Zimbabwe negara di pedalaman Afrika bagian selatan

Di pedalaman Afrika bagian selatan, di sebelah utara Sungai Limpopo dan di sebelah selatan Sungai Zambezi, terletak Zimbabwe, sebuah negara yang indah tetapi sarat dengan kesulitan. Nama Zimbabwe diambil dari nama sebuah kota kuno Afrika yang kini tinggal reruntuhannya saja. Negara ini dahulu bernama Rhodesia-dari nama penjajah Inggris Cecil Rhodes.

Geografi Zimbabwe

Sungai Limpopo membentuk sebagian besar perbatasan bagian selatan, yang memisahkan negara ini dari Republik Afrika Selatan. Di perbatasan sebelah utara terletak Sungai Zambezi yang berarus deras, dengan Air Terjun Victoria yang membentang lebih dari satu mil melintasi Zambia yang terletak di sebelah utaranya.

Pada awal abad ke-20 sebuah jembatan kereta api pernah melintasi Sungai Zambezi pada jurang pertama di bawah air terjun itu. Kereta api berjalan demikian dekatnya dengan air terjun itu sehingga para penumpang dapat merasakan percikan airnya.

Zimbabwe berbatasan dengan Mozambik, di sebelah timur dan timurlaut. Karena negara ini hanya dikelilingi daratan, maka berbagai bandar di Mozambik merupakan jalan tembus menuju lautan. Jalan tembus itu lenyap saat Mozambik menutup perbatasan dengan Zimbabwe selama tahun 1975-1979.

Negeri Veld

Sebagian besar wilayah Zimbabwe, yang luasnya 391.090 km2 itu, terdiri atas plato dan kawasan veld tinggi yang merupakan jantungnya (veld berarti “lahan berumput ” dalam bahasa Afrika).

Pengunjung yang datang ke negeri yang tinggi ini dapat menikmati pemandangan bentang lahan yang menghijau dan agak bergelombang. Pada musim kemarau di saat rerumputan veld itu berubah warnanya, dataran tinggi itu tampak seperti lautan emas yang beriak.

Batu granit yang mencuat dan disebut kopjes bertebaran di dataran tinggi tersebut. Pada kenyataannya, kawasan Perbukitan Matopo di sebelah barat itu hampir seluruhnya terbentuk oleh batu granit. Pegunungan lainnya yaitu Manica, Vumba, Inyanga, dan Chimanimani terletak di kawasan Tanah Tinggi Bagian Timur di dekat perbatasan Mozambik.

Selain sejumlah puncak di Tanah Tinggi Bagian Timur itu, veld tinggi merupakan lahan yang tertinggi di Zimbabwe. Kawasan veld tinggi yang mencakupi seperempat wilayah lahan itu mempunyai ketinggian sekitar 1.220 m-1.830 m dan membentang dari arah timurlaut ke baratdaya melintasi bagian tengah negeri ini. Kawasan ini beriklim sedang.

Di sebelah utara dan selatan kawasan veld tinggi itu lahan melandai ke tengah veld dengan ketinggian antara 610 m -1.220 m. Di bagian ini lahan lebih banyak tererosi dan iklimnya lebih panas. Veld rendah adalah istilah untuk lembah Sungai Limpopo dan Sungai Zambezi serta untuk suatu dataran banjir di sebelah tenggara, yang tingginya kurang dari 610 m.

Iklim Zimbabwe

Sebagian besar negeri dengan empat musim ini beriklim agak kering, terutama di bagian barat. Musim udara sejuk dimulai pada bulan Mei. Di siang hari udara hangat dan cerah, tetapi di malam hari dingin menggigilkan.

Pada akhir Agustus musim sejuk berakhir dan musim panas mulai. Periode paling panas adalah pada pertengahan Oktober. Musim hujan utama berlangsung selama November-Maret. Antara Maret dan Mei tiba musim pasca hujan dengan curah hujan yang hanya cukup untuk mematangkan tanaman.

