Uganda Winston Churchill menyebutnya negeri dongeng

Uganda – Di manakah letak mata air Sungai Nil? Pertanyaan ini menggelitik para penjelajah Eropa abad ke-19 di Afrika. Tahun demi tahun berlalu, sekian jiwa telah melayang dan sekian banyak biaya telah dikeluarkan sebelum jawabannya diketemukan, yakni Danau Victoria.

Ketika John Hanning Speke dan James Grant menemukan sumber Sungai Nil Putih pada tahun 1862, mereka juga memantapkan kesinambungan kepentingan Eropa di Uganda.

Selain mempengaruhi sejarah negeri ini, kepentingan Eropa di Sungai Nil dan kedudukan wilayah ini dalam kaitannya dengan sungai itu pada akhirnya mengubah seluruh arah sejarah Afrika Timur.

Peta wilayah Uganda

Selengkapnya kunjungi Peta Uganda atau di google map

Geografi Uganda

Sir Winston Churchill pernah menyebut Uganda sebagai dongeng. Danau yang besar-besar, salah satu sungai yang terbesar di dunia, jajaran pegunungan yang bermahkotakan salju dan lembah yang luar biasa besarnya, kesemuanya itu terdapat di negeri ini. Satu-satunya kekurangannya adalah pesisir laut merupakan lahan yang terkurung di tengah-tengah dataran tinggi Afrika Timur.

Di sepanjang perbatasannya dengan Zaire, jebakan dalam yang berupa Lembah Celah Besar memotong melintasi Uganda. Sejumlah danau, termasuk Danau Edward, Albert, dan George, bertebaran di dasar lembah itu. Di antara Danau Edward dan Danau Albert, pegunungan Ruwenzori menjulang setinggi lebih dari 4.900 m di sepanjang lereng terjal Lembah Celah Besar.

Diperkirakan bahwa Ruwenzori adalah Pegunungan Bulan yang legendaris dan yang sering disebut-sebut oleh para ahli geografi kuno. Di sepanjang perbatasannya dengan Rwanda, jajaran Virunga (Pegunungan Mufumbiro) yang antara lain terdiri atas sejumlah gunung berapi yang masih aktif, menjulang setinggi lebih dari 4.260 m.

Sebagian besar lahan Uganda yang membentang dari utara ke timur dari Lembah Celah Besar dan pegunungan itu berupa dataran tinggi yang berkisar antara 900 sampai 1.500 m tingginya. Ketinggiannya itu menyebabkan wilayah ini beriklim nyaman dengan sedikit perbedaan suhu dalam setahun.

Di seluruh bagian selatan negeri ini curah hujan biasanya tinggi sepanjang tahun, tetapi di bagian utara curah hujan lebih rendah dan musim kemarau berlangsung selama bulan Juni dan Juli.

Danau Victoria, mata air Sungai Nil Putih, mendominasi Uganda bagian tenggara. Dengan luasnya yang 236.036 km2 itu, danau ini hanya diungguli besarnya oleh Danau Superior di Amerika Utara. Sungai Nil meninggalkan Danau Victoria di Jinja dan kemudian mengalir ke barat me|a|ui Danau Kyoga ke Danau Albert.

Bentangan sungai ini dikenal sebagai Sungai Nil Victoria dan, dalam perjalanannya ke Danau Albert, sungai ini mengalir deras dari ketinggian lebih dari 40 m melalui sebuah jurang yang megah di Air Terjun Murchison. Begitu sungai ini meninggalkan Danau Albert dan berbelok ke utara menuju Sudan, namanya berubah menjadi Sungai Nil Albert.

Di sebelah utara Danau Victoria di perbatasan Uganda-Kenya, Gunung Elgon, yakni gunung berapi yang sudah mati dan terpencil, menjulang setinggi 4.321 mLereng Gunung Elgon termasuk di antara lahan pertanian yang paling subur di Uganda.

Kota Besar

Semakin banyak penduduk daerah pedesaan yang hijrah ke kota, tetapi penduduk perkotaan masih merupakan golongan minoritas di Uganda. Ibu kotanya, Kampala, seperti halnya Roma, dikatakan sebagai kota yang disangga oleh tujuh buah bukit.

