Madagaskar negara yang dijuluki “Lahan fosil hidup”

Negara pulau Madagaskar telah dijuluki “lahan fosil hidup” karena banyaknya flora dan fauna yang luar biasa di sana. Di bagian dunia yang lain flora dan fauna itu tinggal fosilnya saja. Negeri ini penuh dengan burung, hewan, dan serangga. Namun, penghuni yang mungkin paling luar biasa adalah lemur, yaitu jenis primata yang kini hanya terdapat di Madagaskar saja.

Makhluk yang gesit ini adalah kerabat monyet, sedangkan bentuk dan kebiasaan umumnya juga mirip monyet. Kedua matanya yang besar bercahaya redup di malam hari sewaktu ia melompat dari pohon ke pohon di dalam hutan.

Penduduk Madagaskar, yang disebut bangsa Malagasi, sangat menghargai lemur dan bahkan ada yang percaya bahwa roh orang yang sudah mati bersemayam dalam tubuh hewan itu.

Madagaskar juga merupakan negeri bunglon. Kira-kira 2/3 jenis bunglon yang ada di dunia menghuni negeri ini. Banyak spesies burung yang hidup di Madagaskar tidak terdapat di tempat lain mana pun di dunia, sedangkan lahan yang penuh rona ini diwarnai dengan berbagai varietas flora purba yang telah lama lenyap dari seluruh dunia.

Geografi Madagaskar

Madagaskar terdiri atas satu pulau besar dan sejumlah pulau kecil di dekatnya. Pulau utamanya merupakan pulau terbesar keempat di dunia. Pulau ini terletak di Lautan Hindia sekitar 400 km di seberang Selat Mozambik dari pesisir tenggara Afrika. Keadaan geografi dan iklimnya cukup berbeda-beda di keenam kawasan utama pulau ini.

Daerah pertanian yang mungkin paling subur di negeri ini adalah daerah baratlaut. Karena tanahnya berupa endapan dari sungai besar yang ada di daerah ini, lahannya cocok untuk penanaman padi, tembakau, kacang tanah, singkong, dan kapas.

Daerah pesisir timur merupakan hutan belantara sejati dengan curah hujan tahunan kurang lebih 280 cm. Tanaman tumbuh subur di daerah yang beriklim hangat dan lembap. Kopi, padi, cengkeh, dan panili adalah komoditi ekspor utama, sedangkan berbagai buah-buahan dan sayuran tropis di jual ke pasar-pasar.

Plato tengah, yang tingginya rata-rata 1.000 m, beriklim sedang. Dataran tinggi itu melandai tajam ke pesisir timur dan tidak begitu tajam ke barat. Di dataran tinggi tersebut, penanaman padi, kopi, dan jagung mungkin dilakukan karena iklimnya yang sejuk dan adanya musim hujan. Wilayah ini juga sangat sesuai untuk peternakan sapi.

Daerah selatan merupakan daerah setengah gurun yang menyeramkan. Selama musim kemarau beberapa di antara sungai di kawasan ini hampir tidak berair. Akan tetapi, selama musim hujan beberapa di antara sungai itu arusnya menggelora sehingga memorak-porandakan semua sarana komunikasi.

Berbagai proyek irigasi telah memungkinkan perluasan penanaman jagung dan sisal. Wilayah tersebut juga dimanfaatkan untuk penggembalaan sapi, sedangkan bagian yang paling gersang dipakai untuk penggembalaan kambing.

Daerah barat merupakan suatu kawasan lereng yang sedikit demi sedikit melandai, sampai akhirnya menjadi suatu dataran yang cukup lebar dan rata di dekat laut. Karena keadaan cuacanya yang tidak menguntungkan hujan deras diseling dengan kegersangan yang luar biasa dan lahan yang mengalami erosi berat, wilayah pedalamannya hampir tidak berpenduduk

Akan tetapi, dataran pantainya beriklim Laut Tengah dan diairi oleh empat sungai utama, yaitu Betsiboka, Tsiribihina, Mangoky, dan Onilahy. Sebagian besar kawasan tersebut dahulu digunakan untuk penggembalaan ternak sapi, tetapi pada abad yang lalu penanaman padi telah dimulai di daerah rawa di dekat sungai, sedangkan untuk penanaman sayuran pun telah berhasil. .

