Guinea Ekuatorial negara dengan 2 provinsi

Guinea Ekuatorial (Guinea Khatulistiwa) terdiri atas dua provinsi, yaitu Rio Muni dan Bioko. Rio Muni mencakup daerah benua di daratan Afrika di antara Kamerun dan Gabon, dan pulau-pulau lepas pantai Corisco, Elobey Grande, dan Elobey Chico.

Propinsi Bioko mencakup pulau dengan nama sama yang terletak di Teluk Bonny kira-kira 160 km dari pesisir Rio Muni, dan Pulau Pagalu yang lebih kecil.

Peta wilayah Guinea Ekuatorial

Kunjungi Peta Guinea Ekuatorial atau di google map

Geografi dan Penduduk

Sebagian besar Rio Muni adalah rimba belantara tropis. Daerah ini pada umumnya dataran rendah, meskipun ada juga dataran tingginya yang setinggi 1.200 m di Pegunungan Kristal.

Sistem pegunungan seperti ini menjadi sumber berbagai sungai yang pendek dan berarus deras, yang mengalir melalui riam dan air terjun menuju ke Samudra Atlantik. Sungai yang terpenting adalah Sungai Mbini yang panjangnya 320 km. Kota utama di Rio Muni adalah Bata.

Sebagian besar penduduk Rio Muni adalah suku Fang, suatu cabang keluarga besar Bantu yang tinggal di sebagian besar propinsi itu kecuali daerah sepanjang pesisir. Suku Fang mencari nafkah dengan berburu dan menanam ubi, singkong, dan pisang. Ekspor utama Rio Muni adalah kayu dan kopi.

Bioko adalah sebuah pulau gunung berapi dengan dua gunung berapi yang sudah tidak aktif lagi dan danau kawah yang indah. Pulau ini mempunyai pegunungan berhutan lebat yang menjulang sampai setinggi 2.880 m. Ibu kota Guinea Ekuatorial, Malabo, terletak di ujung utara pulau ini.

Kota tersebut mempunyai pelabuhan yang bagus sekali, sebuah bandara modern, sebuah sistem jalan raya baru, serta fasilitas penerimaan siaran televisi di puncak gunung berapi.

Penduduk asli Bioko adalah suku Bubi. Kebanyakan mereka adalah petani yang memiliki lahan kecil sendiri. Tanaman yang dibudidayakan pada petak lahan kecil itu tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi juga untuk pasokan pasar lokal.

Sebagian orang Bubi menduduki jabatan pemerintahan, perdagangan dan pelayanan umum, serta sektor profesi . Selama kira-kira 50 tahun, sejumlah besar buruh tani pindahan dari Nigeria yang bersebelahan itu bekerja di pulau tersebut.

Setelah kemerdekaan, para pekerja itu banyak yang kembali ke kampung halaman. Ekspor utama Bioko adalah cokelat. Perikanan, pertanian, dan peternakan merupakan bidang kegiatan utama. Sebelum kemerdekaan, propinsi tersebut pernah menikmati pendapatan per kapita tertinggi di Afrika.

Sampai tahun 1960-an Guinea Ekuatorial menampung cukup banyak penduduk Spanyol. Akan tetapi, setelah tercapainya kemerdekaan timbul sikap bermusuhan terhadap orang Spanyol, sehingga sebagian besar orang Spanyol meninggalkan negeri itu.

Bahasa dan Agama

Bahasa Spanyol adalah bahasa resmi, tetapi berbagai dialek Afrika juga digunakan. Tingkat melek huruf di Bioko pernah termasuk yang teratas di Afrika. Akan tetapi, banyak pengajar yang meninggalkan negeri ini sesudah kemerdekaan dan tidak banyak terdapat sekolah.

Sebagian besar penduduk Guinea Ekuatorial beragama Katolik Roma; sebagian beragama Protestan dan Islam; sebagian lagi menganut kepercayaan animisme.

Iklim

Iklim Guinea Ekuatorial didominasi oleh angin muson dan arus teluk yang hangat. Suhu yang tinggi dan kelembapan yang tinggi berlangsung hampir sepanjang tahun. Curah hujan banyak (kira-kira 1.000 cm) dari April sampai Oktober, tetapi di musim kemarau, hujan deras sering turun pula.

Sejarah Guinea Ekuatorial

Pulau Bioko ditemukan pada abad ke-15 oleh penjelajah Portugis Fernao do Po. Portugal menguasainya sampai tahun 1778, ketika pulau itu direbut oleh Spanyol. Demam kuning menewaskan banyak pemukim Spanyol dan mereka yang selamat melarikan diri.

Pulau tersebut dibiarkan tak berpenghuni dari tahun 1781 sampai 1827, ketika Spanyol menyewakan pangkalan kepada Angkatan Laut Inggris di Malabo. Di tangan Inggris, pulau itu menjadi tempat penampungan budak yang telah dimerdekakan.

Spanyol untuk kedua kalinya berupaya menguasai pulau tersebut tahun 1843 dan mengusir Inggris. Pada awal abad ke-20 Spanyol mulai membangun ekonomi di pulau tersebut. Tahun 1834 Spanyol mengadakan perjanjian dengan penduduk Rio Muni dan orang Spanyol bermukim di pulau utama.

Selama pertengahan pertama abad ke-20, wilayah tersebut diperintah o|eh Spanyol dengan nama Guinea Spanyol. Kemudian diubah namanya menjadi Guinea Ekuatorial tahun 1963 dan diberi kemerdekaan tahun 1968.

Pemerintahan

Presiden Guinea Ekuatorial pertama hasil pemilihan umum, Francisco Macias Nguema, memerintah dengan kekuasaan absolut. Ribuan penduduk dibunuh dan banyak lagi yang mengungsi. Macias digulingkan dalam kudeta militer tahun 1979, kemudian diadili dan dihukum mati.

Pemimpin kudeta itu, Kolonel Teodoro Obiang Nguema Mbasogo, menjadi kepala pemerintahan militer, dan menjadi presiden tahun 1982. Undang-undang baru disahkan tahun itu juga, dan pemilihan anggota legislatif, yakni Dewan Perwakilan Rakyat, diadakan tahun 1983.

Tahun 1991 atas tekanan para pemberi bantuan asing, undang-undang multipartai diterapkan. Partai Nguema Mbasongo memenangkan pemilihan 1993 di tengah tuduhan penipuan suara.

Diulas o|eh:
CUSTAVO ENVELA-MAKONGO Mantan Duta Besar Guinea Ekuatorial untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait