Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, dan Sulawesi Selatan

Pemberontakan DI/TII itu berlangsung di berbagai daerah nusantara ini. Yang paling tampak menonjol ada di empat daerah di Indonesia, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh dan Sulawesi Selatan. Berikut bahasan sekilasnya.

Pemberontakan di Jawa Barat

Pada tanggal 14 Agustus 1949 Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya “Negara Islam Indonesia”. Gerakkan yang dipimpin disebut “Darul Islam” (DI), sedangkan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Sehingga nama gerombolannya terkenal dengan sebutan DI/TII.

Bacaan Lainnya

Gerombolan tersebut bermula muncul pada waktu terjadi penarikan TNI dari wilayah yang diduduki Belanda ke wilayah RI, sebagai akibat Persetujuan Renville.

Jadi semua Angkatan Bersenjata yang masih di Jawa Barat harus ditarik ke Jawa Tengah. Tetapi kesempatan ini disalahgunakan oleh Kartosuwiryo  Ia mengumpulkan mereka yang setia kepadanya dan dihimpun dalam tentara “Darul Islam”.

Tindakan itu tidak dapat dibenarkan, karena membahayakan persatuan nasional. Apalagi setelah melihat berbagai tindakannya yang sangat mencemaskan masyarakat. Teror, pembunuhan, pengrusakan dan pengambilan harta kekayaan penduduk, terus dilakukan. Dengan demikian, penduduk Jawa Barat menjadi terancam.

Untuk menumpas gerombolan DI/TII di Jawa Barat tersebut, maka dengan bantuan rakyat TNI melancarkan operasi Pagar Betis. Dengan operasi ini ternyata pada thun 1962 gerombolan ini dapat dibinasakan. Karto Suwiryo sendiri ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Baca juga: Sejarah pemberontakan PRRI dan Permesta

Pemberontakan DI TII

Pemberontakan di Jawa Tengah

Di daerah Tegal dan Brebes timbul gerakan “Majelis Islam” yang dipimpin oleh Amir Fatah. Kemudian di Kebumen muncul gerakan yang disebut “Angkatan Umat Islam”, dipimpin oleh Mahfudh Abdul Rakhman (Kyai Sumolangu). Kedua gerakan itu hendak bergabung dengan DI/TII Kartosuwiryo.

Untuk mengatasi itu, maka dibentuklah pasukan “Banteng Raiders”. Pasukan itu kemudian mengadakan operasi ketat yang dinamakan “Gerakan Banteng Negara” (GBN). Tahun 1954 gerombolan DI/TII di Jawa Tengah dapat ditumpas.

Baca juga: Pemberontakan PKI setelah Indonesia merdeka

Pemberontakan di Aceh

Tanggal 21 September 1953 di Aceh timbul pemberontakan yang dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh. Kaum pemberontak ini juga menyatakan bahwa Aceh sebgai bagian negara Islam Indonesia di bawah pimpinan Kartosuwiryo.

Pemerintah kemudian mengirim pasukan untuk menghadapi gerombolan DI/TII Aceh tersebut. Tetapi, setelah beberapa tahun dikepung, pada tanggal 21 Desember 1963 tercapailah “Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh”. Banyak para pengikut gerombolan itu yang kembali ke pangkuan RI.

Dengan demikian, pemberontakan DI/TII di Aceh dapat diselesaikan dengan damai. Walaupun gerakkan semacam ini masih sering muncul di sana, misalnya gerakan Aceh Merdeka.

Pemberontakan di Sulawesi Selatan

Tahun 1952 Kahar Muzakar menyatakan bahwa Sulawesi Selatan merupakan bagian “Negara Islam Indonesia” Kartosuwiryo. Gerombolan DI/TII pimpinan Kahar Muzakar ini kemudian mengadakan gerakan teror.

Karena itu pemerintah segera mengirimkan pasukannya. Tahun 1965 gerombolan dapat ditumpas. Kahar Muzakar tertangkap dan ditembak mati.

Baca juga: Pemberontakan APRA, Andi Azis dan RMS

Kronologi dan Penumpasan DI/TII

Dikutip dari Tirto.id – Dalam Abdul Qohhar Mudzakar: Dari Patriot Hingga Pemberontak (1992) Anhar Gonggong menerangkan, pemberontakan terjadi dengan dua periode, yaitu 1951-1953 dan 1953-1965. Ia membangun negara yang disebut beragama Islam, namun hanya bisa bergerak dengan cara bergerilya di hutan.

Saat itu, kelompoknya disebut Republik Persatuan Islam Indonesia (RPII) dan bermarkas di Gunung Latimojong, Enrekang, Sulawesi Selatan. Mereka bersembunyi di balik rimbunnya hutan-hutan hingga sulit ditemukan oleh pasukan yang ingin menumpasnya. Tidak jarang, malah masyarakat sipil yang sering melihat lalu lalang Kahar Muzakkar dan pasukannya ketika hendak ke sungai.

Pada awal Februari 1965, keberadaan tempat persembunyian Kahar Muzakkar mulai terendus oleh Tentara Divisi Siliwangi yang dipimpin oleh Pembantu Letnan Satu Umar Sumarsana. Berdasarkan tulisan Kodam Siliwangi dalam buku Siliwangi dari Masa ke Masa (1979), terungkap bahwa saat itu di seberang Sungai Lasalo, terdapat beberapa orang yang mandi.

Para pasukan Umar mengamini bahwa ada pemukiman gerombolan di sekitar sungai tersebut. Tanggal 3 Februari 1965 pukul 03.00 WITA, Umar memimpin pasukannya hingga menemukan beberapa buah gubuk.

Siliwangi dari Masa ke Masa (1979) menjelaskan juga bahwa ketika itu seseorang yang tidak lain adalah Kahar Muzakkar keluar dari sebuah gubuk dan memegang granat di tangannya. Sontak, Ili Sadeli, Kopral Dua Siliwangi, menembakkan peluru panasnya tepat ke arah dada Kahar Muzakkar. Di waktu itu juga, pemimpin RPII tersebut tumbang, bahkan hingga menemui ajalnya.

Faq

Apa latar belakang Pemberontakan DI/TII

Terjadinya pemberontakan DI/TII dilandasi karena ketidakpuasan dari Kartosoewirjo terhadap kemerdekaan Republik Indonesia. Waktu itu, kemerdekaan RI dibayang-bayangi kehadiran Belanda yang masih ingin berkuasa atas Indonesia.

Siapa pemimpin pemberontakan DI/TII di Jawa Barat?

Tokoh pemimpin pemberontakan DI/TII Jawa Barat adalah Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.

Pos terkait