Peta wilayah Zimbabwe

Kunjungi Peta Zimbabwe atau di google map

Kota Besar dan Objek Wisata

Berbagai bangunan yang bercat putih kemilau di ibukota Harare (dahulu Salisbury) tampak seperti tiba-tiba menjulang dari plato Mashonaland. Harare dibangun sebagai Benteng Salisbury pada tahun 1890 oleh para pemukim kulit putih dari Afrika Selatan.

Kota Harare ibu kota Zimbabwe

Mula-mula kota itu tumbuh dengan lamban, tetapi menjelang tahun 1980-an telah berpenduduk 625.000 jiwa. Pengawetan tembakau dan pemrosesan makanan merupakan industri penting.

Produk utamanya adalah mebel, bahan bangunan, dan pupuk. Namun, yang lebih menarik para pengunjung adalah berbagai gedung pemerintah yang megah dan Universitas Zimbabwe.

Di bagian barat daerah veld tinggi terdapat kota Bulawayo, kota kedua terbesar dan pusat perdagangan utama. Kota ini merupakan pusat jaringan jalan raya dan titik temu utama jalur kereta api. Kota ini memanufaktur produk logam, ban, dan alat pertanian.

Di baratlaut Bulawayo terletak Reruntuhan Khami, yaitu sisa-sisa bangunan dan teras batu yang dibangun oleh orang Rozwi-cabang suku Bantu.

Kota lain yang penting di Zimbabwe termasuk Chitungwiza, Gweru (dahulu Cwelo), dan Mutare (dahulu Umtali). Kota Mutare yang mungil dan molek ini terletak di lembah yang dikelilingi oleh pegunungan Manica dan Vumba.

Di sebelah utara, di Pegunungan Inyanga, terdapat puncak tertinggi negeri ini, yaitu Puncak Inyangani (2.596 m). Di Inyanga terdapat berbagai peninggalan Bantu yang mencakup wilayah antara 5.180 km2-7.770 km2.

Zimbabwe, atau Zimbabwe Besar, di dekat Benteng Victoria, adalah peninggalan Bantu yang terpenting di negeri ini dan kompleks kuil-benteng kerajaan yang paling besar di Afrika hitam. Lokasi tersebut mungkin telah dihuni sejak tahun 500 M.

Akan tetapi, berbagai bangunan yang ada di sana saat ini dibangun oleh kelompok demi kelompok Bantu mulai dari abad ke-11 Masehi sampai tahun 1800. Kompleks tersebut terdiri atas tiga bagian utama, yaitu Kuil dengan temboknya yang tinggi yang menampung dua buah menara berbentuk kerucut; Akropolis, yaitu bukit berbenteng; dan Lembah Reruntuhan, yaitu suatu wilayah berpagar dinding.

Benteng Akropolis

Penduduk Zimbabwe

Bagian terbesar penduduk negeri ini adalah orang Bantu. Golongan mayoritas ini meningkat pada awal tahun 1980-an karena semakin banyaknya orang kulit putih keturunan Eropa yang meninggalkan negeri ini.

Kelompok Bantu adalah orang Afrika berkulit hitam yang merupakan campuran antara keturunan Hamite dan Negro. Kelompok Bantu yang terutama adalah suku Mashona dan Matabele (atau Ndebele).

Suku Mashona yang tinggal di daerah sebelah utara dan timur, adalah kelompok yang lebih besar. Nenek moyang mereka agaknya telah menghuni bagian Afrika ini sejak tahun 1000 sampai tahun 1400.

Suku Matabele, yang tinggal di daerah sebelah selatan dan barat, adalah kelompok yang lebih kecil. Setelah memasuki negeri ini pada kira-kira tahun 1837, mereka mengungguli kelompok Mashona. Suku Mashona berbahasa Shona, sedangkan suku Matabele berbahasa Ndebele. Kedua-duanya adalah bahasa Bantu.

Penduduk kulit putih di Zimbabwe berjumlah kira-kira 220.000 jiwa. Mereka terutama tinggal di kawasan veld tinggi. Banyak orang kulit putih itu adalah para imigran yang berasal dari Afrika Selatan, baik yang keturunan Inggris maupun Afrikaner (pemukim pertama Belanda).

Orang kulit putih berbahasa Inggris dan sebagian besar di antara mereka beragama Kristen. Kelompok masyarakat kulit putih menguasai sektor ekonomi, tetapi telah melepaskan kekuasaan mereka di bidang pemerintahan.

Dua kelompok lainnya yang penting adalah kelompok kulit berwarna dan kelompok Asia. Di Afrika bagian selatan kata ”kulit berwarna” berarti orang yang berdarah campuran. Kata_itu tidak pernah dipakai untuk menyebut orang Bantu asli.

Terdapat kira-kira 26.000 orang kulit berwarna di Zimbabwe. Kelompok Asia yang terdiri atas orang India, Cina, dan Jepang hanya berjumlah 9.000 jiwa; kebanyakan bekerja sebagai pedagang.

Cara Hidup Masyarakat Zimbabwe

Pada dasarnya terdapat 3 cara hidup di Zimbabwe-kehidupan tradisional yang dijalani oleh hampir 2/3 orang Bantu yang tinggal di Lahan Perwalian Kesukuan (lahan pemerintah yang khusus disediakan untuk orang Bantu); cara hidup yang dijalani oleh lebih dari % orang Bantu yang bekerja di lingkungan orang kulit putih; dan cara hidup orang kulit putih.

Kehidupan Kesukuan Zimbabwe

Desa orang Bantu menampung 6-50 gubuk kecil, atau kaia, yang biasanya mengelompok di sekitar kraal atau kandang sapi. Sapi merupakan harta yang paling berharga bagi penduduk desa. Satuan sosial dasar masyarakat Bantu, yaitu marga, juga merupakan dasar bagi desa.

PEmandangan Desa Bantu

Semua penduduk desa saling berkerabat satu sama lain. Meskipun banyak orang Bantu yang tinggal di Lahan Perwalian telah memeluk agama Kristen, masih lebih banyak di antara mereka yang mempraktikkan pemujaan nenek moyang.

Ketika ada pasangan Bantu yang menikah, sanak keluarga mereka membantu membuatkan rumah kecil dan bulat, yang disebut kaia. Dinding kaia terbuat dari campuran lumpur, lempung, dan rerumputan yang ditempel pada suatu kerangka yang terdiri atas beberapa tonggak.

Atap ilalang yang berbentuk kerucut itu terbuat dari ikatan rerumputan veld. Jika si suami menikah lagi, seperti yang masih dilakukan oleh sebagian orang Bantu pedesaan, setiap istrinya memiliki kaia sendiri. Kaia kelompok Matabele terkadang berbentuk persegi dan dihias dengan disain geometris. Di beberapa daerah rumah batu telah menggantikan kaia.

Kelahiran bayi merupakan kebahagiaan bagi semua anggota kerabat. Pada umur 7 tahun, anak lelaki mulai membantu menjaga domba dan kambing, sedangkan anak perempuan belajar membuat gerabah dan membawanya di kepala.

Pada umur 10 tahun, anak lelaki mulai belajar memelihara sapi, sedangkan anak perempuan belajar mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Para pria memelihara sapi dan para wanitanya menanam jagung.

Karena lahan Bantu tidak subur dan tidak selalu menghasilkan bahan pangan yang cukup, ayah kadang-kadang terpaksa harus pergi meninggalkan rumah untuk bekerja di kota atau di lahan pertanian besar milik orang kulit putih. Terkadang malah seluruh keluarga terpaksa harus pergi.

Kota Satelit

Orang Bantu yang bekerja pada petani kulit putih atau perusahaan pertambangan menyewa sepetak lahan milik majikannya dan membangun rumah di atasnya. Namun, orang Bantu yang membanjiri kota besar untuk bekerja terpaksa tinggal di ”kota satelit pribumi” yang sengaja disediakan di luar kota. Kehidupan di kota satelit itu berat bagi orang Bantu yang baru datang yang biasanya tidak dapat berbahasa Inggris.

Kehidupan ”ErOpa”. Kelompok masyarakat kulit putih yang lebih senang tetap tinggal di Zimbabwe pada umumnya menikmati kehidupan yang baik. Banyak yang memiliki rumah modern bergaya Barat, bahkan tidak jarang lengkap dengan halaman dan kolam renang yang apik.

Baik rumah maupun halaman itu diurus oleh pembantu rumah tangga suku Bantu. Undang-undang dasar Zimbabwe menjamin sejumlah kursi untuk warga kulit putih di parlemen; jaminan itu baru boleh diubah pada tahun 1987. Menjelang saat itu, semakin banyak orang kulit putih yang meninggalkan Zimbabwe.

Pendidikan

Universitas Zimbabwe yang terletak di Harare dibuka pada tahun 1955 dan selama ini merupakan lembaga yang multirasial. Lembaga pendidikan keguruan yang berjumlah sekitar 20 buah itu baru menjadi lembaga yang multirasial berdasarkan undang-undang sejak tahun 1979.

Sebelum tahun 1979 memang terdapat dua sistem pendidikan yang terpisah di bawah tingkat universitas-yaitu khusus untuk orang kulit hitam dan khusus untuk orang kulit putih.

Namun, saat sebuah pemerintah mayoritas kulit hitam yang terbatas mulai berkuasa di Zimbabwe pada tahun 1979, delapan undang-undang yang melarang diskriminasi rasial telah diberlakukan. Salah satu di antaranya melarang pemisahan dalam pendidikan umum.

Ekonomi

Zimbabwe mempunyai dua sistem ekonomi yang berlainan satu sama lain. Yang satu ada|ah sistem ekonomi pertanian keluarga Bantu. Yang satunya lagi adalah sistem ekonomi modern yang dibangun dan dilaksanakan oleh orang kulit putih. Jagung merupakan tanaman utama di kalangan para petani kesukuan. Mereka juga menanam sedikit buncis dan padi serta memelihara sapi untuk diambil susunya.

Pemilahan kedua sistem ekonomi itu bersumber dari adanya suatu kebijakan pembagian lahan di antara kedua ras tersebut. Undang-undang yang melandasi pelaksanaannya, yaitu Undang-Undang Pembagian Lahan tahun 1930, dicabut pada tahun 1978.

Akan tetapi, ketika undang-undang itu masih berlaku, 42% lahan telah diberikan kepada kelompok masyarakat Bantu dan 48% lahan kepada kelompok masyarakat kulit putih. Orang kulit putih memperoleh lahan subur di daerah beriklim sejuk di kawasan veld tinggi, tidak jauh dari jalur kereta api dan jalan raya.

Wilayah kelompok Bantu kebanyakan terletak di veld sedang atau rendah yang beriklim lebih panas, dengan lahan yang tidak begitu subur serta jauh dari jalur jalan kereta api dan jalan raya.

Sekitar 1/3 penduduk Bantu bekerja di sektor perekonomian yang dijalankan oleh orang kulit putih sebagai buruh tambang, buruh tani, atau buruh pabrik. Di masa silam jarang ada orang Bantu yang naik kedudukannya dari buruh menjadi mandor. Pendapatan rata-rata orang kulit putih adalah 10 kali lipat pendapatan orang Bantu dalam setahun.

Mineral

Emas dan asbes menduduki peringkat pertama di antara berbagai mineral yang terdapat di negeri ini. Mineral lainnya adalah bijih krom, batubara, besi, tembaga, dan nikel.

Pertanian

Dahulu tembakau merupakan komoditi ekspor utama negara ini. Produk lain yang penting di lahan pertanian dan peternakan veld tinggi adalah jagung dan sapi. Pada tahun 1950-an tebu dan kapas mulai ditanam di kawasan veld rendah dan gula menjadi komoditi ekspor utama. Disamping itu, juga ditanam jeruk, teh, gandum, cantel, bulgur, padi, kacang tanah, dan singkong.

Industri

Industri berat meliputi industri logam, bahan bangunan, dan mesin pertanian. Industri lain yang juga penting adalah penggilingan tepung, pemurnian gula, tekstil dan sandang, rekayasa, pupuk, dan kertas.

Pemanufakturan berbagai barang konsumen meningkat dengan tajam setelah tahun 1965, ketika negara itu menyatakan kemerdekaannya secara sepihak sehingga Inggris dan PBB, yang menganggap negara itu sebagai pembangkang, meminta berbagai negara lain menghentikan kegiatan perdagangan dengannya. Rakyat menanggapinya dengan membuka lebih dari 1.000 industri yang membuat barang keperluan mereka sendiri.

Sanksi ekonomi yang berlaku sampai tahun 1980 itu mempersempit pasar ekspor. Sebagai komoditi ekspor utama, tembakaulah yang paling terpukul. Pemerintah terpaksa menganjurkan aga. para petani mengurangi penanamannya.

Gula juga tidak kalah terpukulnya. Sanksi itu menggugah para petani untuk menganekaragamkan tanaman mereka dan kapas merupakan pengganti yang paling disukai.

Sejarah Zimbabwe dan Pemerintahannya

Masyarakat Zaman Besi yang diduga terdiri atas kelompok Bantu mulai memasuki wilayah Zimbabwe yang sekarang ini dari berbagai kawasan di sebelah utaranya dari sekitar tahun 500 M sampai tahun 1000 M. Kelompok Bushman Zaman Batu yang telah terlebih dahulu menghuni wilayah tersebut lambat laun berbaur atau didepak keluar.

Berbagai kelompok Bantu yang berbahasa Shona masuk dari sebelah utara dari sekitar tahun 1000 sampai tahun 1400. Salah satu kelompoknya, yaitu Karanga, mendirikan kerajaan Monomotapa pada pertengahan abad ke-15.

Kerajaan itu bertahan selama 200 tahun meskipun, setelah berdiri selama SO tahun, setengah bagian selatannya memisahkan diri di bawah pimpinan suatu marga yang disebut Rozwi.

Marga Rozwi menggulingkan kerajaan Monomotapa menjelang tahun 1700. Kelompok ini tetap berjaya selama 100 tahun, tetapi mulai menyurut tatkala kelompok Matabele datang pada tahun 1837.

Di bawah pimpinan Mzilikaze, kelompok Matabele serta-merta menguasai seluruh negeri dari kawasan sebelah barat di sekitar ibu kota Bulawayo. Wilayah ini kemudian dinamakan Matabeleland.

Kedatangan Orang Inggris

Putra Mzilikaze, Lobengula, menjadi raja Matabele pada akhir tahun 1880-an. Pada saat itu Cecil Rhodes, yang memimpikan penggelaran kekuasaan Inggris dari ”Cape sampai Kairo”, mulai melirik kawasan yang sekarang disebut Zimbabwe.

Pada tahun 1888 kaki tangan Rhodes memperoleh hak pengelolaan mineral di wilayah tersebut dari Lobengula. Rhodes kembali ke Inggris dan membentuk the British South Africa Company (disingkat BSA Company).

Untuk memantapkan klaim perusahaan tersebut, Rhodes mengirim Barisan Perintis yang terdiri atas 180 pemukim kulit putih, 117 buah gerobak sapi, dan 500 polisi ke Mashonaland tahun 1890.