Daerah utara merupakan wilayah pegunungan tinggi, termasuk Tsaratanana Massif, yang merupakan barisan tertinggi di negeri ini dengan ketinggian 2.880 m. Wilayah tersebut memiliki hutan yang sangat luas serta dataran yang subur dan bagus pengairannya. Produk pertanian utamanya adalah gula, kopi, panili, lada, dan padi.

Peta wilayah Madagaskar

Kunjungi Peta Madagaskar atau di google map

Kota Besar

Antananarivo adalah ibu kota dan juga kota terbesar di Madagaskar Kota ini berpenduduk lebih dari 520.000 jiwa. Di samping tepi jalannya yang sempit dan di lereng perbukitan di Antananarivo berjajar rumah bercat ceria.

Di salah satu bagiannya, berbagai toko dan hotel bergaya Prancis modern menciptakan suasana Eropa di jalan tersebut. Tidak jauh dari sana terletak pasar Zoma yang besar. Setiap hari Jumat penduduk dari kawasan plato tengah berbondong-bondong turun ke Zoma untuk memasarkan produk sayuran dan kerajinan tangan mereka ke pasar tersebut.

Pasar Zoma Madagaskar

Kota pelabuhan utamanya antara lain adalah Toamasina (Tamatave), Antsiranana (Diégo-Suarez), dan Toliary (Tuléar).

Kota Toamasina Madagaskar

Penduduk Madagaskar

Penduduk negara pulau ini menyebut diri mereka bangsa Malagasi. Meskipun asal-usul bangsa Malagasi tidak tercatat dalam sejarah, bukti bahasa dan adat istiadat menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Malagasi yang sekarang ini berasal dari suatu tempat di Indonesia, yang mungkin datang ke sana sebagai pedagang.

Migrasi dari Afrika terjadi juga kemudlan. Banyak di antara penduduk yang dapat memainkan jejo vaotavo, yalitu alat musik yang berasal dari Afrika. Alat ini berupa sepotong kayu panjang pripih dengan senar yang direntangkan di sepanjang kayu itu dan sebuah ca/abash atau labu kering pada salah satu ujungnya.

Adanya zebu, atau sapi bongkok dari Afrika, di Madagaskar juga merupakan bukti adanya migrasi penduduk dari benua itu. Diperkirakan bahwa sebagian dari penduduk Afnika itu masuk ke sana sebagai budak yang dibawa oleh para pedagang Arab sejak kira-k’ira tahun 900 Masehi dan seterusnya.

Menurut legenda beberapa kelompok tertentu, banyak orang Arab yang ada di pulau tersebut. Orang Arab tersebut agaknya adalah para pedagang yang telah mendirikan berbagai pos perdagangan di berbagai wilayah yang berbandar alam.

Kelompok masyarakat Antaimoro (penduduk yang berasal dari Moor), yakni keturunan orang Arab, dapat menulis dalam huruf Arab dan memahami isi Al Qur’an sejak sebelum tahun 1600 Masehi.

Pengaruh Arab cepat menyebar ke seluruh pulau itu dan meninggalkan jejak kebudayaannya. Nama hari dan bulan memperlihatkan pengaruh Arab. Di segenap penjuru pulau itu, terutama di daerah selatan, dapat kita saksikan tarian yang mirip dengan tarian keagamaan Turki dan dapat kita dengar musik yang bernapas Arab.

Sebagian besar Madagaskar merupakan ajang pembauran berbagai bangsa dan kebudayaan. Akan tetapi mayoritas penduduk Malagasi dapat dibagi ke dalam 8 kelompok utama, yang terbesar adalah kelompok masyarakat Merina.

Bersama-sama dengan kelompok Betsileo, mereka mencakup kira-kira sepertiga jumlah penduduk negeri ini. Kedua kelompok itu tinggal di wilayah dataran tinggi di plato tengah.

Sebagian besar kelompok Merina dan Betsileo yang tinggal di daerah pedesaan dalam kegiatan terlibat produksi beras dan. pemeliharaan ternak. Kelompok masyarakat Merina juga memegang peranan penting dalam dinas pemerintahan.

Kelompok masyarakat Betsimisaraka terdapat di pesisir timur Madagaskar. Warga kelompok ini mahir menenun dan memanfaatkan mendong serta tanaman menjalar untuk membuat tikar, sandang, dan jala untuk menangkap ikan dan berburu. Mereka bercocok tanam padi dan memelihara hewan piaraan.

