Tunisia negara di Afrika Utara

Pita garis pantai panjang Tunisia yang bersinar matahari di Laut Tengah merupakan tempat impian para turis. Semenanjungnya yang berbatu-batu dan pantainya yang berpasir, yang sebagian besar lengang, bertaburkan desa, desa dan kota-kota yang ramah.

Tunisia terletak di Afrika Utara menghadap ke arah Eropa dan Timur Tengah, (Sisilia hanyalah 138 km jauhnya). Selama lebih dari 3.000 tahun, daerah pantai telah menarik banyak orang Eropa dan Timur Tengah, para petualang, dan penyerbu.

Kini, Tunis ibu kota negara ini, mencerminkan pertemuan peradaban Barat dan Timur. Seorang turis, yang berjalan dari pelabuhan Tunisia yang modern ke jalan besar utama di dalam keteduhan pohon ficus, mungkin akan mengira bahwa dia berada di sebuah kota Prancis.

Ketika malam tiba, seluruh penghuni kota bergerak. Kedai-kedai pinggir jalan penuh dengan orang yang meneguk berbagai minuman. Di sepanjang jalan besar, seorang pejalan kaki berhenti sejenak untuk menyalam temannya. Sebagian jalannya macet dengan lalu lintas kereta pedati dan juga mobil-mobil Prancis, sehingga sangatlah sulit untuk menemukan taksi yang kosong.

Pemandangan ini toh tetap tidak persis Prancis. Seorang penjaja jalanan muda menjajakan untaian bunga melati kepada para pengunjung. Seorang wanita yang mengenakan jubah, dengan muka tertutup cadar putih, berjalan di samping anak perempuannya yang mengenakan rok mini.

Para pekerja pria dengan kopiah berlalu-lalang dan di sana-sini seorang pengunjung akan melihat orang berpakaian jebba (jubah longgar) dan bukannya pakaian model barat.

Di ujung jalan besar, yang penuh dengan toko kuno dan katedral Tunis yang besar dan berwarna cokelat, terdapat alun-alun kecil. Jalan ini terus berlanjut, tetapi selanjutnya menjadi terlalu sempit bagi kendaraan, dan kota pun berubah.

Jalan ini adalah Medina atau daerah tua. Seorang pengunjung, yang meneruskan jalannya dan bertemu banyak lorong yang penuh dengan keledai dan orang, berarti sampai ke sebuah pasar.

Di sini para pedagang menjual berbagai dagangan dari radio, pakaian model Barat sampai ke permadani Timur dan babbouches (alas kaki Tunisia).

Setelah melewati pasar ini, jalannya lalu melingkar-lingkar ke atas ke Masjid Agung Zitouna (pohon zaitun), yang dibangun pada abad ke-9. Lima kali sehari, seorang muazin memanggil umat Islam bershalat di masjid. Sampai kini panggilan ini tetap berkumandang di senja hari sama seperti dahulu di Abad Pertengahan.

Peta Wilayah Tunisia
Peta wilayah Tunisia

Kunjungi Peta Tunisia atau di google map

Penduduk Tunisia

Lama sebelum pelaut Asia dan Eropa pertama mencapai pantai Tunisia, di sana sudah terdapat orang yang tinggal di pedalaman. Penduduk asli ini, berpindah secara berkelompok untuk mencari padang rumput, merekalah suku Berber.

Para ahli sejarah tahu bahwa suku Berber tinggal di seluruh Afrika Utara, tetapi tidak seorang pun tahu asaI-usulnya. Suku Berber memiliki kepercayaan agama dan bahasanya sendiri, yang termasuk rumpun bahasa Hamitik di Afrika timur laut. Suku Berber tidak mengenal tulisan, kecuali suku Tuareg di Sahara.

Bangsa Arab menyerbu Afrika Utara di abad ke-7 dan 8 sambil membawa bahasa Arab dan agama Islam. Sejak tahun 1881 hingga kemerdekaan Tunisia, negara itu diduduki oleh Prancis.

Pengaruh kebudayaan Prancis di negeri ini hanyalah di urutan kedua setelah kebudayaan Arab. Penduduk Tunisia terutama terdiri atas keturunan suku Berber dan bangsa Arab. Hampir seluruh penduduk beragama Islam.

Bahasa Arab merupakan bahasa resmi negara, tetapi bahasa Prancis juga banyak digunakan orang. Saat ini, hanya terdapat sekelompok kecil orang yang berbahasa Berber, tidak seperti halnya negara tetangganya Maroko dan Aljazair.

Tuntutan Baru: Tuntutan Kebesaran

Setelah Habib Bourguiba menjadi presiden Tunisia pertama di tahun 1957, dia memusatkan seluruh usahanya untuk membuat negerinya menjadi sebuah negara modern. Dia merasakan bahwa kemerdekaan politik belumlah cukup.

Dalam suatu pidato di tahun 1961, presiden berkata, ”Kebutuhan baru haruslah diajarkan kepada rakyat: tuntutan akan kebesaran…. Perlu bagi saudara-saudaraku rakyat Tunisia memperbaiki standar hidupnya dengan bekerja, seperti yang mereka idamkan untuk dapat berpakaian dengan lebih baik, makan lebih enak, menghidupi keluarga dengan layak, menyekolahkan anak-anaknya, dan memelihara kesehatannya dengan kata lain, untuk hidup sebagai rakyat yang terpandang.”

Untuk menjadi suatu bangsa yang maju, presiden merasa perlu untuk mempersatukan masyarakat modern. Namun, berbagai masalah besar menghadang. Kemiskinan merupakan mayoritas kehidupan penduduknya.

Pemerintah sedang menggalakkan upaya keluarga berencana untuk mengurangi angka kelahiran yang amat tinggi. Namun, kini rakyat Tunisia dapat melakukan apa saja untuk merangsang pertumbuhan ekonomi yang cukup agar sepadan dengan peningkatan penduduk yang setiap tahunnya hampir 25%. ‘

Sejumlah besar dana telah digunakan untuk pendidikan dengan tujuan agar setiap anak Tunisia segera dapat bersekolah. Namun, 2/3 jumlah penduduk masih buta huruf. Rakyat dihadapkan kepada berbagai elemen kehidupan modern-misalnya radio transistor, mesin penabola, minuman kalengan, dan kehidupan kota yang menggiurkan.

Sekitar 1/3 penduduk kini tinggal di kota-kota. Namun, banyak di antaranya meski bergelimang dalam kemajuan kehidupan kota merasa bahwa mereka toh tidak mampu mengubah kesempatan hidup mereka. Mereka yakin dan memasrahkan nasib mereka ke tangan Allah.

Perang Melawan Keterbelakangan Tunisia

Bourguiba menyebut upaya penanggulangan berbagai masalah ini dengan perang melawan keterbelakangan. Di Tunisia terdapat sekelompok kecil teknisi yang berpendidikan Barat yang tinggal dan hidup dalam budaya Prancis dan namun juga budaya tradisional setempat.

Kelompok ini setuju terhadap upaya memodernkan negara. Sebagai akibatnya, Bourguiba mampu menangani berbagai reformasi mencolok di beberapa daerah yang tak seorang pun mengira dapat diubah.

Berbagai langkah penting telah diambil untuk meliberalisasikan kaum wanita. Hukum Islam membolehkan seorang pria memiliki paling banyak empat istri. Namun, memiliki lebih dari satu istri merupakan hal yang terlarang.

Hukum keluarga Islam tradisional telah banyak diubah. Seorang ayah kini tidak lagi memiliki kekuasaan mutlak terhadap anak perempuannya, misalnya seorang wanita tidak boleh dinikahkan kecuali wanita itu setuju.

Bourguiba mendorong kaum wanita untuk membuang cadar, yang disebutnya sebagai lap debu bagi pakaian model Barat. Kaum wanita banyak yang bersekolah dan mereka memiliki hak bekerja dan hak pilih.

Bourguiba juga mengecam praktik berpuasa pada jam-jam siang hari pada bulan puasa Ramadan. Puasa merupakan salah satu kewajiban orang Islam, tetapi Bourguiba menyebutnya sebagai pemborosan ekonomi.

Dia menyatakan bahwa orang yang berpuasa tidak dapat bekerja sehari penuh. Kampanye menentang puasa ini berhasil di antara orang muda di berbagai sekolah dan universitas. Namun, kampanye ini belum berhasil mencapai semua orang.

Pendidikan dan Kebudayaan Tunisia

Tujuan pemerintah Tunisia menyediakan sekolah dasar yang gratis bagi semua anak usia sekolah. Pendaftaran sekolah dasar telah meningkat dengan pesat sejak kemerdekaan.

Di seluruh negara terdapat program pengajaran terpadu bagi sekolah dasar, menengah pertama, dan menengah atas. Di tingkat sekolah dasar, tekanan diberikan terhadap bahasa dan kebudayaan Arab, sedangkan di tingkat berikutnya bahasa Prancis umum dipakai sebagai bahasa pengantar.

Lembaga pendidikan tinggi modern pertama adalah Universitas Tunis, didirikan pada tahun 1960. Kini universitas tersebut memiliki lebih dari 20.000 mahasiswa.

Institut Pasteur yang didirikan di Tunis pada tahun 1893 merupakan pusat penelitian ilmiah yang utama. Di antara museum yang terkenal adalah Museum Bardo Di Tunis, yang sangat termasyur di dunia atas koleksi mosaik Romawinya, dan museum di Sousse yang memiliki warisan arkeologis yang bertarikh abad ke-6 sebelum Masehi.

Lukisan modern merupakan salah satu bentuk seni yang sangat berkembang. Para pelukis, yang termasuk kelompok Sekolah Tunis, memamerkan hasil karyanya di seluruh dunia. Zoubeir Turki dan Abdelaziz Corgi merupakan dua pelukis tenar Tunisia.

Rumah

Di seluruh negara, rumah satu tingkat berkapur putih dengan kerangka pintu dan jendela berwarna hijau, merupakan tempat berteduh yang sejuk dari teriknya matahari.

Atapnya yang datar dapat digunakan untuk duduk-duduk di malam hari, namun ada juga yang berbentuk kubah. Atap ini seringkali ditutup dengan ubin berwarna kuning karat.

Seni mosaik telah berkembang di Tunisia sejak abad ke-1 dan rumah bagian dalam banyak dihias dengan ubin mosaik warna biru atau kuning.

Di daerah pedesaan, sebuah rumah paling sederhana terdiri atas satu kamar, biasanya terbuat dari batu yang diplester dengan lumpur dan dikapur. Di dalam rumah, terdapat kendi tanah besar untuk menyimpan minyak dan gandum.

Makanan

Couscous merupakan hidangan utama yang paling populer di Tunisia, sebagaimana halnya di Maroko dan Aljazair. Couscous adalah padi-padian semolina yang dimasak di dalam sayur rebus yang beraroma. Nasi ini lalu dituangkan ke atas piring besar dan dikelilingi oleh beberapa potong daging matang, biasanya daging kambing atau biri-biri.

Couscous manis, yang disebut dengan mesfouf, yang dicampur dengan kismis dan buah delima atau kurma dihidangkan sebagai pencuci mulut.

Tunisia juga terkenal karena buah-buahannya, seperti delima, kurma, aprikot, persik, prem, pir, apel, anggur, dan jeruk. Kurma yang dikenal sebagai deglet en nour (buah kurma bersinar) harganya sangat mahal.

Pohon kurma juga menghasilkan suatu cairan yang dapat dibuat menjadi minuman arak yang disebut Iegmi. Iban (susu yang telah diambil kepala susunya) yang diminum di waktu makan siang merupakan hidangan yang populer.

Geografi Tunisia

Tunisia adalah negara terkecil di antara tiga negara, yaitu Tunisia, Aljazair, dan Maroko di wilayah yang disebut Maghribi. Dalam bahasa Arab, maghribi berarti barat Daerah itu merupakan bagian paling barat dari dunia Arab.

Dari Aljazair, pegunungan Atlas memanjang ke timur. Rangkaian pegunungan, yang disebut dengan Dorsale, membujur dari barat daya ke timur laut melintasi bagian utara.

Di utara pegunungan ini terletak daerah Tell, merupakan daerah subur yang banyak curah hujannya. Daerah ini merupakan daerah penghasil gandum dan gandum hitam.

Stepa atau padang rumput terdapat di selatan pegunungan ini. Di tempat ini, para penggembala setengah nomadik menggembalakan kambing dan biri-biri mereka.

Gurun Sahara terdapat di selatan Chott Djerid, yaitu suatu danau garam. Di sekitar oasis di daerah gurun banyak terdapat pohon kurma. Buah-buahan dan sayuran tumbuh di sekitar pohon-pohon kurma ini.

Di abad ke-1 Pliny si Tua, seorang ahli sejarah bangsa Romawi menggambarkan kebun di sekitar oasis di Tunisia, ”Di bawah pohon palem yang tinggi terdapat banyak pohon zaitun; di balik pohon zaitun ini terdapat banyak pohon ara; di balik pohon ara terdapat pohon delima; di balik pohon delima, pohon anggur; di balik pohon anggur ditanam gandum, sayuran, dan akhirnya pohon rempah-rempah semua ditanam pada tahun yang sama. Berbagai jenis tumbuhan ini tumbuh di balik kerindangan pohon satu dan lainnya”.

Sepanjang pantai timur terdapat daerah dataran rendah yang disebut dengan Sahel. Pohon zaitun, anggur, jeruk, dan pohon badam banyak ditanam di sini.

Sumber Alam

Tunisia telah mulai mengembangkan sumber alamnya. Minyak ditemukan di bagian selatan, di El Borma (dekat tapal batas Aljazair – Libia), di teluk Cabes serta di banyak tempat lainnya.

Fosfat merupakan mineral penting lainnya dan juga banyak terdapat endapan bijih besi, seng, dan timbel. Di utara, di Jazirah Bon terdapat endapan gas alam. Sumber hutan utamanya adalah pohon gabus, di samping hutan ek gabus di barat laut.

Kota

Pelabuhan Tunis merupakan ibu kota Tunisia, sekaligus kota terbesar. Sfax dan Sousse, di daerah penghasil zaitun di pantai timur adalah dua pelabuhan utama tempat pengapalan minyak zaitun. Bizerte, yang selama beberapa tahun merupakan pangkalan angkatan laut Prancis, merupakan pelabuhan bijih besi dan pusat penangkapan ikan.

Beberapa kota banyak menceritakan masa kejayaan Tunisia di masa lampau. Hanya 14 km di luar Tunis, terdapat daerah pinggiran yang elite Kartago.

Di balik vila-vila para pejabat tinggi dan para diplomat asing, terdapat sisa-sisa kota Kartago tatkala dihancurkan oleh Romawi pada tahun 146 Sebelum Masehi.

Para pengunjung dapat melihat makam Punik (Kartago) dan puing-puing pemandian Romawi. Di dekat laut terdapat sebuah amfiteater, yaitu tempat pertunjukan drama di malam musim panas.

Kairouan merupakan sebuah kota suci yang didirikan di tengah-tengah stepa sekitar tahun 670. Satu hal yang paling menarik di Kairouan adalah Masjid Agung yang selesai dibangun di abad ke-9. Tempat ini juga merupakan pusat pemintalan karpet. Di EI-Djem terdapat peninggalan amfiteater Romawi abad ke-3_yang dapat menampung 30.000 orang.

Beberapa oasis, seperti Gables, Tozeur, Nefta, dan Djerba, menawarkan kombinasi ketenangan dan keindahan kepada para turis. Djerba merupakan sebuah pulau, yang dikabarkan Homer sebagai Pulau Pemakan Buah Lotus.

Perekonomian

Industri utama adalah penambangan fosfat di Tunisia selatan. Terdapat juga beberapa tambang bijih besi, seng, dan timbel. Fosfat ini diolah menjadi pupuk berkadar tinggi, sebagian besar untuk diekspor, sedangkan industri kimianya sedang berkembang.

Terdapat juga industri ringan, terutama industri tekstil dan makanan. Produk makanannya meliputi minyak zaitun, anggur, tepung, sayuran dan buah-buahan kalengan, serta gula (yang disuling dari bahan mentah gula impor dan dari bit gula).

Negara ini masih memiliki sedikit industri berat, kecuali pabrik baja yang kecil. Di Bizerte terdapat pabrik pengilangan minyak. Industri penangkapan ikan berkembang akibat pemakaian peralatan dan metode modern.

Mahdia, kota di pantai timur, merupakan pusat penangkapan ikan dan di sana di sepanjang pantai timur juga terdapat pengalengan ikan sarden dan tuna.

Sejak kemerdekaannya, banyak hotel dibangun untuk mengembangkan berbagai upaya industri pariwisata. Badan Kerajinan Tangan Nasionai mengontrol kualitas dan promosi kerajinan tangan tradisional. Kerajinan ini meliputi karpet, barang pintal tangan, dan kerajinan dari tanah.

Pada dasarnya, Tunisia merupakan negara pertanian. Ekspor utamanya adalah gandum, anggur, dan minyak zaitun, sebagaimana halnya di masa Romawi.

Oleh karena itu, ekonominya bergantung pada cuaca yang tidak menentu. Sebagian besar wilayahnya merupakan daerah kering dan setengah kering, yaitu tempat yang hanya dapat ditanami ketika tahun-tahun musim penghujan.

Pada tahun-tahun itu pun, hujan harus tiba pada saatnya. Curah hujan di Afrika Utara datangnya tidak teratur dan musim kering selama 2 tahun sampai 5 tahun merupakan hal yang umum di daerah kering di wilayah tengah dan selatan. Pemerintah harus menyediakan pangan dan pekerjaan agar penduduk daerah tersebut tidak kelaparan ketika tidak turun hujan.

Di wilayah utara masih terdapat banyak curah hujan, produksi pertanian bervariasi dari tahun ke tahun. Proyek irigasi raksasa di Lembah Medjerda sedang dilaksanakan selama bertahun-tahun.

Namun, proyek irigasi ini sangatlah mahal, sedangkan peningkatan produksi pertanian membutuhkan waktu dan ketrampilan. Pada waktu-waktu tertentu terjadi banjir, seperti halnya tahun 1969, sehingga sangat memukul perekonomian Tunisia.

Pada tahun 1964, pemerintah Tunisia memulai sistem reformasi tanah untuk mendirikan kerja sama pertanian. Pemilik perorangan dipaksa untuk menggabungkan tanahnya. Setiap pemilik tanah memperoleh keuntungan, sedangkan buruh pertanian memperoleh upah harian.

Di sepanjang pantai timur, pemerintah menggalakkan kerja sama pertanian di bidang pemeliharaan kebun zaitun. Banyak di antara pohon ini sudah tua dan tidak produktif lagi.

Program reformasi tanah pada umumnya, kurang populer sehingga produksi pertanian turun dengan tajam. Pada tahun 1969, sistem kerja sama pertanian ini dicabut dan banyak di antara tanah-tanah ini dikembalikan kepada perorangan.

Sejarah Tunisia

Pelaut pedagang bangsa Funisia dari Asia Barat mendirikan pelabuhan dagang di Afrika Utara, sekitar awal abad ke-12 sebelum Masehi. Menjelang abad ke-5 sebelum Masehi, Kartago merupakan pusat kerajaan dagang yang kuat.

Bangsa Romawi membutuhkan waktu lebih dari seabad (264-146 sebelum Masehi) untuk menaklukkan Kartago dan mendirikan permukiman di sepanjang pantai.

Orang Romawi menduduki daerah pedesaan lebih luas dari yang diduduki oleh orang Kartago. Mereka menciptakan provinsi yang bersatu seluas kurang lebih mencakup wilayah Tunisia sekarang.

Selama abad ke-2, ke-3, dan ke-4 provinsi ini berkembang sebagai lumbung pangan Romawi. Mereka banyak menanam pohon zaitun sehingga menjadi produsen utama minyak zaitun bagi Kekaisaran Romawi. Minyak zaitun ini diperlukan untuk makanan, penerangan, dan sabun.

Di bawah kekuasaan Romawi, Kartago menjadi pusat kegiatan Kristen yang paling aktif. Para tokoh awal Kristen yang aktif adalah Tertullian, Santo Cyprian, Santa Monika dan anaknya, Santo Agustinus.

Namun, bangsa Romawi tidak dapat menanamkan agama ataupun bahasa yang langgeng di Tunisia. Di daerah pedalaman, suku Berber tetap menggunakan bahasanya dan percaya terhadap animisme.

Menjelang abad ke-5, Kekaisaran Romawi menjadi lemah lalu bangsa Vandal menyerbu Tunisia. Yang lebih penting lagi adalah serbuan bangsa Arab di abad ke-7 dan ke 8.

Mereka tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk mengenyahkan pendudukan Romawi. Bangsa Arab menaklukkan Kartago pada tahun 698 dan lalu mendirikan kota Tunis, yang ketika itu merupakan desa kecil yang terlindung oleh laguna dari gelombang laut.

Suku Berber yang sangat menjunjung kemerdekaan, sangat sulit untuk ditaklukkan. Hingga zaman pendudukan Prancis seabad kemudian, sejarah Tunisia merupakan pertentangan terus-menerus antara para pemukim tetap pantai dan suku nomad atau setengah nomad dari daerah pedalaman.

Bangsa Arab berhasil menyatukan budaya Tunisia. Invasi bangsa Arab di abad ke-11 dan ke-12 memperluas agama Islam dan bahasa Arab kepada hampir setiap orang pedalaman.

Berbagai dinasti berganti-ganti menguasai Tunisia. Di bawah dinasti Hafsid (1228-1574) Tunis menjadi salah satu pusat budaya dunia Islam yang paling gemilang. Selama masa inilah ibn Khaldun menulis beberapa buku tentang sosiologi yang pertama di dunia.

Pada tahun 1574, Tunisia menjadi satu bagian dari Kekaisaran Turki Usmani, tetapi perlahan-lahan memperoleh hak untuk memerintah sendiri.

Dinasti Hussein berdiri pada tahun 1705 dan memerintah hingga menjadi sebuah republik. Pada tahun 1881 Prancis, yang sebelumnya telah menduduki Aljazair, lalu menduduki pula Tunisia dan pada tahun 1883 menjadikan wilayah ini sebagai sebuah protektorat Prancis.

Prancis lalu memperluas wilayah pertanian tetapnya, membangun banyak kota baru di sekitar kota-kota Arab kuno, dan membangun jaringan jalan raya dan jalan kereta api.

Sumbangan Prancis yang terbesar yang banyak mempengaruhi orang Tunisia, adalah pendidikan modern. Di bawah Prancis, sekitar seperempat anak-anak muslim memperoleh pendidikan.

Namun, hanya sedikit saja tumbuh kelompok kelas menengah di Tunisia. Mereka adalah kelompok yang mengambil budaya Prancis kontemporer tanpa menanggalkan warisan budaya Arab-Islam.

Perjuangan melawan pendudukan bangsa asing dibiayai dan dimenangkan oleh kelompok tersebut.

Di awal tahun 1930-an, Habib Bourguiba serta Partai Neo-Destournya (yang pada tahun 1964 diubah menjadi Partai Sosialis Destour) memimpin Tunisia.

Partai ini menerima peradaban Barat yang dibawa oleh Prancis, namun menentang Kolonialisme dan berjuang untuk mendapatkan pemerintahan sendiri.

Akhirnya pada tahun 1956 setelah perjuangan panjang, Tunisia mencapai kemerdekaan dengan Bourguiba sebagai presiden. Ia diangkat sebagai presiden seumur hidup pada tahun 1975.

Pada tahun 1987 ia digulingkan oleh Perdana Menteri Zine eI-Abidine Ben Ali yang mengatakan bahwa Bourguiba tidak pantas memerintah. Ben Ali, yang memegang tampuk kepresidenan terpilih untuk jabatan itu tanpa oposisi pada tahun 1989 dan 1994.

Pemerintahan Tunisia

Sampai tahun 1981 Tunisia bersistem politik satu partai. Partai Sosialis Destour (DSP) menduduki sebuah kursi dewan perwakilan Permusyawaratan Nasional, sejak kemerdekaan sampai tahun 1994.

Pada tahun itu, pemilihan berdasarkan kode pemilihan yang diperbarui menjamin sedikitnya 19 kursi dari 163 kursi perwakilan bagi pihak oposisi, walaupun DSP tetap berkuasa, dan larangan bagi partai fundamentalis Muslim tetap berlaku. Anggota Permusyawaratan Nasional dipilih setiap S tahun.

Galeri

Ringkasan

  • TUNISIA-EI Jamhuriya et Tunisiya adalah nama resmi negara.
  • RAKYAT-disebut orang Tunisia.
  • IBU KOTA: Tunis.
  • LETAK GEOGRAFIS: Anika Utara.
  • Perbatasan: Laut Tengah, Libia, Aljazair.
  • WILAYAH: 163.610 km2.
  • CIRI FISIK: Titik tertinggi-Djebel Chambi (1544 m). Titik terendah-23 m di bawah paras laut. Sungai utama-Medjerda, Miliane. Danau utama-Chott Djerid.
  • PENDUDUK: 8,7 juta jiwa (perkiraan terakhir)
  • BAHASA UTAMA: Arab (bahasa resmi), Prancis.
  • AGAMA UTAMA: Islam (agama resmi), Katolik Roma, Yahudi.
  • PEMERINTAHAN: Republik. Kepala negara-presiden. Kepala pemerintahan: perdana menteri. Badan legislatif-Dewan nasional satu-kamar.
  • KOTA UTAMA: Tunis (1.000.000 jiwa), Sfax (257.000 jiwa), Sousse (80.600 jiwa), Bizerte (68.300 jiwa).
  • EKONOMI: Mineral utama-fosfat, minyak, gas alam, bijih besi, seng, timbel.
  • Produk pertanian utama gandum, gandum hitam, zaitun, minyak zaitun, semangka, tomat, anggur, kurma, bit gula.
  • Produk dan Industri: pupuk, pengolahan makanan (minyak zaitun, anggur, tepung terigu), tekstil, kerajinan tangan, pariwisata, peternakan.
  • Ekspor utama-minyak mentah, pakaian, fosfat dan asam fosfor, minyak zaitun, buah-buahan segar.
  • Impor utama-mesin, produk minyak, minyak mentah, besi dan baja, kendaraan bermotor, gula.
  • MATA UANG: 1 dinar Tunisia : 1000 millime.

Baca juga:

Pos terkait