Bertolak dari Afrika Selatan, barisan menyeberang masuk ke kawasan Zimbabwe pada bulan Juni, menyusuri pinggiran Matabeleland dan tiba di Mashonaland pada bulan Agustus dan mendirikan kam basis yang dinamakan Benteng Victoria. Barisan itu bergerak maju ke utara mendirikan Benteng Salisbury. Para petani mengikuti jejak mereka dan bermukim di sepanjang jalur tersebut.

Peperangan antara orang Bantu dan para pemukim meletus pada 1893 dan 1896. DaIam perang itu Matabele tergilas dan Matabeleland dibuka untuk permukiman. Kedua peperangan tersebut meninggalkan parut yang tak kunjung hilang dalam hubungan antargolongan di negara itu.

Pada tahun 1895 nama Rhodesia diterapkan oleh BSA Company untuk Mashonaland dan Matabeleland. Akan tetapi, kedua kawasan itu kemudian dikenal sebagai Rhodesia Selatan untuk membedakannya dari Rhodesia Utara yang terletak di tepi lain Sungai Zambezi.

BSA Company memerintah Rhodesia Selatan sampai tahun 1923, ketika wilayah itu menyatakan berpemerintahan sendiri di bawah kekuasaan kulit putih. Pada tahun 1953 Rhodesia Selatan bergabung dengan Rhodesia Utara dan Nyasaland membentuk Federasi Rhodesia dan Nyasaland. Federasi ini bubar pada tahun-1963.

Jalan Menuju ke Pemerintahan Mayoritas

Ketika federasi itu dibubarkan, Rhodesia Utara dan Nyasaland menjadi negara merdeka dengan nama Zambia dan Malawi. Rhodesia Selatan kemudian dikenal dengan nama Rhodesia saja. Pihak Inggris yang masih mempertahankan kekuasaannya, menolak memberikan kemerdekaan kepada Rhodesia tanpa suatu janji berupa pemerintahan golongan mayoritas.

Namun, janji semacam itu tinggal janji belaka. Pada tahun 1965 Pemerintah kulit putih Rhodesia secara sepihak menyatakan kemerdekaannya dari inggris. Inggris menanggapi pernyataan itu sebagai tidak sah. Pada tahun 1970 Rhodesia menjadi republik.

Pada tahun 1978 Perdana Menteri lan Smith dan tiga orang pemimpin nasionalis kulit hitam sepakat atas undang-undang dasar baru yang memberikan hak suara kepada penduduk kulit hitam dan perlindungan bagi penduduk kulit putih.

Tahun 1979 uskup Abel Muzorewa menjadi perdana menteri kulit hitam pertama negara yang mengganti namanya menjadi Zimbabwe Rhodesia. Namun di samping kaum nasionalis kulit hitam militan di bawah Front Patriotik terus menentang pemerintah, terdapat tekanan dunia internasional bagi suatu penyelesaian yang akan mencakup semua kelompok.

Inggris menghimpun semua pihak pada akhir tahun 1979. Persetujuan gencatan senjata tercapai dan disusunlah suatu undang-undang baru. Tahun 1980, melalui pemilihan umum baru, Robert Mugabe, pemimpin Front Patriotik, menjadi perdana menteri negara baru Zimbabwe. Mugabe terpilih kembali tahun 1985.

Dua tahun kemudian, Zimbabwe bertukar menjadi bentuk negara presidensial dengan Mugabe sebagai presidennya. Ia terpilih kembali tahun 1990 setelah peleburan dua partai politik terkemuka. Oposisi dalam partai, yang kini terkenal sebagai ZANUPF, memaksa Mugabe membatalkan usaha membentuk negara berpartai tunggal tahun 1991.

Diulas oleh: HIBBERD V.B. KLINE, Jr., Universitas Pittsburgh
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait