Sejarah Pabrik Gula Djatiroto salah satu peninggalan Kolonial di Kabupaten Lumajang

Pabrik gula Djatiroto merupakan salah satu pabrik gula yang telah ada, dan juga salah satu peninggalan pada masa kolonial yang masih ada serta beroperasi sampai saat ini. Pabrik gula Djatiroto juga merupakan salah satu pabrik gula terbesar pada masa kolonial.

Pabrik gula DJatiroto berada di wilayah Desa Kaliboto Lor Kecamatan Jatiroto Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur.

Bacaan Lainnya

Pemilihan tempat pembangunan pabrik gula Djatiroto pun memiliki latar belakang karena wilayah ini merupakan wilayah yang diapit oleh tiga gunung yang telah ada sejak dulu diantaranya yaitu Gunung Semeru, Gunung Lamongan, dan juga Gunung Bromo sehingga dari letah geografisnya saja sudah dapat dilihat bahwa wilayah Lumajang terutama pada wilayah Kecamatan Jatiroto memiliki kondisi lahan yang subur dan juga sangat cocok untuk dijadikan wilayah pertanian atau pun perkebunan terutama perkebunan tebu.

Pada awal berdirinya sampai saat ini Pabrik Gula Djatiroto telah mengalami cukup banyak perubahan terutama dalam status kepemilikan pabrik ini. Akan tetapi untuk saat ini pabrik gula Djatiroto masih tetap dikelola oleh PT.

Perkebunan Nusantara XI yang dimana merupakan salah satu dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dimana badan tersebut juga mengelola 17 pabrik gula lainnya akan tetapi yang terbesar baik dari kapasitas penggilingannya dan juga area atau tempat kerjanya adalah pabrik gula Djatiroto.

Peta Kabupaten Lumajang
Peta Kabupaten Lumajang

Kunjungi Pabrik Gula Djatiroto, Lumajang di gogle map

Bahkan di dalam tulisan dari Vlugter yang berjudul DE INGENIEUR IN INDONESIË di situ dikatakan bahwa pada tahun 1922 pabrik gula Djatiroto pernah menjadi sebagai salah satu pabrik gula terbesar di Asia, namun pada era pendudukan Jepang pabrik ini tidak berfungsi lagi sebagai pabrik gula akan tetapi diubah menjadi pabrik fermentasi butanol, asetol, dan alk0h0l.

Pembangunan pabrik gula Djatiroto bermula ketika Handel Vereeniging Amstedam (HVA), sebuah perusahaan swasta milik Belanda pada tahun 1884 yang berkeinginan untuk mendirikan pabrik gula, karena gula adalah salah satu komoditas ekspor yang memiliki nilai jual tinggi di Eropa.

Kemudian dicarilah lokasi untuk pabrik gula tersebut dan terpilihnya lokasi pembangunan di Jatiroto karena dinilai merupakan lokasi yang strategis.

Adapun proses jalannya pembangunan pabrik gula Djatiroto dari awal mulanya sampai pembangunan pada tahun 1989 yaitu berawal dari tahun 1884 dimana dimulai pembuatan rancangan dari pembangunan pabrik gula ini, kemudian pada tahun 1901 dilakukan pembabatan hutan guna untuk membuka lahan yang akan dibanguni bangunan pabrik. Pada tahun 1905 baru dilaksanakan pembangunan pabrik gula Djatiroto.

Pada tahun 1910 pabrik gula Djatiroto sudah mulai beroperasi dan melakukan penggilingan akan tetapi penggilingan disini masih dilakukan dengan skala yang kecil.

Kemudian pada tahun 1912 dilakukan peningkatan kapasitas penggilingan dan juga pada tahun yang sama pula terjadi pergantian nama dari pabrik gula ini yang awalnya bernama pabrik gula Ranupakis lalu kemudian berubah menjadi pabrik gula Djatiroto.

Tahun 1996 pabrik gula Djatiroto diambil alih dan dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara XI hingga saat ini. Selanjutnya pada tahun 1972 dilakukan rehabilitasi yang pertama dimana rehabilitasi tersebut selesai pada tahun 1978 dan kapasitas dari penggilingan tebu pun meningkat yang awalnya hanya 2400 ton tebu per hari (TTH) meningkat dua kali lipat menjadi 4800 TTH.

Lalu pada tahun 1989 dilakukan proses rehabilitas yang kedua dimana kapasitas penggilingan meningkat lagi menjadi 6000 TTH. Selanjutnya untuk tahun-tahun setelahnya trus dilakukan pemantapan kapasitas gilingan baik dengan penggunaan alat-alat yang lebih baik dan canggih maupun peningkatan kapasitas penggilingan melalui efisiensi dari perusahaan sendiri.

Setelah pabrik gula Djatiroto diambil alih dan dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara XI sampai saat ini, pada saat awal pengambilan alih pabrik gula Djatiroto telah dapat menghasilkan kapasitas gilingan dengan jumlah 7000 TTH.

Akan tetapi untuk tahun-tahun berikutnya mereka secara rutin dan trus-menerus selalu melakukan pembenahan dan juga peningkatan kualitas serta kuantitas produksi gula.

Pada tahun 2009 pabrik gula Djatiroto akan melakukan revitalisasi, dan juga akan melakukan peningkatan kuantitas produksi yang awalnya menurun menjadi 5.500 TTH kemudian akan dilakukan peningkatan menjadi 8000 TTH.

Pasokan tebu yang akan digunakan dalam pembuatan gula tidak hanya berasal dari lahan tebu milik pabrik gula Djatiroto saja, namun juga berasal dari lahan-lahan tebu lainnya terutama lahan tebu milik rakyat.

Dari tingginya jumlah lahan tebu yang berada pada wilayah Lumajang dan sekitarnya membuat tingginya jumlah pasokan tebu yang ada sehingga dapat dikatakan pasokan tebu di wilayah Lumajang dan sekitarnya sangat melimpah.

Tak hanya pabrik gula Djatiroto saja yang memasok tebu untuk dijadikan bahan produksi akan tetapi juga pabrik- pabrik gula lainnya juga seperti contoh pabrik gula yang ada di wilayah Kabupaten Probolinggo dan juga pabrik gula di wilayah Kabupaten Jember.

Adapun luas dari areal perkebunan tebu yang ada diantaranya 4.511 Ha yang digunakan untuk dilakukan penanaman tebu di wilayah persawahan, 1557 Ha merupakan wilayah tegal, 1079 merupakan wilayah emplasment, dan jumlah keseluruhan untuk luas lahan pabrik gula Djatiroto adalah seluas 7147 Ha.

Sedangkan untuk luas wilayah perkebunan diluar milik pabrik gula Djatiroto diantaranya 12.000 Ha untuk wilayah perkebunan tebu milik rakyat, 5000 Ha untuk jumlah lahan luar yang masuk kedalam ruang lingkup pabrik gula Djatiroto, sedangkan untuk sisanya yaitu 7000 Ha untuk jumlah lahan yang masuk ke dalam ruang lingkup pabrik gula lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

  • Cholid, A. R. 2018. “KEMITRAAN ANTARA PABRIK GULA JATIROTO DAN PETANI TEBU DI KECAMATAN ROWOKANGKUNG KABUPATEN LUMAJANG TINJAUAN HUKUM ISLAM”. Skripsi. Malang : Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
  • Vlugter, H. 1951. DE INGENIEUR IN INDONESIË
  • Hanoko, Darto. Dkk. 2018. PABRIK GULA DJATIROTO. Yogyakarta : Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB)

BIODATA PENULIS

NamaIlham Pramayogi
Usia21 tahun
AlamatJember
ProfesiMahasiswa (Universitas Jember)
OrganisasiPengurus HMP Kelamas tahun 2019

Pos terkait