Para penjelajah pertama ke Arktik

Para penjelajah pertama ke Arktik – Menurut catatan yang ada, penjelajah kutub yang pertama adalah Phyteas, seorang ahli matematika, ilmuwan, dan nakhoda Yunani yang hidup pada abad ke-4 sebelum Masehi. Dia membayangkan adanya lahan tak dikenal yang terletak di sebelah barat dan utara Selat Gibraltar.

Kehausannya untuk berkelana dan menimba pengetahuan serta ilmu selalu menggoda Phyteas; dunia perniagaan mampu menghilangkan kehausannya itu.

Para saudagar di Marseilles, yang selalu ingin mengeruk keuntungan lebih besar dari perdagangan mineral, bulu binatang, dan kain brokad, berhasil diyakinkan oleh Phyteas bahwa bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan harga rendah di sumbernya. Para saudagar sepakat menyediakan sejumlah kapal beserta awaknya bagi Phyteas untuk ekspedisinya.

Pada kira-kira tahun 330 sebelum Masehi, Phyteas berlayar melalui selat itu dalam pelayaran pertama yang tercatat dalam sejarah ke daerah kutub utara. Kapal itu terus berlayar menyusuri pesisir barat Eropa dan menyeberangi Selat Inggris menuju ke Inggris.

Selama dalam pelayarannya itu Phyteas mengamati pasang samudra karena adanya hubungan antara gaya tarik bulan dan pasang. Phyteas berlayar mengitari Inggris serta menjelajah daerah pedalamannya, dan memuaskan para pendukung keuangannya berkat keberhasilan usaha perniagaannya yang sangat menguntungkan.

Para penjelajah pertama ke Arktik

Para penjelajah pertama ke Arktik

Kunjungi Peta Arktik di google map

Sewaktu berada di Inggris, Phyteas mendengar tentang adanya suatu lahan yang berselimut es di sebelah utara. Dia meneruskan pelayarannya untuk memastikan ada tidaknya lahan yang berselimut es di sebelah utara itu.

Dalam perjalanannya, di suatu tempat yang bernama Thule (yang menurut perkiraan kebanyakan ahli terletak di Islandia, meskipun sekarang Thule adalah nama sebuah kota kecil di Tanah Hijau, Phyteas dihadang oleh kabut tebal, yang digambarkannya sebagai “suatu substansi lunak, tempat bumi, udara, dan laut berbaur menjadi satu dan tempat jagat raya mengambang”.

Phyteas yakin bahwa dia telah sampai di ujung bumi. Sedang sebenarnya, saat itu dia terkurung di suatu tempat yang disebut benua putih oleh para penjelajah modern dan yang oleh para pilot pesawat terbang dikatakan ”seperti terbang menembus mangkuk yang berisi susu”. Itu adalah kondisi atmosfer yang khas daerah kutub, yang membuat permukaan es atau salju dan udara di sekitarnya seakan-akan berbaur menjadi satu.

Tidak terdapat catatan tentang adanya penjelajah kutub sesudah Phyteas sampai abad ke-9 Masehi, ketika para biarawan Irlandia yang mungkin melarikan diri dari peperangan berlayar dalam perahu-perahu berlapis kulit mentah yang disebut korakel.

Para biarawan yang gagah berani ini mungkin merupakan penjelajah pertama yang mencapai Pulau Faeroe, Pulau Jan Mayen, Islandia, dan bahkan mungkin juga Tanah Hijau. Para biarawan inilah yang berada di pantai untuk menyambut kedatangan para penjelajah Viking pertama pada saat perahu panjang mereka yang berhiaskan ukiran naga pada haluannya itu mencapai Islandia.

Bangsa Viking yang tangguh itu memainkan peranan utama dalam penjelajahan daerah Arktik pada abad ke-9 dan ke-10. Salah seorang di antaranya yang paling terkenal adalah Erik si Merah, yang dilahirkan di Nomegia kira-kira pada tahun 950 Masehi.

Ketika berumur 20 tahun, dia diduga telah melakukan dua kali pembunuhan sehingga terpaksa melarikan diri ke Islandia. Di sana dia menikah dan bermukim untuk menggarap lahan.

Sayangnya, watak kerasnya menyeret dirinya ke dalam suatu percekcokan. Lagi-lagi dia melakukan pembunuhan dan dinyatakan sebagai pelanggar hukum. Dia membentuk sebuah ekspedisi dan berlayar ke arah barat bersama keluarganya untuk mencari lahan baru.

Kira-kira pada tahun 982 dia menemukan lahan yang sekarang dikenal sebagai Tanah Hijau dan mendirikan dua koloni kecil di pesisir baratdaya lahan itu. Di sini nasib Erik lebih baik. Dia menjalani hidupnya di sebuah lahan pertanian bersama keluarganya dan selalu bersikap bersahabat terhadap para tetangganya.

Koloni di Tanah Hijau yang berpenduduk sekitar 2.500 jiwa itu bertahan selama kira-kira 4 abad, tetapi kemudian lenyap tak berbekas. (Diduga penduduk koloni itu musnah ditelan wabah penyakit menular atau dibantai oleh orang Eskimo, atau mungkin juga karena malagazi selama beberapa generasi.) Menjelang tahun 1400 kolonisasi Tanah Hijau telah berakhir.

Pengetahuan tentang Arktik yang sekalipun masih serba sedikit itu telah membuahkan produksi peta-peta baru, yang menggugah imajinasi dan minat para ilmuwan, penjelajah, dan pihak-pihak yang membayangkan kekayaan melimpah yang mungkin bakal diperoleh seandainya dapat ditemukan jalur laut yang lebih pendek ke negeri Cina.

Penaklukan jalur laut yang mereka sebut Celah Baratlaut dan Celah Timurlaut itu dan gelar kehormatan yang bakal mereka peroleh sebagai orang pertama yang mencapai Kutub Utara merupakan tantangan baru di Arktik.

Pos terkait