4 jenis pakaian Adat Aceh lengkap penjelasannya

Ada dua nama dalam pakaian adat Ulee Balang, yakni Linto Baro untuk pakaian adat Aceh untuk lelaki, dan Daro Baro yang disebut pakaian tradisi Aceh untuk wanita. Indonesia masyarakat menyebutnya Baju Ulee Balang. Pakaian dikenakan baik untuk pria maupun wanita. Uniknya, pakaian pria dan wanita Aceh memiliki nama yang berbeda, pakaian pria disebut Linta Baro, dan pakaian wanita disebut Daro Baro.

Pada zaman sejarah pakaian tradisional Aceh tersebut biasa dikenakan oleh para sultan serta para pembesar kerajaan Aceh kala itu, namun di era modern pakaian tradisional tersebut biasa digunakan oleh kedua mempelai yang akan melangsungkan sebuah pernikahan.

Bacaan Lainnya

Pakaian adat Aceh memiliki ciri khas sendiri yang tentunya mencerminkan seni dan budaya masyarakatnya. Pakaian pria (Linta Baro) biasa digunakan oleh pria dewasa ketika menghadiri sebuah upacara adat maupun acara resmi pemerintahan. Menurut beberapa sumber sejarah, pakaian tersebut telah ada sejak zaman Kerajaan Perlak dan Samudra Pasai.

Baju Linta Baro terdiri dari baju dan celana panjang yang masing-masing memiliki nama sendiri. Baju atas disebut Baju Meukasah, sedangkan celana panjangnya disebut Siluweu.

Pakaian tradisional Aceh dilengkapi asesoris kain sarung namanya ijo krong, sebilah siwah/rencong (senjata tradisional khas Aceh), dan penutup kepala disebut Meukeutop.

Gambar pakaian adat aceh

Karena perkembangan zaman, pakaian tradisional Aceh memiliki banyak motif, namun karena keterbatasan di sini kami contohkan 4 motif saja, yang mayoritas pakaian tersebut dikenakan untuk upacara pengantin.

Motif 1

Motif Pakaian Adat Aceh

Baca juga: Pakaian adat Sumatera Utara

Motif 2

Motif 2

Pakaian adat Aceh Motif 3

Motif 3

Pakaian adat Aceh Motif 4

Motif 4

Di Aceh pernah berdiri sebuah kerajaan yang sangat terkenal pada zamannya, kunjungi: Munculnya Kerajaan Aceh Darussalam.

Pakaian adat kartun

Pakaian Adat Pengantin Aceh

Berikut pakaian gambar pakaian adat pengantin Aceh:

Perlengkapan Pakaian adat Aceh

1. Linto Baro

Linto Baro sebagai pakaian tradisi Aceh yang khusus ditujukan untuk golongan pria. Dalam baju Linto Baro ada tiga sisi, yakni atas, tengah, dan bawah dengan dibarengi senjata tradisionil sebagai pendamping baju tradisi.

Meukeutop

Di bagian atas ada meukeutop. Benda ini berupa lonjong ke atas dan berperan sebagai penutup kepala seperti mahkota. Meukeutop diperlengkapi dengan belitan yang disebutkan tengkulok, yang dengan bahan kain sutera, dan mempunyai skema berupa bintang persegi delapan.

Ada lima warna yang ada pada meukeutop. Masing-masing warna itu mempunyai makna yang berbeda. Merah menyimbolkan kepahlawanan, hijau menyimbolkan agama Islam, kuning menyimbolkan kesultanan, hitam menyimbolkan keteguhan, dan putih menyimbolkan kesucian.

Meukasah

Selanjutnya ada meukasah, yang ada di sisi tengah. Sisi ini dibuat dari benang sutera yang ditenun. Warna meukasah biasanya ialah hitam, yang menggambarkan lambang kebesaran menurut warga Aceh.

Walau Aceh kental dengan budaya Melayu dan Islam, tetapi pakaian tradisi mereka sedikit terdapat sentuhan dari budaya China. Tetapi ini ialah hal yang lumrah, ingat riwayat Aceh yang dahulu sempat jadi lajur lintasi perdagangan untuk bangsa China.