Dengan penduduk lebih dari 500.000 jiwa Kampala adalah kota yang terbesar di Uganda dan merupakan pusat perdagangan dan perindustrian serta pemerintahan. Kota itu pun dahulu merupakan ibu kota tradisional kerajaan Buganda.

Bendungan Air Terjun Owen di Jinja

Beberapa kilometer dari Kampala, di pesisir Danau Victoria, terletak Entebbe, ibu kota di zaman kolonial Inggris. Bandara internasional Uganda terletak di Entebbe. Jinja, adalah kota terbesar kedua, terletak di tepi Sungai Nil Victoria. Jinja telah menjadi pusat perindustrian yang sedang tumbuh sejak diresmikannya Bendungan Air Terjun Owen pada tahun 1954.

Penduduk Uganda

Lebih dari 98% penduduk Uganda adalah kelompok masyarakat Afrika, termasuk kelompok masyarakat Bantu, Nilote, Nilo-Hamite, dan Sudan. Kelompok masyarakat Asia, yang kebanyakan adalah para saudagar keturunan India dan Pakistan, pernah memegang peranan penting dalam sektor perdagangan di negeri ini.

Akan tetapi, atas perintah pihak pemerintah pada tahun 1972 sebagian besar masyarakat Asia, terutama yang belum menjadi warga negara diusir dari Uganda. Sejumlah orang Eropa dan Amerika masih tetap tinggal di negeri ini, yang sebagian besar tinggal sementara berdasarkan kontrak sebagai pembantu dan penasihat teknis untuk pemerintah dan berbagai lembaga pendidikan.

Sungai Nil berfungsi sebagai garis pemisah antara kelompok masyarakat Bantu dan Nilote serta Nilo-Hamite. Kelompok masyarakat Bantu pada umumnya tinggal di sebelah selatan sungai dan kelompok lainnya di sebelah utara sungai.

Masyarakat Bantu

Di antara kelompok masyarakat Bantu, masyarakat Baganda merupakan kelompok yang terbesar, yang mencakup kira-kira 16% dari seluruh penduduk. Mereka tinggal di kawasan di sekitar Kampala dan Entebbe, di sepanjang tepi Danau Victoria.

Selama berabad-abad kelompok masyarakat Baganda telah diorganisasi menjadi sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Buganda. Kerajaan tersebut diperintah oleh seorang kabaka (raja). Para kepala suku ditunjuk oleh kabaka dan bertindak sebagai suatu dewan penasihat, atau semacam parlemen, yang disebut Iukiko.

Kabaka juga dibantu oleh seorang katikiro, atau setingkat perdana menteri. Beberapa marga tertentu mengemban kewajiban turun-temurun-misalnya menjaga kebakaran yang terjadi di luar istana kabaka selama masa pemerintahannya.

Sebagian besar penduduk adalah petani yang menggarap lahan yang subur di kerajaan itu. Di bawah pemerintahan kolonial Inggris, kerajaan Buganda diperkenankan melestarikan berbagai lembaga kerajaan dan tradisionalnya. Akan tetapi, pada tahun 1966, setelah pertikaian yang berkepanjangan antara pemerintah pusat Uganda dengan kerajaan itu, kabaka diusir ke luar dan kerajaan Buganda dihapuskan pada 1967.

Seperti di masa silam, masyarakat Baganda masa kini juga menjadi petani yang tinggal di perumahan keluarga dan bukan di desa atau kota kecil. Rumah tradisional Baganda berbentuk sarang lebah dan beratap nipah.

Namun, kini rumah yang terbuat dari batu bata lumpur yang beratap logam telah semakin populer. Para wanita Baganda biasanya mengenakan baju panjang yang berpola warna-warni dan terbuat dari katun, sedangkan kaum pria mengenakan jubah putih panjang atau pakaian gaya Barat.

Pisang merupakan tanaman pangan utama dan kebanyakan ditanam oleh para wanita. Selain sebagai makanan pokok, pisang sering pula dimanfaatkan untuk membuat semacam bir dan disuling untuk membuat minuman khas-yang disebut waragi atau arak pisang. Tanaman perdagangan, seperti kopi dan kapas, ditanam oleh kaum pria, tetapi pada musim panen seluruh anggota keluarga bersama-sama menuai hasilnya.

Kelompok masyarakat Bantu lain yang penting di Uganda adalah kelompok masyarakat Banyoro, Batoro, dan Banyankole. Seperti halnya kelompok masyarakat Baganda, mereka juga mendirikan kerajaan di zaman prakolonial. Kelompok masyarakat Banyoro, Batoro, dan Banyankole kebanyakan adalah petani. Masyarakat Banyankole juga memelihara sapi bertanduk panjang yang terkenal ke seluruh Afrika.

Masyarakat Nilote dan Nilo-Hamite

Masyarakat Karamojong adalah kelompok masyarakat Nilo-Hamite yang hidup di daerah sabana yang kering di Uganda bagian timurlaut. Sapi merupakan lambang kekayaan masyarakat Karamojong. Oleh karena itu, yang dipentingkan adalah kuantitasnya, bukan kualitasnya.

Lelaki Karamojong mungkin dipanggil menurut nama sapi kesayangannya dan tidak jarang dia mengatur pertumbuhan tanduk sapinya itu sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk dekoratif. Kaum pria menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memelihara sapi dan tidak jarang mengajaknya berbicara dan bernyanyi.

Kaum wanita menanam padi-padian dan tanaman pangan lainnya untuk melengkapi menu makanan pokok yang terdiri atas susu dan darah sapi. Masyarakat Karamojong biasanya menyembelih sapi untuk diambil dagingnya hanya pada kesempatan istimewa saja.

Sapi merupakan bagian utama dari emas kawin yang harus dibayarkan oleh pria untuk memperoleh istri. Akan tetapi, pembayaran berupa sapi itu bukan berarti bahwa si pria membeli seorang isteri. Itu merupakan tindakan yang mempertautkan kedua keluarga dan untuk menjamin bahwa seluruh kerabat bakal mempertahankan kesinambungan perkawinan tersebut.

Sebagian besar kelompok masyarakat Nilote dan Nilo-Hamite lain di Uganda bagian utara juga hidup sebagai penggembala yang berkisar di seputar sapi. Berlainan dengan tetangganya, yaitu kelompok masyarakat Bantu yang hidup di sebelah selatan, para penggembala ini tidak pernah diorganisasi menjadi kerajaan yang sangat kokoh.

Selain kelompok Karamojong, kelompok penting lain yang tinggal di sebelah utara adalah kelompok masyarakat Acholi, Alur, Teso, Langi, dan Lugbara.

Pendidikan

Bersekolah tidak diwajibkan dan kebanyakan siswa harus membayar uang sekolah. Sekolah dasar berlangsung selama 7 tahun dan lebih dari seperdua anak usia sekolah dasar sekarang telah bersekolah.

Sekolah menengah dibagi menjadi empat kategori, yakni sekolah umum, sekolah teknik, sekolah pertanian, dan sekolah pendidikan guru sekolah dasar. Sekolah umum berlangsung selama 6 tahun dan dirancang untuk mempersiapkan siswa bagi pendidikan tingkat universitas.

Perguruan Tinggi Universitas Makerere adalah lembaga pendidikan tinggi tertua di Afrika Timur. Selama beberapa puluh tahun Makerere telah menampung mahasiswa dari Kenya, Uganda, Tanzania, Malawi, Zambia, dan negara tetangga lainnya. Para mahasiswa dari Ruanda, Burundi, Sudan, dan Nigeria juga menuntut pelajaran di Makerere. Para mahasiswa mancanegara antara lain berasal dari Eropa, Amerika Utara, dan Jepang.

Agama

Sekitar 50% penduduk Uganda beragama Kristen-terbagi rata antara Katolik Roma dan Protestan. Terdapat pula golongan minoritas Islam yang cukup banyak. Sisanya menganut berbagai agama tradisional. Banyak di antara agama tradisional itu yang animistis dan tidak jarang mencakup bentuk tertentu pemujaan nenek moyang.

Ekonomi Uganda

Masa kekuasaan Idi Amin antara tahun 1971 dan 1979 mewariskan kondisi ekonomi yang kacau. Pada awal tahun 1980-an perekonomian negeri ini sama sekali tidak berfungsi. Namun, Uganda secara potensial kaya. Letaknya yang di hulu Sungai Nil itu menimbulkan dampak ekonomi yang berarti.

Bendungan Air Terjun Owen merupakan salah satu kunci menuju pembangunan industri Uganda. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh Air Terjun Owen telah menyediakan sebagian besar kebutuhan tenaga listrik, sedangkan surplus tenaga listriknya diekspor ke Kenya. Pabrik tekstil dan pabrik minuman keras adalah di antara berbagai industri yang masuk ke Jinja setelah selesainya pembangunan bendungan itu.

Uganda pada dasarnya adalah negeri pertanian. Tanaman perdagangan utamanya selama ini adalah kopi dan kapas yang merupakan bagian terbesar dari ekspor negara ini pada tahun 1970. Sampai saat ini negeri ini merupakan penghasil kopi terbesar di kalangan negara Persemakmuran.

Di berbagai negara Afrika para pemukim kulit putih memperkenalkan usaha tani perkebunan tanaman perdagangan. Akan tetapi, di Uganda permukiman kulit putih tidak digalakkan sehingga hanya usaha tani perkebunan kecil yang berkembang.

Hampir seluruh kopi dan kapas ditanam oleh kelompok masyarakat Afrika. Akan tetapi, secara tradisional kelompok masyarakat Asialah yang menangani pemrosesan hasil tanaman tersebut. Tanaman perdagangan lainnya adalah teh, tebu, dan kacang tanah.

Tanaman pangan yang paling banyak ditanam adalah pisang, jagung, ketela, dan bulgur. Pisang yang ditanam ada dua macam, yakni pisang biasa untuk pencuci mulut dan pisang raja, atau pisang yang direbus. Pemeliharaan ternak-terutama sapi, domba, dan kambing-terpusat di daerah Karamoja sebelah timurlaut dan di daerah baratdaya.

Karena sepertujuh dari seluruh wilayah negeri ini berupa perairan terbuka, selama ini perikanan merupakan bagian penting dalam perekonomian Uganda. Cukup banyak hasil tangkapan ikan yang diekspor ke berbagai negara Afrika Timur lainnya. Akhir-akhir ini usaha tani perikanan telah digalakkan oleh pemerintah.

Tembaga merupakan sumber mineral utama Uganda. Tambang tembaga di Kilembe di Pegunungan Ruwenzori mulai beroperasi pada tahun 1950-an. Pengembangan industri tembaga didukung oleh perluasan jalur jalan kereta api ke Kasese di wilayah barat.

Sebelum tahun 1970-an pariwisata merupakan sumber pendapatan yang bagus bagi negara ini. Setiap tahun ribuan wisatawan datang mengunjungi taman suaka margasatwa. Akan tetapi, setelah Idi Amin mulai berkuasa pada tahun 1971, kegiatan pariwisata merosot karena orang takut kepada kekerasan yang merajalela di seluruh negeri. Pada kondisi anarki seperti itu kegiatan pariwisata sama sekali terhenti.

Pada tahun 1952 Badan Usaha Pembangunan Uganda didirikan oleh pemerintah untuk menggalakkan pembangunan ekonomi. Badan usaha itu menyediakan dana untuk berbagai proyek pertambangan, perhotelan, perikanan, dan pertanian. Kegiatannya hampir terhenti sama sekali pada tahun 1970-an ketika Amin berkuasa dan sampai saat ini upaya untuk menghidupkannya kembali belum membawa hasil.

Sampai tahun 1977 Uganda, Kenya, dan Tanzania adalah anggota Masyarakat Afrika Timur. Badan itu telah berhasil melestarikan tradisi kerja sama yang sudah ada sejak lama di antara ketiga negara di bidang transportasi, dinas pelayanan pos, pemungutan pajak, keuangan, dan pendidikan. Menjelang tahun 1977 badan tersebut dibubarkan karena alasan politik.