Kelompok masyarakat Antandroy, Bara, dan Mahafaly tinggal di dataran selatan yang setengah gersang. Mereka kebanyakan menggembala sapi, menangkap ikan, dan, sampai batas tertentu, juga melakukan usaha tani untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Lazimnya, para pria bertugas menggembala ternak dan menangkap ikan, sedangkan wanitanya menggarap kebun yang kecil.

Kelompok masyarakat Sakalava terdapat di sepanjang pesisir barat Madagaskar. Mereka kebanyakan penggembala sapi yang juga bergantung kepada penangkapan ikan dan pertanian untuk nafkahnya. Tanaman utama mereka adalah padi.

Kelompok masyarakat Tsimihety adalah petani dan penggembala yang hidup di kawasan utara yang bergunung-gunung. Akan tetapi, seperti halnya banyak kelompok lainnya, akhir-akhir ini mereka mulai pindah ke berbagai bagian pulau itu.

Sebagian besar kaum pria dan kaum wanita Malagasi memakai lamba, yakni syal yang sangat besar. Sebagian warga Merina mengenakan lamba biasa yang tidak dikelantang yang terbuat dari kain mori, meskipun sebagian lagi memakai syal yang berwarna mencolok dari bahan wol yang ditenun dengan menggunakan teknik yang disebut tenun jalur. Lamba warga Sakalava, yang disebut Iambahoany, dicelup dalam berbagai warna mencolok, terutama merah.

Yang dipakai warga Bara biasanya berwarna biru cerah. Warga Betsimisaraka dari pesisir timur biasanya memakai baju tanpa kancing yang terbuat dari tenunan raffia. Sebagian besar penduduk kota besar memakai busana gaya barat.

Menu makanan pokok sebagian besar penduduk Malagasi terdiri atas nasi, brettes (sayuran hijau yang mirip bayam), dan singkong. Bagi yang mampu, menu itu dilengkapi dengan daging atau ikan. Di kawasan gurun di sebelah selatan, jagung merupakan bahan pangan utama.

Kegiatan keagamaan terpusat pada mas ,lah pemujaan roh nenek moyang. Sebagian penduduk Madagaskar percaya kepada reinkarnasi roh, yaitu bahwa nenek moyang yang telah meninggal lahir kembali sebagai hewan, misa|nya buaya, ular, atau lemur. Hewan ini dipuja-puja di kalangan penduduk yang menganut kepercayaan tersebut.

Kira-kira 40% penduduk beragama Kristen; separuhnya adalah pemeluk agama Katolik Roma dan yang separuh lagi Protestan. Terdapat pula keIompok masyarakat penganut Islam yang cukup besar.

Seluruh penduduk Madagaskar berbahasa satu-yaitu Bahasa Malagasi. Bahasa Malagasi, yang bersama bahasa Prancis merupakan bahasa resmi negara, ditulis dalam huruf latin. Bunyi kata-katanya lunak dan pengucapannya lemah lembut. Bahasa Malagasi kaya dengan frase yang berbunga-bunga. Surya, misa|nya, disebut ”mata hari”.

Kurang lebih 50% anak di negara ini bersekolah di sekolah dasar. Ada pula anak yang meneruskan belajar ke sekolah menengah dan sekolah teknik di pulau ini. Madagaskar juga mempunyai sejumlah sekolah keguruan dan sekolah pertanian, sedangkan sebuah universitas terdapat di Antananarivo.

Perikehidupan

Bangsa Malagasi banyak mempunyai kesamaan dalam berbagai hal. Meskipun tata cara penguburan berbeda-beda di antara berbagai kelompok, semua penduduk Madagaskar percaya bahwa mayat harus dikuburkan dengan upacara besar dan harus dilengkapi dengan tanda tertentu yang tidak mudah rusak.

Warga Merina membangun makam yang besar-besar bagi raja mereka. Orang Betsileo menyembunyikan mayat raja mereka di gua dan menutupinya dengan emas tuangan. Warga Mahafaly yang hidup di kawasan gurun di sebelah se|atan membangun makam yang berbentuk empat persegi panjang setinggi kira-kira 1,20 sampai 1,50 m.

Di atas makam itu mereka pasang tonggak berukir yang disebut alo-alo yang menggambarkan aneka peristiwa yang dia|ami orang yang sudah meninggal itu. Warga Sakalava mengubur warganya yang sudah meninggal di tanah pekuburan.

Setiap kuburan dikelilingi pagar yang dihias dengan ukir-ukiran pada keempat sudutnya dan di bagian tengah di antara keempat sudut itu. Warga Bara memancangkan salib besar dan menutupinya dengan tanduk sapi jantan yang dagingnya dimakan pada saat penguburan.

Upacara pemakaman itu diwarnai dengan pesta, tembang, dan tari-tarian. Beberapa kelompok tertentu menyelenggarakan upacara penguburan yang berlangsung sampai selama 30 hari, meskipun pihak pemerintah akhir-akhir ini telah menetapkan bahwa upacara pemakaman harus dibatasi hanya sampai 4 hari saja.

Kehidupan keluarga di seluruh Madagaskar adalah sangat akrab dan amat menghormati kaum lanjut usia. Setiap desa dikelola oleh suatu dewan. Para pria lanjut usia mendapat kedudukan terhormat dan pendapat mereka dijunjung tinggi.

Bangsa Malagasi percaya bahwa semakin lanjut usia seseorang semakin bijaksanalah dia, maka pendapatnya lebih berharga daripada pendapat orang yang lebih muda. Berbicara di depan umum, yang disebut kabary dianggap sebagai seni yang agung.

Yang sangat disanjung adalah pengungkapan peribahasa (hainteny) dan kata mutiara lainnya. Orang yang berambisi politik harus mahir berbicara di depan umum dan harus menghafalkan banyak peribahasa.

Rumah orang Malagasi terbuat dari tanah yang dicetak atau kayu dan pada umumnya berbentuk empat persegi panjang. Di kawasan hutan di pesisir timur, rumah mereka dibangun di atas anjungan untuk menghindari banjir.

Di kawasan gurun yang kering di sebelah selatan, rumah mereka seringkali berstruktur semak belukar temporer karena langkanya kayu dan adanya hujan lebat yang mengakibatkan banjir besar.

Rumah di kawasan plato tengah yang dihuni warga Merina dan Betsileo merupakan tempat tinggal tetap. Dahulu, rumah tersebut dibuat dari papan; tetapi sekarang rumah yang berdinding batu bata, atau tanah yang dicetak, lebih disukai.

Rumah tersebut biasanya berlantai tiga, yang dua lantai pertamanya dibagi menjadi dua ruangan. Dapur terletak di lantai ketiga. Di beberapa bagian negeri ini, rumah dibangun dengan teknik siaobangun, kecuali kerangkanya.

Cara membangun seperti ini bersumber pada kepercayaan bahwa roh jahat berupaya untuk masuk ke rumah dan menyebabkan anak-anak sakit. Ketika rumah baru sedang dibangun, roh itu bergentayangan sambil menunggu saat untuk masuk ke rumah itu.

Oleh sebab itu, kerangkanya dibangun lebih dahulu dan dibiarkan berdiri sampai selama setahun, sedangkan dinding dan atapnya dibuat dengan sembunyi-sembunyi.

Pada hari yang oleh dukun dipastikan bahwa roh jahat sudah jemu menunggu, penduduk beramai-ramai bergegas menuju ke empat sisi rumah itu dengan membawa dinding yang sudah siap-bangun itu. Tidak lama kemudian rumah itu sudah rampung dibangun, jendela dan pintunya ditutup rapat-rapat, sedangkan roh tersebut tetap berada di luar.

Orang Malagasi terkenal dengan kanonya yang berpelampung samping, yang mungkin diperkenalkan oleh para pedagang Indonesia di zaman dahulu. Penduduk pesisir barat menggunakan kano semacam itu untuk menangkap ikan di sela-sela karang, sedangkan penduduk pesisir timur menggunakan perahu dhow Arab.

Pekerjaan pandai besi rupa-rupanya telah dikenal oleh penduduk Malagasi sebelum kedatangan orang Eropa, begitu pula seni pembuatan perkakas, tenun-jalur, pembuatan gerabah, peternakan sapi, pandai emas, dan pembuatan kertas.

Madagaskar mempunyai kelompok masyarakat Eropa, India, dan Cina yang tidak begitu besar tetapi berpengaruh. Orang Eropa bergerak di sektor perdagangan dan industri yang berpusat di sekitar Antananarivo, sedangkan orang Cina memiliki dan mengusahakan berbagai toko kecil di Toamasina di pesisir timur pulau itu. Penduduk India tinggal di pesisir barat Madagaskar. Seperti halnya orang Cina, mereka mengusahakan berbagai perusahaan kecil.

Ekonomi

Perekonomian Madagaskar terutama didukung oleh pertanian. Produksi pertanian mencakup 90% nilai ekspor dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi 85% penduduk Beranekaragamnya tanah dan iklim di seluruh negara ini sangat sesuai untuk penganekaragaman tanaman.

Padi ditanam pada lebih dari separuh areal pertanian dan merupakan tanaman pangan yang paling penting. Berbagai varietas padi bermutu tinggi telah dikembangkan, terutama untuk ekspor.

Tanaman perdagangan terpenting adalah kopi, panili, tebu, sisal, dan tembakau. Kopi merupakan komoditi ekspor utama, sedangkan panili Madagaskar merupakan 2/3 produk panili dunia.

Di pulau ini populasi ternak sapi lebih banyak daripada populasi penduduknya. Akan tetapi, sapi dipandang sebagai simbol status dan bukan sekedar sebagai sumber pendapatan. Babi, domba, dan kambing juga dipelihara oleh penduduk. Unggas melimpah di pulau ini dan ikan merupakan sumber protein yang penting.

Industri hanya sedikit sekali di Madagaskar. Sebagian besar industri mencakup pemrosesan produk pertanian.

Di samping grafit yang merupakan produk terbesar di dunia, mika merupakan mineral lain yang ditambang dalam kuantitas yang berarti di Madagaskar. Namun, terdapat pula endapan kecil batubara, uranium, emas, nikel, boksit, dan batu mulia. Pada tahun 1980 presiden mengumumkan ditemukannya sejumlah minyak bumi.

Sejarah Madagaskar

Pulau Madagaskar pertama kali disebut-sebut dalam berbagai dokumen perdagangan Arab pada abad ke-10 dan agaknya telah menjadi batas selatan jalur perdagangan Arab pada masa itu.

Terdapat spekulasi bahwa pulau yang dihuni oleh burung roc yang besar, yaitu burung legendaris berukuran sangat besar yang disebut-sebut dalam dongeng Sinbad itu, boleh jadi adalah pulau Madagaskar.

Hubungan pertama dengan orang Eropa dimulai pada tahun 1500, ketika Diogo Dias, seorang kapten laut Portugis, melihat pesisir selatan Madagaskar setelah mengelilingi Tanjung Harapan.

Begitu pulau tersebut mulai dikenal di Eropa, para pedagang Belanda, Portugis, Prancis, dan Inggris berupaya untuk mendirikan koloni atau pos perdagangan dan mendesak orang Arab. Hanya Prancis yang berhasil mendirikan koloni di sana.

Pada abad ke-16 dan ke-17 berbagai kerajaan Malagasi mulai bermunculan. Yang paling menonjol di antaranya adalah kerajaan Sakalava, Betsimisaraka, Betsileo, dan Merina.

Menjelang tahun 1800, Andrianampoinimerina, raja Merina, berhasil mempersatukan rakyatnya dan merintis jalan bagi putranya, Radama I, untuk mengupayakan penaklukan seluruh pulau itu. Radama berhasil menguasai sebagian besar Madagaskar dan mengalahkan kerajaan Betsileo dan Sakalava, namun ia meninggal sebelum rencananya terealisasi.

Dalam masa itu, pengaruh Inggris dan Prancis tetap kuat di pulau itu. Akan tetapi, hak untuk menguasai Madagaskar akhirnya diraih oleh Prancis yang memaksakan status protektorat atas Ratu Ranavalona III tahun 1885.

Pada 1896 Prancis mengambiI-alih pulau itu sepenuhnya dengan dalih bahwa bangsa Malagasi tidak mampu memerintah rakyatnya sendiri. Madagaskar memperoleh status otonomi di lingkungan Masyarakat Prancis tahun 1958 dan memperoleh kemerdekaan penuh tahun 1960.

Presidennya yang pertama, Philibert Tsiranana, menduduki jabatannya sampai tahun 1972 ketika dia dipaksa untuk mengundurkan diri oleh pihak militer yang mengambiI alih pemerintahan. Menyusul diberlakukannya undang-undang dasar baru tahun 1975, Laksamana Didier Ratsiraka terpilih sebagai presiden.

Dia terpilih kembali pada 1982 dan 1989. Pada Februari 1993 Ratsiraka yang tidak menyetujui rencana konstitusi baru dikalahkan oleh perdana menterinya, Albert Zafy, dengan dua pertiga suara yang masuk. Zafy memulai pemerintahannya pada 9 Maret 1993.

Diulas oleh: NORMA McLEOD, Universitas Tulane
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait