Grameen Bank dan Muhammad Yunus

Biografi. Kisah Sufia yang telah diceritakan pada artikel sejarah Biografi singkat Muhammad Yunus telah menggerakkan hati Yunus untuk membantu mengentaskan kemiskinan di Bangladesh. Demi merealisasikan idenya, ia berkomunikasi dengan Janata Bank untuk meminta bantuan kredit lunak bagi masyarakat Jobra.

Awalnya kedatangannya ke Bank Janata dianggap hanya sebagai candaan semata, karena orang miskin tidak memiliki kolateral (jaminan). Orang miskin dikatakan tidak layak bank. Akan tetapi,melihat keseriusan Yunus, akhirnya pihak bakn menyetujui peminjaman uang.

Janata Bank menyepakati peminjaman uang kepada 42 kaum miskin di Desa Jobra. Muhammad Yunus mendapatkan pinjaman sebesar 10.000 taka atau setara dengan US$300, dengan dirinya sebagai jaminannya.

Kerja sama Yunus dengan Janata Bank membuahkan hasil yang mengejutkan. Pembayaran kembali pinjaman tanpa agunan terbukti jauh lebih baik ketimbang mereka yang pinjamannya dijamin oleh aset. Lebih dari 98% pinjaman dilunasi.

Namun, kesuksesan ini masih kurang meyakinkan pihak bank. Bahkan kesuksesan yang diraih Yunus di lima kecamatan, pihak bank belum dapat memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat miskin dan Yunus secara khusus.

Pendirian Grameen Bank Prakalpa

Akhirnya pada tahun 1983 Muhammad Yunus berinisiatif mendirikan bank yang khusus melayani kaum miskin. Bank ini diberi nama Grameen Bank Prakalpa. Bank tersebut didirikan atas prinsip solidaritas, serta memiliki 3 karakter, yaitu:

  1. Peminjamnya adalah warga termiskin yang tidak mempunyai lahan.
  2. Peminjamnya harus kembali.
  3. Porsi utama peminjamannya adalah wanita.

Yunus menggunakan sistem kelompok solidaritas, yaitu membentui berbagai kelompok kecil informasi untuk bersama-sama mendapatkan pinjaman dan para anggotanya bertindak sebagai mitra penjamin sesamanya agar setiap anggota mendukung satu sama lain untuk membayar pinjaman serta meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan ekonomi keluarga.

Bank Grameen adalah sebuah organisasi kredit mikro yang dimulai di Bangladesh, yang memberikan pinjaman kecil kepada orang yang kurang mampu tanpa membutuhkan jaminan. Sistem ini berdasarkan ide bahwa orang miskin memiliki kemampuan yang kurang digunakan.

Perbedaannya dari kredit ini adalah pinjaman diberikan kepada kelompok perempuan produktif yang masih berada dalam status sosial miskin. Pola Bank Grameen ini telah diadopsi oleh hampir 130 negara di dunia, namun kebanyakan di wilayah Asia dan Afrika. Jika diterapkan dengan konsisten pola Bank Grameen ini dapat mencapai tujuan untuk membantu perekonomian masyarakat miskin melalui perempuan.

Hasilnya ternyata sangat luar biasa. Pada wal tahun 1979 anggota Bank Grameen hanya 500-an orang, namun pada tahun 1982 berlipat ganda menjadi 82 ribu orang dan mencapai 7 juta orang pada tahun 2006.

Tingkat pengembalian kredit di Bank Grameen adalah tertinggi di antara bank-bank konvensional lainnya, yakni di aas 98%. Rasanya tidak ada perbankan sebaik Bank Grameen dalam pertumbuhan dan kredit bermasalah.

Pengembangan Grameen

Menyadari Bank Grameen telah berkembang menjadi komunitas peminjam, di mana peminjam adalah pemilik terbesar saham Grameen itu sendiri, Yunus mulai memikirkan pengembangan usaha baru yang mampu meningkatkan derajat kesejahteraan para peminjamnya.

Maka, dimulailah pengembangan usaha Grameen Phone, lalu Grameen Telecom, selanjutnya merebak ke bidang usaha lain, seperti perikanan (Grameen Fisheries), komunikasi (Grameen Communication), Grameen Trust Fund, dan tekstil (Grameen Knitwear).

Keberhasilan Bank Grameen yang digagas Muhammad Yunus terletak dari penentuan akar masalah kemiskinan pada sebagian besar masyarakat miskin di Bangladesh.

Yunus mengidentifikasikan bahwa kaum miskin di pedesaan itu menjadi miskin bukan karena tidak terampil atau buta huruf, tetapi karena kaum miskin tidak memiliki kontrol atas modal serta kemampuan mengontrol modal yang memberi orang untuk mempunyai kemampuan meningkatkan hidup dan lepas dari kemiskinan.

Keberhasilan Muhammad Yunus dalam memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi Bangladesh telah menempatkan Yunus sebagai sosok ekonom yang memang peduli terhadap rakyat miskin. Ia berhenti menjadi dosen hanya untuk mengabdi pada kemanusiaan, melepaskan kemiskinan masyarakat.

Pengetahuan dan teori yang didapatkan selama kuliah telah berhasil membentuk karakter dirinya untuk mengabdi pada kemanusiaan. Ia tidak duduk di menara gading, tetapi turun kepada rakyat untuk mengentaskan kemiskinan yang diderita.

Hal inilah yang membuat Muhammad Yunus memenangkan Nobel Prize Perdamaian. Ia mengikuti suara hatinya dengan memberi hati bagi warga termiskin dalam kelompok miskin, memberi harapan bagi orang yang tidak mempunyai harapan.

Kini banyak tokoh dunia merasakan perjuangannya untuk rakyat miskin. Dan turun langsung ke masyarakat yang dilakukan Muhammad Yunus saat-saat ini juga diadopsi presiden terpilih Indonesia beserta wakilnya. Juga dilakukan para anggota Kabinet Kerja. Semoga nantinya menjadikan manfaat besar bagi pemerintahan Republik Indonesia mendatang.

Sebagai catatan sejarah, berikut adalah kutipan pidato Muhammad Yunus saat menerima Nobel :
“Grameen telah menanamkan keyakinan kukuh dalam diri saya tentang kreativitas manusia. Ini telah membuat saya percaya bahwa manusia tidak dilahirkan untuk menanggung derita kelaparan dan kemiskinan.

Bagi saya, kemiskinan ibarat pohon bonsai. Jika anda tanam benih terbaik pohon tertinggi dalam pot bunga, anda mendapat replika pohon tertinggi, hanya tingginya beberapa inchi.

Tak ada yang salah dengan benih yang anda tanam, hanya tanah tempat tumbuhnya tak mencukupi. Semata-mata karena masyarakat tak memberi mereka dasar untuk tumbuh. Yang diperlukan orang miskin agar keluar dari kemiskinan ialah menyediakan lingkungan yang mendukung mereka.

Begitu orang miskin sudah dapat mencurahkan energi dan kreativitas, kemiskinan akan segera lenyap. Mari bergandeng tangan memberi kesempatan adil bagi setiap manusia untuk mengerahkan energi dan kreativitas mereka.”

Demikian ulasan singkat Grameen Bank dan Muhammad Yunus, semoga menjadi catatan sejarah bank.

Pos terkait