Sejarah Uganda dan Pemerintahan

Orang Pigmi yang hidup dari berburu dan mengumpulkan makanan diduga merupakan kelompok masyarakat paling awal yang menghuni negeri ini. Selama seribu tahun pertama sebelum Masehi, kelompok masyarakat Cushite yang berasal dari Ethiopia bagian selatan bermigrasi ke wilayah ini.

Berabad-abad kemudian mereka disusul oleh kelompok masyarakat Bantu yang menurut salah satu teori yang penting menyebar ke sebagian besar wilayah tengah dan selatan Afrika dari Kongo. Kelompok masyarakat Bantu berbaur dengan kelompok masyarakat Cushite yang mereka temui di Uganda dan menerapkan sebagian besar kebudayaannya.

Menjelang abad ke-14 para raja Cwezi dari Kitara memerintah sebagian besar masyarakat Bantu di daerah yang kini menjadi bagian Uganda. Menjelang akhir abad ke-15 para penyerbu Luo Nilote dari utara menggulingkan kekuasaan Kitara.

Selama berabad-abad para penyusup itu menerapkan bahasa dan kebudayaan masyarakat Bantu yang telah mereka taklukkan. Akhirnya, berdirilah berbagai kerajaan lain, misalnya Bunyoro, Ankole, Buganda, dan Toro. Kerajaan Bunyoro, yang menjiplak kerajaan Kitara kuno, merupakan negara terkuat selama abad ke-16 dan ke-17. Pada abad ke-18 kerajaan Buganda mulai memerangi kerajaan Bunyoro untuk mencapai keunggulan di daerah itu.

Para pemilik dan pedagang budak Arab berkunjung ke Uganda pada tahun 1840-an. Mereka berhasil mengislamkan sebagian masyarakat Baganda dan beberapa orang Arab bahkan menjadi penasihat Kabaka Buganda, Mutesa I.

Pencarian mata air Sungai Nil menghantarkan John Hanning Speke dan James Grant ke Uganda pada tahun 1862. Sir Samuel Baker, seorang penjelajah Inggris lainnya, mengunjungi wilayah ini pada tahun 1864, dan menemukan Danau Albert. Dia namakan danau itu menurut nama Pangeran Albert, suami Ratu Victoria.

Kelompok orang asing pertama yang tiba di lahan tersebut terkesan oleh liku-Iiku berbagai kerajaan kuno di Uganda. Sebaliknya, Kabaka Buganda, Mutesa |, terkesan oleh teknologi yang dimiliki para pendatang itu, terutama kaum pendatang dari Eropa.

Ketika Henry Morton Stanley, si penjelajah dan wartawan itu, berkunjung ke Buganda pada tahun 1875, Mutesa merestui sarannya agar kaum misi Kristen diperkenankan memasuki negeri itu. Akan tetapi, tidak lama kemudian timbul persaingan sengit antara golongan Protestan, Katolik, dan Islam di Buganda.

Ketika Mutesa mangkat pada tahun 1884, dia digantikan oleh putranya, Mwanga. Tidak lama kemudian Mwanga mulai membantai orang-orang Kristen. Pembantaian ini menjadi titik tolak masa sepuluh tahun yang diwarnai dengan kemelut agama dan perang saudara.

Dalam Konperensi Berlin tahun 1884-1885, negara-negara Eropa menyetujui suatu rencana untuk membagi Afrika di antara mereka sendiri. Pada akhir tahun 1880-an Inggris dan Jerman sepakat untuk membagi Afrika Timur. Kenya dan Uganda diserahkan kepada Inggris, sedangkan Tanganyika diberikan kepada Jerman.

Pada tahun 1894 sebuah protektorat Inggris didirikan di Buganda. Inggris dan kelompok masyarakat Buganda kemudian mempersatukan kekuatan mereka untuk memperluas kekuasaan Inggris ke bagian lain dari wilayah yang sekarang menjadi Uganda.

Pada tahun 1900 suatu persetujuan ditandatangani antara Inggris dan kerajaan Buganda. Dengan adanya persetujuan tersebut Buganda memperoleh status setengah merdeka. Kemudian Inggris membuat persetujuan serupa dengan kerajaan Bunyoro, Toro, dan Ankole serta distrik Busoga.

Selama tahun 1950-an Buganda menentang upaya Inggris untuk menciptakan suatu pemerintah pusat yang kuat. Akan tetapi, pada tahun 1962 sebuah undang-undang dasar baru memberikan status federasi kepada Buganda dan kerajaan lainnya itu.

Dengan diterimanya undangundang dasar itu oleh Buganda, jalan menuju ke kemerdekaan menjadi terbuka lebar. Pada tanggal 9 Oktober 1962 Uganda menjadi negara merdeka di Negara Persemakmuran. Seorang gubernur jenderal mewakili Ratu Inggris dan bertindak sebagai kepala negara.

Segera setelah kemerdekaan, jabatan gubernur jenderal dihapus dan Kabaka Buganda, Sir Edward Mutesa, menjadi presiden pertama. Pertikaian segera meletus antara Presiden Mutesa dengan perdana menteri Dr. Apolo Milton Obote. Pada tahun 1966 pertikaian meledak menjadi perang yang berakhir dengan kekalahan pasukan Presiden.

Milton Obote mengambil alih jabatan kepresidenan dan sebuah undang-undang baru diberlakukan. Semua kerajaan dihapus dan negara itu dibagi menjadi 18 daerah yang diperintah oleh pemerintah pusat. Pada bulan Januari 1971 angkatan darat menggulingkan Obote. Mayor Jenderal Idi Amin menjadi presiden.

Peristiwa Penting

Menyusul kudeta tahun 1971 , Idi Amin mencampakkan undang-undang dasar 1967, membubarkan Majelis Nasional dan mengangkat dirinya sendiri menjadi kepala negara dan kepala pemerintahan dengan gelar Presiden Seumur Hidup.

Selama 8 tahun berikutnya polisi rahasia Amin membantai tidak kurang dari 300.000 orang. Selama kekuasaan Amin, banyak penduduk Uganda yang melarikan diri ke negara tetangganya Tanzania, termasuk bekas presiden Obote.

Pada akhir tahun 1978 sejumlah satuan angkatan darat di Uganda bagian selatan memberontak dan Amin mengirim pasukan setianya untuk memadamkan pemberontakan itu. Baku tembak itu merembet ke negara tetangganya Tanzania ketika pasukan Amin merebut kira-kira 1.125 km2 daerah.

Pasukan Tanzania yang didukung para pemberontak menanggapinya dengan menyerbu Uganda pada April 1979. Mereka berhasil merebut Kampala dan Amin melarikan diri ke luar negeri. Pemerintahan Tanzania mendapat kritikan dari Organisasi Persatuan Afrika (OAU) karena menyerbu Uganda, tetapi ia menjawab bahwa pasukan Idi Aminlah yang mula-mula menyerbu Tanzania.

Setelah beberapa kali berada di bawah pemerintahan peralihan, Obote kembali ke tampuk kepresidenan melalui pemilu. Pada masa baktinya yang kedua itu pembantaian etnis, korupsi dan kerusuhan sosial terus merebak.

Orang Uganda yang tewas pada masa Obote ini hampir sama banyak dengan yang dibunuh pada masa Idi Amin. Obote digulingkan lagi oleh militer. Pada 1986 pemerintahan militer itu digulingkan oleh Pasukan Perlawanan Nasional (NRA). Pemimpin NRA Yoweri Museveni lalu menjadi presiden.

Museveni mencoba menyatukan bangsanya dan membangun ekonominya. Pada Maret 1994 negeri itu melaksanakan pemilu pertamanya sejak 14 tahun berlalu guna memilih anggota Majelis Konstituante untuk merumuskan rencana undang-undang dasar yang akan memilih presiden dan anggota dewan perwakilan pada tahun 1995.

Diulas oleh:
ALI A. MAZRUI, Perguruan Tinggi Universitas Makarere, Kampala Uganda
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait