Sejarah Laos sejak abad 8

LAOS, republik yang terkurung daratan, terletak di bagian utara Semenanjung Indocina; berbatasan dengan R R Cina (utara), Vietnam (timur), Kampuchea (selatan), Thailand dan Myanmar (barat). Luas: 236.800 km2, Penduduk: 3.923.000 (1989) Kepadatan penduduk: 17/km. Agama: Budha (57,8%) kepercayaan suku (33,6%); Kristen (1,8%); Islam (1%); ateis (1%); kepercayaan tradisional Cina (0, 9%); tidak beragama (3,8%); lain-lain (0,1%). Bahasa: Lao. Ibu kota: Vientiane. Satuan mata uang: New Kip (KN).

Kilas Sejarah Laos

Sejarah negara Laos kiranya bermula dari abad ke-8, ketika negeri ini dimasuki orang Lao dari Cina bagian selatan dengan menaklukkan suku primitif Kha.

Kerajaan-kerajaan kecil yang kemudian berdiri di negeri ini berhasil disatukan di bawah Kerajaan Lan Xang (abad ke-14), tetapi kemudian terbagi-bagi lagi sampai dijadikan sebuah protektorat Prancis pada akhir tahun 1800-an.

Kemerdekaan yang diperoleh dari Prancis pada tahun 1949, disusul dengan pertikaian para pemimpin negeri ini, dan perang saudara segera terjadi sesudah pemerintah pro-Barat berhasil digulingkan (1960).

Pemerintahan koalisi (kelompok netral, komunis, dan anti-komunis) yang dibentuk pada tahun 1962 berakhir dengan pertikaian; demikian juga pada tahun 1973.

Akhirnya, pada tahun 1975, berkat bantuan pasukan Vietnam, pihak komunis berhasil merebut kekuasaan seluruhnya dan menjadikan Laos sebuah negara komunis.

Peta Letak

Peta Letak Laos
Peta Letak Laos

Peta Wilayah

Peta Laos
Peta Laos

Kunjungi Peta Laos atau di google map

Fisiografi Laos

Laos mencakup wilayah kira-kira 236. 800 km2, hampir seluas Propinsi Kalimantan Tengah dan Propinsi Kalimantan Selatan bersama-sama. Hampir seluruh wilayah negeri ini terletak di antara Sungai Khong (Sungai Mekong) di barat dan Peg. Annam di timur.

Negeri ini terdiri dari empat kesatuan geografis yang utama: barisan pegunungan lipatan yang membujur dari utara ke selatan; lereng barat Peg. Annam; Plato Bolovens; dan daerah lembah Sungai Mekong.

Barisan pegunungan lipatan itu memiliki plato-plato yang terpotong-potong di utara. Permukaannya kasar. Gunung Phou Bia (2.820 m), puncak tertinggi di Laos, terletak di daerah ini. Satu-satunya daerah yang agak rata hanya Plato Xiangkhoang.

Batu-batuan granit berbentuk kristal umum dijumpai di lereng-lereng barat Peg. Annam, sedang barisan pegunungan batu kapur menciptakan pemandangan alam yang khas, terutama di Laos tengah. Plato Bolovens (1.500 m) di selatan merupakan batu-batuan basalt.

Lembah Sungai Mekong, yang sangat penting untuk pemukiman di Laos, memiliki kantong-kantong lembah kecil, tetapi hanya di tempat pertemuan anak-anak sungai dengan sungai yang lebih besar. Anak-anak sungai utama (Nam Ou, Nam Ngum, Nam Kading, dan Banghiang).

Sungai Mekong mengaliri seluruh wilayah Laos; hanya Propinsi Houaphan dan sebagian Propinsi Xiangkhoang yang terletak di luar lembah Sungai Mekong dan dialiri oleh Sungai Nam Neun dan Sungai Nam Chu, yang selanjutnya mengalir melalui Vietnam sebelum bermuara ke Teluk Tonkin.

Laos beriklim tropis, dengan suhu rata-rata tahunan 20°C di utara sampai 28°C di selatan. Curah hujan sangat bervariasi sesuai dengan ketinggian dan terbukanya masing-masing daerah terhadap tiupan angin musim dari barat daya. Meskipun demikian, kebanyakan daerah menerima curah hujan 1.500-2.500 mm per tahun.

Laos memiliki tiga musim: musim hujan yang panas (J uni-Oktober), ketika negeri ini berada di bawah pengaruh angin musim dari baratdaya; musim kemarau yang sejuk (November-Februari), ketika angin musim bertiup dari timur laut; dan musim pancaroba yang kering dan panas (Maret-Mei).

Dua pertiga lebih wilayah Laos tertutup oleh hutan subtropis. Daerah-daerah yang tinggi di utara didominasi pohon-pohon pegunungan, sedang lereng-lereng yang lebih rendah di selatan didominasi pohon berdaun lebar yang senantiasa berganti daun.

Di daerah-daerah yang kering, seperti Plato Bolovens dan Plato Xiangkhoang, sedikit demi sedikit hutan berubah menjadi semacam sabana atau padang rumput.

Propinsi Xaignabouri di daerah perbatasan dengan Thailand memiliki hutan jati dan hutan dipterokarpus, terutama di bagian selatan. Meskipun demikian, banyak daerah hutan yang sudah hancur karena pena duduk berpindah-pindah ladang.

Penduduk Laos

Negeri yang diperkirakan berpenduduk 3.923.000 (1989) ini mencakup wilayah seluas 236.800 km2. Dengan rata-rata penduduk 17/km2, penduduk negeri ini tergolong sangat jarang. Daerah yang tergolong cukup padat penduduknya hanya dataran rendahnya yang tidak begitu luas.

Sebagian besar (sekitar 84%) penduduk negeri ini tinggal di daerah pedesaan. Desa-desanya umumnya berada di tengah sawah penduduk. Kota-kotanya cuma sedikit dan kecil. Kota terbesar, yaitu ibu kota Vientiane, hanya berpenduduk sekitar 377.000 orang (1985).

Sejak negeri ini dikuasai komunis, pemerintah berusaha merintangi praktek-praktek agama. Tetapi ternyata hidup beragama belum punah dari negeri ini hingga sekarang.

Penganut agama Budha di Laos mencakup sekitar 58 persen dari seluruh penduduk. Tempat-tempat suci dan kuil-kuil Budha tersebar di mana-mana, terutama di Vientiane dan Luang Prabang, dua kota yang terkenal dengan sebutan “Kota Kuil”.

Pemujaan arwah nenek moyang masih hidup di bagian utara negeri ini, dan banyak suku bangsa yang hidup di daerah pegunungan masih menganut animisme. Umat Kristen dan Islam hanya sedikit, masing-masing sebesar 1,8 persen dan 1 persen.

Bahasa resmi negeri ini adalah bahasa Lao, yang mirip dengan bahasa yang digunakan orang Thailand. Tetapi kelompok etnis menggunakan bahasa sendiri, yang terdiri dari berbagai dialek. Bahasa Perancis juga banyak digunakan. Di kalangan para rahib Budha masih digunakan. bahasa Pali.

Tingkat pendidikan di negeri ini belum tergolong maju, dan angka buta huruf cukup tinggi. Dari “seluruh penduduk berusia 15 tahun ke atas pada tahun 1980, baru sekitar 45 persen yang bebas dari buta huruf.

Ditinjau dari segi pengelompokan secara etnis, penduduk Laos terbagi atas beberapa kelompok orang Lao hidup di tanah rendah dan tepi sungai. Orang Tai hidup terutama di tanah tinggi. Orang Mon-Khmer tersebar di seluruh negeri Laos dan diperkirakan sebagai keturunan penduduk pertama negeri ini.

Orang Mea dan Yao, yang diperkirakan datang dari Cina Selatan pada akhir abad ke-l8, umumnya hidup bertani di daerah pegunungan dengan sistem tebang-bakar. Kelompok-kelompok etnis lain umumnya hidup di daerah pertanian.

Perkampungan terpencil di negara Laos
Perkampungan terpencil banyak terdapat di antara kawasan pegunungan berhutan di negara Laos Utara.

Pemerintahan Laos

Sampai tahun 1975, Laos masih merupakan sebuah kerajaan konstitusional, yang menerapkan sistem pemerintahan kabinet di bawah pimpinan seorang perdana menteri yang diangkat raja.

Sesudah Raja Savang Vattana mengundurkan diri akibat kudeta yang dilancarkan Pathet Lao (Partai Revolusioner Rakyat Laos) pada akhir tahun tersebut, pemerintahan dikuasai kaum komunis.

Dewan Tertinggi Rakyat, yang diketuai pemimpin komunis Souphanouvong yang terpilih sebagai presiden baru, membentuk suatu pemerintahan yang dikepalai seorang perdana menteri dan merancang undang-undang baru.

Bekas istana Kerajaan di LuangPrabang, Laos
Bekas istana Kerajaan di Luang Prabang, terletak di tepi Sungai Mekong, Laos

Perekonomian

Pertanian merupakan kegiatan ekonomi utama di negeri ini, dan mampu menyerap 72%. tenaga kerja. Laos memiliki tanah pertanian seluas 923.000 ha lebih (1984). Sebagian besar di antaranya dikhususkan untuk budidaya tanaman padi, tetapi hasilnya (rata-rata 1 juta ton/tahun) ternyata tidak cukup untuk penduduknya, sehingga dalam beberapa tahun terakhir ini Laos terpaksa mengimpor beras dalam jumlah besar.

Petani Laos sedang memisahkan biji gandum
Petani Laos sedang memisahkan biji gandum dari batangnya, dilakukan dengan cara tradisional.

Kira-kira sebanyak 30.000 ton jagung dihasilkan setiap tahun, terutama di Propinsi Xiangkhoang, dan Houaphan; juga dihasilkan sejumlah kecil tembakau (di Dataran Vientiane), kopi (di Plato Bolovens), dan kapas (di selatan).

Selain bertanam padi, para petani di daerah-daerah lembah juga menanam tanaman sampingan untuk konsumsi setempat, seperti pisang, kelapa, pepaya, dan buah-buahan subtropis lainnya. Setelah cara-cara pengairan modern diperkenalkan di sekitar Vientiane, Laos sudah mampu memenuhi kebutuhan sendiri dalam hal sayur-sayuran segar.

Meskipun candu mungkin menjadi barang ekspor utama, pemerintah telah berusaha untuk membatasi produksi candu dari orang Meo di Laos Hulu. Sapi, kerbau, babi, dan unggas juga terdapat dalam jumlah besar di negeri ini.

Dari hutannya yang diperkirakan seluas 130. 000 km2, hanya kirakira 70. 000 km2 yang memiliki nilai komersial yang penting, meskipun tidak sampai 60 persen dari daerah ini dimanfaatkan karena sarana angkutan langka serta permukaan tanahnya tidak datar sama sekali. Banyak kayu yang ditebang untuk bahan bakar.

Meskipun demikian, negeri ini juga mampu mengekspor kayu jati dan kayu-kayu keras lain yang telah diolah di Houayxay, Xaignabouri, Luang Prabang, Pakxe, dan kota-kota lain Hutan di negeri ini juga menghasilkan berbagai barang ekspor lain, seperti getah, damar, dan minyak balsem.

Perikanan negeri ini tidak memiliki arti komersial. Hasil tangkapan utama, seperti ikan karper dan ikan perch, diperoleh dari Sungai Mekong. Pusat-pusat penangkapan ikan yang penting adalah Vientiane, Pakxan, Savannakhet, Thakhet, dan Houayxay.

Laos sebenarnya kaya akan barang tambang. Meskipun demikian, eksplorasinya masih jauh dari sempurna. Pada pertengahan tahun 1970-an, hanya timah yang sudah ditambang di Phontiou (Laos tengah). Padahal di Propinsi Xiangkhoang juga terdapat endapan bijih besi. Cadangan barang-barang tambang lain adalah tembaga (Propinsi Champmak), batu bara (Luang Prabang. Vientiane, dan Propinsi Savannakhet), dan timah hitam (Propinsi Vientiane).

Industri yang terorganisasi masih terbatas pada pabrik penggergajian kayu, pabrik semen, serta sejumlah pabrik di Vientiane yang menghasilkan barang-barang konsumsi, sea perti alas kaki dari karet, rokok, minuman ringan, korek api, dan produk-produk kecil dari plastik. Hasil kerajinan di antaranya barang-barang keramik, kain tenun, kerajinan perak, dan barang-barang dari kulit.

Sejak tahun 1971, penyediaan tenaga listrik mengalami peningkatan berkat selesainya Bendungan Nam Ngum. Tenaga listrik dari proyek ini tidak hanya disalurkan ke Vientiane, melainkan juga ke Thailand. Selain itu, terdapat pula pembangkit listrik tenaga air kecil di Sungai Done dan Sungai Nam Dung.

Transportasi merupakan masalah besar di Laos. Sungai Mekong digunakan sebagai sarana lalu lintas utama, walaupun arusnya deras, dan selama musim kemarau airnya dangkal.

Di sepanjang sungai tersebut terdapat beberapa kota pelabuhan, yakni Vientiane, Thakhet, Savannakhet, dan Pakxe. Dan banyak kota kecil di sepanjang sungai itu memiliki hubungan ferry dengan kota-kota di daerah perbatasan dengan Thailand.

Laos tidak memiliki jalan kereta api. Jalan kereta api ke pelabuhan Hai Phong (Vietnam) baru dalam tahap perencanaan.

Laos memiliki kira-kira 13.000 km jalan raya, tetapi baru sekitar sepertiga yang sudah diaspal. Daerah-daerah terpadat di negeri ini dihubungkan oleh jalan raya utara-selatan sepanjang 1.385 km (dari Luang Prabang, melalui Vientiane dan daerah sepanjang lembah Sungai Mekong, sampai ke daerah perbatasan dengan Kampuchea).

Bagian-bagian jalan raya ini, seperti jalan raya lainnya di Laos, ada yang tidak dapat dilalui selama musim hujan. Meskipun demikian, berkat perahu-perahu sungai. arus lalu lintas dapat terpelihara.

Hubungan udara di Laos telah diperluas. Kota-kota utama memiliki hubungan udara yang dilayani oleh perusahaan penerbangan Lao Airline. Sedangkan Vientiane memiliki hubungan udara dengan Ho Chi-Minh, Hanoi (Vietnam), dan Phnom Penh (Kampuchea).

Laos selalu mengalami devisit besar dalam beberapa tahun terakhir. Nilai impor pada tahun 1985, misalnya, mencapai empat kali lebih besar daripada nilai ekspor.

Negeri ini mengimpor beras dan bahan pangan lain, produk-produk minyak bumi, mesin-mesin, dan barang-barang konsumsi lain. Sedang barang ekspor utamanya terdiri dari bijih timah, kayu, kapas, kopi hijau, kapur barus, dan kulit. Rekanan dagang utamanya adalah R.R. Cina, Thailand, Jepang, dan Singapura.

Selama bertahun-tahun ketidakstabilan politik dan pertikaian dalam negeri, pemerintah Kerajaan Laos mengkhususkan 60 persen dari pendapatan nasional untuk keamanan dan pertahanan.

Akibatnya, negeri ini tidak mungkin membangun kerangka dasar modern bagi pertumbuhan ekonominya. Keadaan ini diperburuk lagi akibat naik-turunnya produksi barang ekspor utama.

Guna mencegah kehancuran ekonominya, Laos terpaksa mengandalkan bantuan badan PBB, Rencana Colombo (Colombo Plan), negara-negara asing, terutama Uni Soviet, Cina, Jerman Timur, Vietnam, dan negara-negara komunis lain. Berdasarkan jumlah penduduk, Laos menerima lebih banyak bantuan daripada negara mana pun di Asia Tenggara.

Artikel Terkait

Pos terkait