Kehidupan sosial budaya dan kepercayaan zaman batu muda

Kehidupan sosial budaya dan kepercayaan zaman batu muda – Pada zaman batu muda terjadi perubahan besar dalam bidang sosial budaya yang disebut dengan Revolusi Neolitikum. Revolusi Neolitikum yaitu perubahan dari mengumpulkan makanan (food gathering) menjadi menghasilkan makanan (food producing). Di samping itu perubahan dari kehidupan nomaden menjadi menetap.

Masyarakat prasejarah pada masa ini menghasilkan makanan dengan cara bercocok tanam dan beternak. Jenis-jenis tanaman yang mereka tanam pada awalnya berupa umbi-umbian dan selanjutnya mereka mengenal padi-padian (jawawut).

Bacaan Lainnya

Hewan pertama yang mereka jinakkan anjing, kerbau, dan babi. Sementara itu, kegiatan berburu dan menangkap ikan masih mereka lakukan pada waktu-waktu senggang.

Kehidupan Sosial

Kehidupan bercocok tanam dan menetap memberikan banyak waktu luang bagi mereka. Waktu luang tersebut mereka gunakan untuk berkarya meningkatkan hasil budayanya seperti membuat perahu, membuat kerajinan, membuat anyaman dan gerabah.

Mereka juga sudah mengenal pakaian, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya alat pemukul kulit kayu. Mereka juga telah menggunakan perhiasan, terbukti dengan ditemukannya gelang, kalung dan manik-manik dari batu indah.

Dalam pola hidup food producing mereka menghasilkan makanan dengan cara bercocok tanam dan beternak, meskipun dalam taraf yang sederhana. Dalam pola bertempat tinggal, manusia zaman batu muda cenderung bertempat tinggal di dekat sumber air, seperti di dekat sungai, tepian danau, dan di pesisir.

Tempat tinggal mereka pada dasarnya berupa rumah sederhana yang berbentuk bulat dengan atap dedaunan. Rumah-rumah jenis ini sampai sekarang masih dapat dijumpai di Timor, Kalimantan Barat, Andaman, dan Nikobar. Kemudian berkembang bentuk rumah besar yang dibangun di atas tiang atau sering disebut rumah panggung.

Rumah zaman neolitikum
Rumah zaman neolitikum

Dengan berkembangnya kehidupan sosial budaya yang lebih maju, maka mereka memerlukan alat komunikasi yang efektif, yaitu bahasa. Menurut H. Kern, bahasa yang digunakan oleh penduduk di kepulauan Indonesia pada zaman neolitikum adalah bahasa Melayu Polinesia yang merupakan rumpun bahasa Austronesia.

Kepercayaan

Masyarakat zaman neolitikum memercayai kekuatan-kekuatan gaib di luar kekuatan manusia. Kepercayaan masyarakat neolitikum adalah animisme dan dinamisme.

Animisme adalah kepercayaan tentang adanya roh-roh yang memiliki kekuatan di alam gaib, dan dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan karena ditempati roh atau merupakan perwujudan dari roh.

Masyarakat neolitikum percaya bahwa ada kehidupan lain bagi seseorang yang sudah meninggal, untuk itu diadakan upacara-upacara bagi seseorang terutama untuk kepala suku yang meninggal.

Penguburan dilakukan pada tempat yang dianggap sebagai tempat tinggal nenek moyang atau asal-usul anggota masyarakat.

Mayat yang dikubur tersebut diberi bekal kubur seperti perhiasan kapak yang indah, dan periuk. Puncak dari upacara penguburan didirikan bangunan dari batu-batu besar (bangunan megalitik).

Rumah kubur batu megalitik
Rumah kubur batu megalitik

Tujuan pemujaan terhadap arwah nenek moyang adalah untuk mendapatkan kesejahteraan bagi yang masih hidup, memberikan kesuburan tanah untuk bercocok tanam, dan agar hewan-hewan ternak dapat berkembang.

Baca kembali Peninggalan kebudayaan zaman Batu Muda

Pos terkait