Sejarah Libanon

Sejarah LIBANON, sebuah republik di tepi Laut Tengah di Asia Barat daya; berbatasan dengan Suriah (utara dan timur), Israel (selatan), dan Laut Tengah (barat). Luas: 10.230 km2. Penduduk: 2.852.000 (1989). Kepadatan penduduk: 279/km2. Agama: Islam Syiah (32%); Kristen Maronit (24,5%); Islam Sunni (21%); Druze (7%); Ortodoks Yunani (6,5%); Katolik Yunani (4%); Kristen Armenia (4%); lain-lain (1%). Bahasa: Arab. Ibu kota: Beirut. Satuan mata uang: Pound Libanon (LL).

Kilas Sejarah Libanon

Sejarah Libanon bermula dari zaman Fenesia (mengalami kejayaan dalam abad ke-12 hingga abad ke-9 SM),. ketika negeri ini baru mencakup beberapa negara kota (Arwad, Byblos, Sidon, dan Tyre). Sejarah selanjutnya adalah sejarah kekuasaan bangsa-bangsa asing yang silih berganti menduduki Libanon, yakni Assyria, Persia, Yunani, Roma, Turki, dan Prancis.

Pada 26 November 1941, Libanon merdeka dari tangan Perancis. Tetapi pada tahun 1958 perang saudara meletus, karena sekelompok orang Islam memberontak terhadap pemerintah yang didominasi orang Kristen Maronit.

Pertikaian tampaknya akan berakhir sesudah Amerika Serikat terlibat atas permintaan pemerintah, tetapi ternyata pada tahun 1975 meletus lagi perang saudara yang lebih dahsyat (diperkirakan menelan 40.000 korban jiwa dan 100.000 korban luka-luka).

Situasi makin memburuk dengan masuknya tentara Israel untuk menumpas gerilyawan Palestina di Libanon Selatan (tahun 1979 dan tahun 1982).

Kehadiran pasukan perdamaian PBB pada tahun 1983 tidak membuat situasi makin baik; malahan, situasi makin tak terkendali, karena semakin banyak kelompok bersenjata yang tampil dengan kepentingan golongan masing-masing, antara lain kelompok Druze, Amal Syiah, Hizbullah, Kristen, dan militer Suriah.

Peta Letak

Peta Letak Lebanon
Peta Letak negara Libanon

Peta Wilayah

Peta Lebanon
Peta Lebanon

Peta Buta

Peta Buta Lebanon
Peta Buta negara Libanon

Kunjungi Peta Libanon atau di google map

Fisiografi

Wilayah negara ini didominasi oleh pegunungan. Lereng-lereng Pegunungan Libanon tertutup hutan lebat, sedang puncak-puncaknya tertutup salju dari Desember hingga Juni. Tanahnya tergolong subur dan hijau jika dibandingkan dengan stepa dan gurun yang cokelat dan kering di negara tetangganya Suriah. Dataran pantainya dan lembah-lembahnya dialiri oleh sungai dengan banyak mata air.

Perbatasan bagian timur bertepatan dengan puncak-puncak Pegunungan Anti-Libanon. Sesampai di G. Hermon (Jabal ash-Shaykh), garis perbatasan itu membelok ke arah barat dan membentuk perbatasan selatan dengan Israel. Perbatasan selatan ini memanjang lewat celah antara S. Litani dan S. Yordan, terus ke Galilea Atas, sampai bermuara ke L. Tengah di Ra’s al-Baghlat.

Pegunungan Libanon dan Anti-Libanon terbentuk terutama dari batu kapur yang melipat ke atas pada Zaman Tersier akhir (lebih dari 11 juta tahun lalu). Banyaknya unsur batu kapur menimbulkan sistem air bawah tanah sangat kompleks dengan banyak mata air besar yang mengeluarkan air tawar sepanjang tahun.

Puncak tertinggi terletak di bagian utara, dekat Al-Hirnil dan Bsharri, di mana menjulang G. Wurnat as-Sawda (3.088 m). Di selatan Beirut dan Zahlah, pegunungan jarang berketinggian kurang dari 1.800 m.

Antara Pegunungan Libanon dan, Pegunungan Anti-Libanon terletak lembah Bekaa, sebilah data ran subur dengan lebar sekitar 16 km. Lembah ini berhubungan dengan sebuah lembah retak besar, yang memanjang dari L. Merah lewat Teluk Aqaba sampai ke Lembah S. Yordan.

Dua sungai utama di Libanon, yakni S. Litani dan S. Orontes, bersumber dari Lembah Bekaa dekat Ba’labakk. Sungai Litani seluruhnya berada di wilayah negeri ini, tetapi S. Orontes sebagian besar berada di wilayah Suriah. Lereng barat Peg. Libanon dialiri beberapa sungai pendek yang berarus deras.

Iklim

Libanon beriklim L. Tengah yang khas dengan musim dingin yang sangat lembut sepanjang pantai dan musim panas yang sangat panas. Curah hujan (Oktober -April) berkisar dari 380 mm di utara hingga lebih dari 1.500 mm di daerah pegunungan. Di daerah pegunungan ini hujan dalam bulan Desember hingga Maret turun terutama dalam bentuk salju di atas ketinggian 1.200 m.

Daerah pantai lembab dalam musim panas; meskipun suhu pada siang hari biasanya hanya berkisar dari 30°C hingga 35°C, suhu itu terasa lebih panas. Daerah pegunungan biasanya sejuk dan cerah, sehingga mempunyai banyak tempat wisata.

Flora dan fauna

Dulu Libanon memiliki hutan lebat. Tetapi sekarang banyak kawasan yang telah gundul. Tinggal beberapa kawasan yang tertutup hutan cedar hanya di atas ketinggian 1.500 m. Di bagian bawahnya terdapat hutan yang luas dengan pohon ek dan pinus Aleppo; juga terdapat hutan buatan dengan pinus maritim dekat pesisir.

Pegunungan Anti-Libanon dan G. Hermon hanya ditumbuhi perdu yang tidak begitu lebat. Di daerah pedalaman masih hidup serigala dan beruang. Di negeri ini juga hidup sebagian besar dari jenis burung migrasi Eropa.

Penduduk

Penduduk Libanon diperkirakan hampir mencapai 3 juta jiwa. Pertumbuhan penduduk setiap tahun rata-rata 2,1 persen, dengan angka kelahiran 2,9 persen dan angka kematian 0,8 persen.

Kawasan yang paling besar jumlah penduduknya adalah daerah pantai. Hampir 85 persen dari seluruh penduduk tinggal di daerah perkotaan. Kota-kota terbesar adalah Beirut (1.500.000) dan Tripoli (500.000).

Kelompok Etnis

Orang Libanon tampak berbeda-beda karena selama berabad-abad negeri ini menjadi semacam tempat pelarian berbagai sekte dan golongan. Namun semua orang di negeri ini yang mencakup sekitar 83 persen dari seluruh penduduk, menganggap diri tergolong “orang Arab”.

Di antara kelompok-kelompok minoritas, yang terbesar adalah orang Palestina; pada tahun 1983 di Libanon terdapat kira-kira 270.000 pengungsi Palestina, sebagian besar tinggal dalam kamp-kamp pengungsian. Kelompok minoritas lainnya terdiri dari orang Armenia (5%), orang Suriah, Kurdi, dan lain-lain (3 %).

Bahasa

Bahasa resmi adalah bahasa Arab, tetapi bahasa Inggris dan bahasa Perancis juga banyak digunakan dan diajarkan di sekolah-sekolah.

Agama

Di negeri ini tidak ada agama negara. Ada dua kelompok agama terbesar, yaitu umat Islam dan umat Kristen, dan perimbangan kekuasaan politik sejak dulu ditentukan oleh perbandingan antara besarnya umat kedua agama ini. Umat Islam yang dahulu merupakan minoritas dibandingkan dengan umat Kristen kini sudah berubah menjadi mayoritas (53% berbanding 39%).

Di kalangan umat Islam, kelompok agama terbesar adalah umat Syi’ah (lebih dari 900.000). Sesudah itu menyusul kelompok Sunni (hampir 600.000). Kelompok Druz sebanyak kira-kira 200.000 orang dianggap sebagai kelompok agama tersendiri karena mencampurkan unsur Islam dengan Kristen.

Umat Kristen yang paling besar adalah Kristen-Maronit (lebih dari 700.000). Umat Kristen lainnya terdiri dari umat Ortodoks Yunani, Kristen Armenia, Melkit, Katolik Suriah, Katolik Roma, Ortodoks Suriah (Gereja Yakobit), dan Protestan.

Pada umumnya orang Kristen memegang posisi penting, juga di kalangan tentara. Golongan Maronit tidak jarang mempunyai kecenderungan ke arah fasisme dan tidak terlalu memusuhi Israel. Kelompok Islam sebagai mayoritas sering merasa bahwa hak-hak mereka kurang memadai dan menginginkan perombakan politik. Dari segi budaya dan agama mereka merasa lebih dekat dengan bangsa-bangsa Arab dan mengambil sikap bermusuhan terhadap Israel.

Pendidikan

Dari seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas, lebih dari 73 persen sudah bebas dari buta huruf. Sekolah dasar dan menengah dapat dijangkau oleh seluruh penduduk. Kelompok keagamaan menyelenggarakan sejumlah sekolah swasta.

Di negeri ini terdapat 18 perguruan tinggi, termasuk beberapa universitas terkenal, seperti Universitas Katolik St. Yosef, Universrtas Amerika, dan Universitas Arab.

Pemerintahan

Libanon menggunakan sistem; kabinet dan memiliki sebuah parlemen dengan anggota yang dipilih sedemikian rupa hingga tiap kelompok agama terwakili. Keanggotaan kabinet juga dibagi-bagi di antara para wakil kelompok-kelompok agama utama.

Partai-partai politik pun cenderung mengikuti garis agama atau garis komunalnya. Presiden biasanya orang Kristen Maronit, perdana menteri orang Islam Sunni, dan ketua Dewan Perwakilan Rakyat orang Islam Syi’ah.

Pohon cedar atau arash
Pohon cedar (arash) yang merupakan lambang pada bendera Libanon, kini sudah hampir punah akibat perusakan hutan.

Perekonomian

Sampai tahun 1975 ekonomi Libanon sangat ditentukan oleh letak negerinya yang menguntungkan dan daya tariknya bagi para wisatawan. Beirut menjadi pusat keuangan di wilayah Timur Tengah.

Sektor perdagangan dan jasa menyumbang 65 persen pada pendapatan nasional. Sekitar 50% dari seluruh tenaga kerja pada waktu itu bekerja di sektor pertanian, 20% di sektor perdagangan, transportasi dan perbankan, 11% di sektor jasa lainnya, dan 3% di sektor pemerintahan.

Perang saudara menyebabkan angka-angka ini banyak berubah, namun angka-angka yang tepat belum bisa diketahui. Dapat dipastikan bahwa pada tahun 1980 sedikitnya 300.000 orang (10% dari seluruh penduduk) melibatkan diri secara langsung atau tidak langsung pada salah satu dari sekian banyak organisasi partai.

Sejak tahun 1975 Libanon berada dalam situasi kacau dan setiap Wilayah kekuasaan mempunyai sistem ekonomi sendiri; kaum milisi Falangis, misalnya, memungut pajak langsung dan pajak tidak langsung (atas segala sesuatu) di Beirut Timur dan Libanon Tengah.

Di wilayah itu ada berpuluh-puluh pelabuhan gelap, tempat memasukkan senjata dan baran g-barang selundupan lainnya (wiski, rokok, dan sebagainya). Karena tidak ada kekuasaan sentral dan korupsi merajalela, maka roda perekonomian berjalan tersendat-sendat.

Pertanian

Jalur pantai ditanami secara intensif dengan tanaman utama jeruk, pisang, dan sayur-sayuran. Di lereng barat Peg. Libanon ditanam terutama zaitun, di samping apel, amandel, dan buah-buahan lainnya. Padi-padian (gandum dan milet), bawang, bit gula, kentang, tembakau, dan anggur, ditanam antara lain di Lembah Bekaa.

Perkebunan zaitun di Libanon
Zaitun merupakan hasil perkebunan penting bagi Libanon, tampak pohon-pohon zaitun yang terutama tumbuh di lereng barat Pegunungan Libanon.

Hasil peternakan sebagian besar digunakan untuk konsumsi lokal. Daging, selain daging domba, harus diimpor. Perikanan hanya cukup untuk konsumsi lokal. Banyak nelayan Libanon menangkap ikan dengan menggunakan dinamit.

Pertambangan

Libanon tidak banyak mengandung mineral. Sedikit-sedikit ada juga penambangan bijih besi, lignit (batu bara muda), dan fosfat.

Penambangan garam di sepanjang pantai Libanon
Penambangan garam di sepanjang pantai Libanon, sebelah utara Tripoli, pada masa sebelum terjadi perang saudara.

Industri

Dari seluruh kapasitas industri, 60 persen menjadi lumpuh karena perang saudara. Padahal sebelum tahun 1975, Libanon merupakan salah satu negara yang paling maju perindustriannya di Timur Tengah. Industri terpenting adalah industri ringan di bidang tekstil dan bahan makanan.

Di samping itu ada industri yang lebih berat, yang memproduksi semen dan mengolah bahan galian, di antaranya dua kilang minyak besar di Tripoli dan Saida (Sidon), yang mengolah minyak bumi impor.

Perdagangan

Krisis politik menyebabkan perdagangan transit di Libanon sangat merosot. Ekspor sama sekali tidak bisa menutupi impor. Defisit perdagangan dalam tahun-tahun belakangan ini hanya sebagian saja bisa ditutupi dengan pendapatan dari sektor jasa, royalti perusahaan-perusahaan minyak, transfer uang dari orang yang beremigrasi ke luar negeri, dan sumbangan dari negara-negara asing (sejumlah negara Arab dan Israel) kepada pihak-pihak yang berperang.

Barang ekspor utama adalah hasil-hasil pertanian, yang bernilai 21 persen dari keseluruhan ekspor. Sebagian besar barang-barang ekspor dikirim ke negara-negara Arab, terutama Arab Saudi dan Kuwait.

Sedangkan barang-barang impor, selain dari negara-negara tersebut, juga didatangkan dari Italia, Amerika Serikat, Prancis, Rumania, Jepang, Turki, dan Belgia.

Barang-barang impor yang terpenting adalah gandum dan daging. Berbagai macam barang konsumsi (juga barang mewah) didatangkan setiap hari melalui udara. Untuk kebutuhan industri harus didatangkan bahan mentah (antara lain minyak mentah) dan mesin-mesin.

Dalam prakteknya, program ekonomi sama sekali tidak bisa diharapkan, juga karena situasi politik. Libanon menerima bantuan keuangan yang besar dari negara-negara Arab (sekitar US$ 3 milyar pada periode 1978-1983), terutama untuk pembangunan kembali Libanon Selatan.

Transportasi

Jaringan jalan raya sepanjang 7.000 km (90% diaspal) yang dulu begitu padat, sejak tahun 1975 tidak terawat lagi. Jalan kereta api sepanjang 417 km di daerah pantai hanya digunakan untuk angkutan barang.

Posisi Beirut sebagai pelabuhan paling penting di Timur Tengah dan sebagai salah satu pusat jaringan penerbangan internasional juga sangat menurun akibat krisis politik.

Pelabuhan nelayan di selatan Beirut, Lebanon
Saida di Kota Sidon yang klasik, terletak di selatan Beirut, kini hanya merupakan pelabuhan nelayan.

Baca juga: Sejarah Negara Macao

Artikel Terkait

Pos terkait