lain ular laut, kura-kura, penyu, dan kadal. Selain itu terdapat ular pemakan tikus yang panjangnya dapat mencapai 5 kaki, tetapi ular ini, dan jenis-jenis lainnya, umumnya tidak berbahaya. Di P. Honshu dan P. Kyushu terdapat salamander raksasa yang panjangnya dapat mencapai 1,5 m.

Artikel Terkait

Pos terkait