Seniman hebat Uni Soviet yang jarang kita kenal

Seniman hebat Uni Soviet – Uni Soviet mewarisi kesusastraan Rusia yang agung. Karya-karya klasik seperti War and Peace (Perang dan Damai) karya Leo Tolstoi dan juga Crime and Punishment (Kejahatan dan Hukuman) karya Fedor Dostoevski dibaca di seluruh dunia.

Kedua penulis ini merupakan bintang yang cemerlang dalam seluruh konstelasi kesusastraan tinggi abad ke-19 dan periode yang sangat kaya dalam kesusastraan Rusia.

Dalam periode, yang dimulai dengan ”zaman emas” puisi (1815-1830) ini, Rusia menghasilkan tidak hanya penyair-penyair terbaiknya, melainkan juga ahli sastra dunia yang besar, yaitu Aleksander Pushkin.

Puisi Rusia sebelum Pushkin memiliki kualitas khayali dan kuno. Pushkin mengembangkan gaya puisinya sendiri yang mengalun, musikal, dan terukur.

ikon kayu akhir abad 15
Pesta antar golongan Virgin (Porkov), sebuah ikon kayu dari akhir abad 15 dari Novgorod (A la Vielle Russie, New York-Paris)

Kunjungi Rusia di google map

Dia adalah seorang penyair nasional karena dia menciptakan bahasa literatur yang baru bagi Rusia serta mempergunakan kehidupan, dongeng rakyat, serta sejarah Rusia dalam karya-karyanya. Puisi Pushkin sangat peka terhadap permasalahan masyarakat dan terhadap ketidaksederajatan antara kelas penguasa dan kelas bawah di Rusia.

Karya yang paling populer adalah novel dalam puisi Eugene (Evgeni) Onegin, dengan tokoh utamanya seorang pesolek St. Petersburg yang hidup dalam keriangan, mirip dengan kehidupan Pushkin sendiri di tahun-tahun awalnya.

Pushkin memberi dorongan dan memberi pengaruh terhadap Nikolai Gogol (1809-1852), yang menjadi penulis prosa pertama yang benar-benar imaginatif. Gogol merupakan seorang realis yang melihat masyarakatnya sebagai dirinya, keadaan masyarakat yang tidak adil yang diperintah oleh chinovniki (pejabat birokrat) yang serampangan dan korup.

Dalam dua karya agungnya, novel Dead Soul (liwa Lara) dan drama The Inspector General (Inspektur jenderal), dia menyindir dunia keresmian dan kebangsawanan serta menunjukkan simpatinya kepada kaum yang lemah dan tertindas. Melalui sindiran, Gogol mengungkapkan perasaannya bahwa Rusia benar-benar memerlukan kebangkitan moral.

Di abad ke-19 terdapat banyak orang yang peka, berasal dari golongan terdidik, yang merasa bertanggung jawab terhadap seluruh masyarakat Rusia. Mereka melihat efek-efek yang merusak karena kekuasaan otokratik Tsar dan merasa bahwa mereka harus membawa perubahan.

Banyak di antara mereka memilih kesusastraan sebagai sarana mengungkapkan kritik sosialnya. Kritik ini harus diungkapkan secara hati-hati sekali agar lolos sensor, tetapi harus masih dapat dimengerti oleh masyarakat yang membacanya. Para penulis kritik ini selalu siap di penjara atau dibuang ke suatu tempat yang terpencil.

Di paruh kedua abad itu muncullah tiga penulis prosalvan Turgenev, Fédor Dostoevski, dan Leo Tolstoi. Di tahun 1852, Turgenev menerbitkan Sportsman’s Sketches (Sketsa Olahragawan), buku yang menggambarkan para budak yang mempunyai rasa kemanusiaan yang lebih baik daripada para majikannya.

Antara tahun 1855 dan 1860, ketika Tsar bersiap menghapuskan perbudakan, Turgenev menulis sejumlah novel yang mengungkapkan kegairahan pembaharuan yang sedang melanda masyarakat Rusia waktu itu.

Kaum muda radikal menyukai novel-novelnya hingga saat dia menerbitkan novel Fathers and Sons (Ayah dan Putranya), dengan Bazarov sebagai pahlawannya, yang merupakan kias yang tak menyenangkan bagi para pemuda.

Para pemuda radikal menjadi sangat marah-mereka mengatakan bahwa Bazarov bukanlah seorang pahlawan tetapi sebuah karikatur. Turgenev menjawab bahwa hal itu bukanlah yang dimaksudkannya sehingga dia terkejut atas reaksi mereka.

Menyenangkan atau tidak, kias itu benar-benar menggugah semangat intelektual pemuda waktu itu. Banyak di antara mereka menyebut dirinya sebagai kaum nihilis, yang berarti bahwa mereka tidak mau menerima bentuk kekuasaan” atau kepercayaan apa pun.

Fédor Dostoevski dan Leo Tolstoi-dua raksasa kesusastraan-tidak jauh berbeda dalam karya tulisannya dan kepribadiannya. Namun, kedua penulis itu mengalami perubahan spiritual yang mendalam dalam kehidupannya.

Ketika mencapai usia 20an tahun, Dostoevski (1821 -1881) termasuk anggota kelompok diskusi yang radikal yang mengkritik setiap kondisi yang ada di Rusia. Dia lalu ditangkap dan dibuang ke Siberia untuk kerja paksa selama 4 tahun.

Selagi di Siberia, dia berubah menjadi pengikut agama Ortodoks karena merasa bahwa hal ini akan membuatnya dekat dengan rakyat Rusia. Novel-novelnya yang paling terkenal yaitu Crime and Punishment, The Idiot, dan The Brothers Karamazov, merupakan novel idealis yang berisi studi psikologi yang mendalam dengan nada keagamaan.

Dostoevski ”merasakan idealisme’ sama seperti orang lain merasa dingin, panas, dan sakit” Selama hidupnya Dostoevski adalah miskin, sakit-sakitan, dan penuh derita. Penderitaan dirinya dipantulkan dalam tulisan-tulisannya.

Count Leo Tolstoi (1828-1910), sebaliknya, adalah dari keluarga bangsawan. Meskipun dia juga mengkritik kekuasaan otokrasi, karya-karya tulisnya segera membuatnya terkenal luas sehingga membantu melindunginya dari penangkapan.

War and Peace adalah tamsil yang mendalam dan hidup yang menggambarkan bagaimana kehidupan kaum golongan atas dipengaruhi oleh berbagai peristiwa semasa serbuan Napoleon ke Rusia di tahun 1812.

Novel Tolstoi yang terkenal lainnya, Anna Karenina, menunjukkan akibat yang tragis apabila cinta melanggar moral serta hukum sosial pada akhir abad ke-19. Di tahun-tahun berikutnya Tolstoi mengecam gereja negara sebagai bentuk terorganisasi yang dipaksakan terhadap manusia.

Dia mengajak menengok kembali ajaran Kristus yang fundamental serta prinsip-prinsip nonkekerasan sebagai cara untuk mengalahkan kejahatan.

Menjelang pertengahan abad ke-19, musik Rusia mulai mengambil bentuknya sendiri. Bentuk musik Eropa digabung dengan tema musik Rusia sehingga muncullah suatu komposisi dengan ciri nasional yang jelas, seperti opera karya Mikhail Glinka Russlan and Lundmilla serta karya-karya musik Nikolay Rimsky-Korsakov dan Modest Mussorgsky.

Lalu seorang penggubah lagu, Peter Tchaikovsky, mengungkapkan gerakan romantis di dalam musik sehingga komposisinya memperoleh popularitas yang luas di seluruh dunia.

Ketika terjadi revolusi BolShevik di tahun 1917 para penulis, penggubah lagu, dan seniman tidak ingin hidup di bawah kekuasaan rezim komunis sehingga mereka meninggalkan negara. Para seniman yang tetap tinggal di negara itu ikut ambil bagian dalam percobaan yang kreatif di tahun 1920an, yaitu ketika semua bentuk ide dan gaya artistik dicobakan.

Para penyair, aktor, pelukis, dan arsitek menumpahkan bakatnya di jalan-jalan serta menciptakan ”peristiwa” masyarakat-pawai, teater, dan pembacaan puisi bagi massa. Para penulis menulis tentang kekacauan di hari-hari pascaperang saudara dengan sedikit penyensoran.

Kebebasan ini berakhir di permulaan tahun 1930an. Stalin memberlakukan kontrol yang ketat terhadap seluruh bidang kehidupan Soviet. Partai Komunis mendiktekan pandangan baru bagi kesusastraan dan seni yang disebut Realisme Sosialis.

Para penulis diharapkan untuk menjunjung tinggi komunisme dan menulis secara berapi-api tentang apa yang sedang dikerjakan oleh Partai Komunis untuk membangun negara.

Pesan-pesan para penulis harus dengan mudah dapat dimengerti oleh sejumlah besar masyarakat, yang sebagian besar baru saja belajar membaca. Para penulis harus menciptakan kepahlawanan yang positif yang akan dijadikan contoh yang baik bagi semua penduduk Soviet dalam kehidupan mereka sehari-hari. Berbagai cerita yang rumit tentang konflik batin seseorang dilarang terbit.

Akibatnya, sebagian besar kesusastraan yang dicipta semasa Stalin terasa monoton. Kekecualian yang mencolok adalah novel empat jilid karya Mikhail Shokholov, The Quiet Don (Don si Pendiam), tentang akibat perang dunia, revolusi, dan perang saudara terhadap suku Kosak, yang tinggal di tepi sungai Don.

Pemerintah Soviet mengontrol persuratkabaran, serta melarang menerbitkan tulisan yang menentang ajaran partai. Beberapa penulis menulis ”untuk dimasukkan ke dalam laci” (yang berarti-simpanan untuk diterbitkan di masa yang akan datang bila ada kesempatan).

Salah satu di antara penulis ini adalah penyair besar Rusia abad ke-20 Boris Pasternak. Ajaibnya adalah bahwa Pasternak lolos semasa zaman Pembersihan Besar, sedangkan penulis-penulis lain yang bersalah terhadap partai ditangkap dan dikirim ke kam kerja paksa.

Lukisan juga diharapkan dapat mencerminkan rakyat Soviet dalam suasana kehidupan yang bahagia. Seni abstrak tidak diizinkan. Musik juga dibatasi, serta beberapa karya Sergei Prokofiev dan Dmitri Shostakovich tidak diperkenankan dipertunjukkan di tahun-tahun itu.

Menjelang tahun 1953 tampak bahwa seni yang kreatif seolah-olah dihancurkan oleh penyensoran dan penekanan. Namun, kematian Stalin membawa perubahan bagi para seniman di Uni Soviet. Masa itu dikenal sebagai ”Thaw”, yaitu novel hasil karya Ilya Ehrenburg yang diterbitkan di tahun 1954.

Ehrenburg berani menyinggung teror dan pembersihan serta sangat kritis terhadap seni Realisme Sosialis. Dia beserta penulis lainnya mulai meminta lebih banyak kebebasan untuk mengungkapkan. Hal ini menciptakan masalah bagi Partai Komunis. Partai berjanji untuk mengakhiri tekanan Stalin, tetapi tetap tidak melepaskan kontrol atas seni.

Para penulis akhirnya mengambil kesempatan dalam situasi dilema ini untuk memperluas kebebasannya. Ketika mereka akan membuat beberapa kemajuan, partai pun lalu menghancurkannya lagi. Terdapat masa naik-turun yang berkali-kali di tahun-tahun itu. Namun, para penulis tetap melanjutkan perjuangan mereka.

Kadang-kadang kalau naskah tidak dapat diterbitkan di dalam negeri, naskah itu lalu dibawa ke luar negeri dan diterbitkan di sana. Kasus semacam ini terjadi di tahun 1957 dengan novel Boris Pasternak yang terkenal, Doctor Zhivago, cerita tentang reaksi manusia yang sensitif terhadap Revolusi Bolshevik yang cita-citanya ia percayai, tetapi kenyataan pahitnya tidak dapat ia terima.

Di tahun berikutnya, Pasternak memperoleh Hadiah Nobel, tetapi menampiknya karena takut para penguasa akan memaksanya meninggalkan Rusia. Tidak lama kemudian dia meninggal dunia.

Sejak itu banyak perhatian dicurahkan pada Alexander Solzhenitsyn, yang bakat besarnya muncul ke masyarakat di tahun 1962 tatkala novel pendeknya One Day in the Life of Ivan Denisovich (Suatu Hari dalam Hidup Ivan Denisovich) diterbitkan setelah memperoleh persetujuan pribadi dari Khrushchev.

Novel tersebut berdampak luas, sebagai buku yang pertama kali terbit di Uni Soviet yang menggambarkan kehidupan tawanan di kam kerja paksa. Novel itu mencerminkan pengalaman pribadi Solzhenitsyn sebagai seorang tawanan. Ketika Solzhenitsyn dibebaskan dari kam tersebut di tahun 1950-an, dia lalu menulisnya.

Namun, sejak tahun 1964, Solzhenitsyn diserang terus oleh Partai Komunis. Dua novel berikutnya, The First Circle (Lingkaran Pertama) dan The Cancer Ward (Sel Kepiting) tidak lolos sensor sehingga diterbitkan di luar negeri. Di tahun 1970, dia juga memenangkan Hadiah Nobel.

Surat kabar Soviet mengutuk hadiah tersebut sebagai diilhami politik. Solzhenitsyn menerima hadiah itu tetapi dia tidak pergi ke Stokholm untuk menerimanya karena takut bahwa dia tidak akan diizinkan pulang. Novel The Gulag Archipelago (Kepulauan Gulag), 1918-1956, yang terbit di Paris di tahun 1973, bahkan menimbulkan kontroversial yang besar serta mengakibatkan pembuangannya di tahun 1974.

Para penyair periode pasca-Stalin memiliki pengaruh besar terhadap rakyat Soviet, khususnya generasi mudanya. Di awal tahun 1960-an, Yevgeny Yevtushenko, Andrei Voznesensky, Bella Akhmadulina mendeklamasikan syair-syairnya di hadapan ribuan penonton yang apresiatif ketika baru berusia 20-an tahun.

Para penyair tersebut secara intuitif menggugah rakyat bahwa mereka sebenarnya dijejali dengan slogan-slogan politik, ketakjujuran, dan birokrasi serta menghendaki adanya pemulihan nilai-nilai hubungan manusia. Ketika Yevtushenko berkata,” yang ku perlukan adalah bahwa kita semua saling mengoreksi diri,” dia berbicara di hadapan jutaan warga desanya.

Orang Soviet mendapatkan semua bentuk budaya. Pada khususnya mereka menyukai balet, yang lama telah menjadi kebanggaan Rusia. Kebanyakan orang bermimpi untuk dapat pergi ke Teater Bolshoi di Moskow untuk melihat Swan Lake (Danau Angsa) atau Giselle.

Bolshoi mempunyai sekolah balet, tempat para pemuda berbakat memperoleh latihan menari yang ketat dan pelajaran menari yang teratur. Yang terbaik di antara mereka dapat memasuki Bolshoi, sedangkan tamatan lainnya bergabung dengan berbagai perkumpulan balet yang ada di kota-kota besar di seluruh negara.

Pos terkait