Sileuweu

Selanjutnya berlanjut ke sisi bawah, ada yang disebutkan sileuweu, yang dikenal juga dengan istilah celana cekak musangnya beberapa pria. Sileuweu ialah celana panjang dengan warna hitam yang dibuat dari kain katun yang ditenun. Pada bagian bawah ada hiasan dengan skema dibuat dari benang emas.

Sileuweu diperlengkapi dengan sarung songket sutera, yang dikenali bernama Ija Lamgugap. Kain ini nanti akan dikenai pada bagian pinggang dengan panjang rerata di atas lutut. Kain ini harus dipakai beberapa pria dengan arah agar bisa menambahkan kewibawaan dari penggunanya.

Rencong

Selanjutnya untuk pendamping paling akhir, senjata tradisionil Rencong diikutsertakan dalam baju tradisi Linto Baro ini. Rencong atau Siwah ialah sebuah belati yang seperti huruf L, yang sisi kepalanya dibuat dari perak atau emas. Ada pula batu permata sebagai hiasan di senjata ini. Senjata ini dulu dipakai oleh beberapa sultan dan pembesar. Rakyat biasa bisa juga memakai rencong, tetapi sisi kepalanya dibuat dari sundul hewan. Mata belati Rencong dibuat dari kuningan atau besi yang warna putih.

2. Daro Baro

Dan pakaian tradisi Aceh untuk wanita dikenali bernama Daro Baro. Berlainan dengan baju Linto Baro untuk golongan pria yang dikuasai dengan warna hitam, Daro Baro malah dihias dengan bermacam warna, seperti hijau, kuning, merah, dan ungu.

Disamping itu, baju tradisi Daro Baro ada beberapa aksesori berbentuk perhiasan sebagai pendamping. Untuk pakaiannya, yakni pakaian kurung, dibuat berdasar dampak budaya Arab, Melayu, dan China, hingga kelihatan kendur. Design ini mempunyai tujuan untuk tutupi lekuk badan wanita.

Pakaian Kurung

Pakaian tradisi Aceh pada wanita mempunyai material dasar yang sama yang dipakai pria, yakni dibuat dari tenunan benang sutera dengan pola dari benang emas. Pemakaian pakaian kurung ini akan diperlengkapi dengan sarung songket, yang berperan untuk tutupi sisi pinggul wanita.

Songket ini akan diikat memakai tali pinggang yang dibuat dari perak atau emas, yang namanya Taloe Ki leng Patah Sikureueng. Dan di bagian leher atau kerah, ada perhiasan wanita ciri khas Aceh yang namanya Boh Dokma.

Cekak Musang

Celana Cekak Musang sebetulnya mempunyai design sama dengan celana Sileuweu yang ada di pakaian tradisi Aceh pria . Maka, Cekak Musang mempunyai mode yang melebar ke bawah, tetapi dengan warna yang ceria, yang sesuaikan warna Pakaian Kurung yang dikenai. Celana ini dilapis dengan sarung tenun yang panjangnya sampai ke lutut.

Ada hiasan di pergelangan kaki pada celana Cekang Musang. Hiasan ini mempunyai wujud sulaman yang dibuat dari benang emas hingga percantik design celana itu. Cekak Musang kerap dipakai beberapa wanita Aceh saat mereka tampilkan tarian tradisionil ciri khas Aceh.

Perhiasan

Selanjutnya untuk perhiasannya, beberapa wanita akan diperlengkapi dengan beragam perhiasan, seperti Patam Dhoe yakni perhiasan berupa mahkota, Subang atau anting-anting, dan Taloe Tokoe Bieung Meuih yakni perhiasan berbentuk kalung.

Pada Patam Dhoe, ada tulisan kaligrafi tertulis lafadz Allah dan Muhammad di bagian tengahnya, yang dikitari dengan pola bunga dan bulatan-bulatan. Pola itu disebutkan dengan Bungoh Kalimah oleh warga Aceh. Mahkota ini jadi bukti wanita itu sudah menikah dan sudah jadi tanggung-jawab suaminya.

Tidak cuman pada mahkota saja, kekhasan perhiasan pada baju tradisi Aceh ada pada Taloe Tokoe Bieung Meuih atau perhiasan berbentuk kalung, di mana kalung emas itu mempunyai enam batu berupa hati dan satu berupa kepiting.

Kunjungi pakaian adat lainnya

Pos terkait