Perlawanan PETA di 3 daerah Indonesia

Setelah sebelumnya telah dibahas Perlawanan PETA di Blitar terhadap Jepang tahun 1944, kali ini Sejarah Negara Com akan melanjutkannya ke perlawanan bersenjata PETA yang dilakukan di Blitar tetapi tahun 1945 dan beberapa daerah lain di Indonesia.

Mengapa tanggal dan tahun terjadinya berbeda? Saya sendiri juga masih mencari kebenaran dari berbagai suku sejarah yang telah saya baca. Saya juga masih bertanya-tanya apakah ini kejadian yang sama atau kejadian lanjutan.

Bacaan Lainnya

Perlawanan PETA di di Blitar (29 Pebruari 1945)

Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr. Ismail. Perlawanan ini disebabkan karena persoalan pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan diluar batas kemanusiaan.

Sebagai putera rakyat para pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat. Di samping itu sikap para pelatih militer Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan PETA di Blitar merupakan perlawanan yang terbesar di Jawa.

Tetapi, dengan tipu muslihat Jepang melalui Kolonel Katagiri (Komandan Pasukan Jepang), pasukan PETA berhasil ditipu dengan pura-pura diajak berunding. Empat perwira PETA dihukum mati dan tiga lainnya disiksa sampai mati. Sedangkan Syodanco Supriyadi berhasil meloloskan diri.

Perlawanan PETA di Meureudu, Aceh (November 1944)

Perlawanan ini dipimpin oleh perwira Gyugun T. Hamid. Latar belakang perlawanan ini karena sikap Jepang yang angkuh dan kejam terhadap rakyat pada umumnya dan prajurit Indonesia pada umumnya.

Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap (April 1945)

Perlawanan ini dipimpin oleh pemimpin regu (Bundanco) Kusaeri bersama rekan-rekannya. Perlawanan yang direncanakan dimulai 21 April 1945 diketahui Jepang, sehingga Kusaeri ditangkap pada tanggal 25 April 1945. Kusaeri divonis hukuman mati, tetapi tidak terlaksana karena Jepang terdesak oleh Sekutu.

Pos terkait