Peristiwa Merah Putih pimpinan Ch. Taulu di Menado

Peristiwa Merah Putih – Setelah rakyat Manado mendapat berita tentang Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, maka berita tentang Proklamasi itu segera disambut dengan gembira. Begitu juga rakyat di daerah-daerah lain di seluruh Minahasa benar-benar merasa gembira dalam menyambut berita ini.

Mereka menyatakan kegembiraannya itu dengan mengibarkan bendera Merah Putih secara serentak. Di mana-mana bendera Merah Putih berkibar dengan gagah perkasa. Di samping itu, seluruh rakyat juga siap sedia untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan itu.

Bacaan Lainnya

Pejuang Minahasa

Pada tanggal 22 Agustus 1945 para pejuang Minahasa segera bertindak untuk mengambil alih kekuasaan pemerintahan dari tangan Jepang kepada bangsa Indonesia. Sementara itu di Minahasa segera dibentuk Dewan Minahasa sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan.

Para pemimpin rakyat seperti Dauhan, Tindar dan lainnya segera memimpin organisasi-organisasi pemuda “Hotosintai” yang telah ada pada waktu itu, yang telah dibentuk pada jaman Jepang.

Selanjutnya organisasi itu dijadikan wadah bagi para pejuang bangsa Indonesia untuk siap sedia membela dan mempertahankan kemerdekaan.

Peristiwa Merah Putih pimpinan Ch. Taulu di Menado
Peristiwa Merah Putih pimpinan Ch. Taulu di Menado

Kedatangan Sekutu

Pada saat tentara Sekutu mendarat di Minahasa yang terdiri dari pasukan Australia yang diboncengi NICA, pasukan Sekutu itu segera memaksakan kekuasaannya di Minahasa dengan melarang berkibarnya bendera Merah Putih di seluruh Minahasa. Para pemimpin masyarakat banyak yang ditangkap Belanda.

Sedangkan para pemimpin yang tidak ditangkap oleh Belanda segera berjuang untuk membela dan menegakkan pemerintahan Republik. Mereka lalu bekerjasama dengan pasukan-pasukan KNIL yang setuju kepada pemerintahan Indonesia.

Kemudian diadakan rapat rahasia di suatu tempat untuk membicarakan bagaimana caranya merebut kembali kekuasaan dari tangan Belanda yang akan dilaksanakan pada tanggal 14 Pebruari 1946.

Tetapi sayang, rencana para pemimpin itu telah tercium oleh Belanda sebelumnya, sehingga pada tanggal 9 Pebruari 1946 semua rakyat Indonesia yang menjadi anggota KNIL yang berada di Tangsi Hitam dikumpulkan oleh Belanda. Semua peluru yang dimiliki dan yang ada di dalam senjata disita oleh Belanda. Beberapa orang yang dicurigai ditangkapnya.

Baca juga: Pertempuran Medan Area dan peristiwa Krueng Panjo

Semangat Rakyat Melawan Belanda

Namun demikian, semangat untuk mempertahankan kemerdekaan tidak dapat dihalangi begitu saja. Semangat untuk membela kemerdekaan selalu berkobar di hati rakyat, bagaikan matahari yang datang dari sebelah timur untuk memancarkan cahayanya, tidak dapat dihalang-halangi oleh siapapun juga.

Tekad dan semangat rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan terus bergelora di hati sanubarinya. Meskipun para pemimpin banyak yang ditangkap, senjata dan pelurunya, tetapi rencana yang sudah jadi tetap akan dilaksanakan.

Pada tanggal 14 Pebruari 1946 dinihari 8 orang KNIL dengan bersenjata tanpa peluru menyergap dan menyerang pegawai-pegawai NICA yang berada di Tangsi putih dan segera membebaskan orang-orang Indonesia yang ditawan Belanda, dan diajaknya untuk melawan Belanda.

Semua orang Belanda ditangkapnya. Bendera Merah Putih segera dikibarkan kembali. Kemudian segera dibentuk pemerintahan RI di Sulawesi Utara dan dibentuk pula Tentara Republik Indonesia, dengan Ch. Taulu sebagai Komandannya, dan sebagai Residen diangkat B.W. Lapian.

Peristiwa berkibarnya Merah Putih tersebut kemudian dikenal sebagai “Peristiwa Merah Putih di Menado“.

Pos terkait