Ghana negara Pantai Emas

Ghana boleh disebut negeri festival. Di berbagai desa yang paling terpencil dan kota yang paling besar, penduduk berkumpul untuk merayakan peristiwa bersejarah yang utama, kemenangan perang yang gemilang, permulaan musim panen, dan melimpahnya pangan.

Setiap festival diwarnai dengan bunyi gendang dan tari-tarian. Gendang besar, yang dibuat dari batang pohon besar yang bolong di bagian dalamnya dan ditutup dengan kulit rusa antelop hitam, biasanya disertai dengan serunai dan terompet.

Orang menari dengan menggunakan gerakan-gerakan tradisional kelompok keturunan mereka sebagai langkah dasarnya. Lambat laun, gerakan-gerakan tersebut telah dikembangkan menjadi berbagai bentuk tarian yang populer dan mudah diingat.

Salah satu tarian seperti itu, yakni high life, yang berasal dari suatu festival desa kecil di Ghana, menjadi tarian yang paling disenangi oleh penduduk dan kepopulerannya menyebar ke banyak bagian Afrika dan negeri Barat.

Peta wilayah Ghana
Peta wilayah Ghana

Kunjungi Peta Ghana atau di google map

Geografi Ghana

Republik Ghana terdiri atas bekas koloni Inggris yang disebut Pantai Emas, protektorat pedalaman Ashanti dan Wilayah Utara, serta wilayah perwalian Togoland Inggris.

Negeri ini berwilayah 238.537 km2. Terletak di Teluk Guinea di Afrika sebelah barat, berbatasan dengan Burkina di sebelah utara, Togo di sebelah timur, dan Pantai Gading di sebelah barat.

Pantai berpasir dengan pohon palem dan rawa bakau membentang di sepanjang pesisir. Di balik garis pantai berpasir itu, dataran pantai membentang kira-kira 97 km ke pedalaman. Ini merupakan negeri bergelombang yang tertutup perdu dan rerumputan.

Lebih jauh ke pedalaman, vegetasinya menjadi lebih rimbun, berubah menjadi perbukitan berhutan, dan akhirnya menjadi hutan belantara. Sabuk hutan belantara tropis membentang di seluruh daerah tengah selatan negeri ini.

Daerah ini sesekali diseling oleh perbukitan berhutan dan sungai. Daerah inilah yang disebut Ashanti, merupakan daerah perkayuan yang penting dan sumber utama pertanian dan kekayaan mineral Ghana.

Di sebelah utara hutan belantara itu vegetasinya menjadi lebih jarang, dan negeri ini sedikit demi sedikit menjadi dataran yang bergelombang.

Ghana tidak mempunyai kisaran pegunungan yang besar. Titik tertinggi di negeri ini terletak di sepanjang perbatasan sebelah timur, dengan ketinggiannya mencapai 885 m di Gunung Afadjato. Sebagian besar negeri ini tingginya kurang dari 150 m di atas paras laut.

Sungai

Terdapat banyak sungai dan riam di Ghana. Dalam musim hujan beberapa sungai berarus deras, sedangkan di musim kemarau menjadi riam kecil. Sungai ‘yang terpenting adalah Volta yang mempunyai dua buah cabang utama, yakni Volta Putih dan Volta Hitam. Sungai kecil yang penting antara lain adalah Tano, Ankobra, dan Pra.

Rampungnya pembangunan bendungan besar yang melintasi Sungai Volta pada tahun 1965 menciptakan sebuah waduk raksasa tepat di sebelah utara Akosombo. Waduk yang dikenal sebagai Danau Volta itu adalah salah satu di antara badan-badan air buatan terbesar di dunia.

Waduk tersebut panjangnya 400 km dan mencakup wilayah 9.065 km2. Tenaga listrik yang berasal dari proyek PLTA Danau Volta menyediakan hampir seluruh kebutuhan tenaga listrik negeri ini. Danau Bosumtwi yang besar dan diduga berasal dari gunung berapi itu terletak di sebelah tenggara Kumasi.

Iklim

Iklim Ghana pada umumnya tropis. Curah hujan berkisar antara 80 cm di sepanjang sabuk pantai di tenggara sampai 200 cm di daerah pesisir tenggara.

Dari bulan Desember sampai Januari angin timur laut harmattan yang kering bertiup masuk dari Sahara dan debu merah halus mengendap di lahan tersebut.

Di Ghana utara, angin itu bertiup lebih lama dan lebih kencang dibandingkan dengan di sebelah selatan. Angin harmattan mengakibatkan penurunan kelembapan yang cukup besar dan udara di siang hari biasanya dingin menggigil dan di malam hari bahkan lebih .dingin lagi.

Kota Besar

Akra

Akra, ibu kota dan kota terbesar di Ghana, terletak di pesisir Teluk Guinea. Selama 30 tahun terakhir ini, Akra telah berubah dari kota propinsi kecil menjadi kota metropolitan yang sibuk dan menjadi pusat perniagaan.

Jalan dan jalur berjalur hijau yang lebar-lebar di Akra penuh sesak dengan bus, truk, mobil dan taksi. Di sana terdapat banyak gedung modern, baik gedung pemerintah maupun gedung milik perusahaan, rumah susun, museum, dan hotel.

Berbagai toserba dan pasar swalayan di kota itu sarat dengan barang yang dibuat dan dimanufaktur serta barang import. Tamantaman terbuka di Akra menciptakan suasana tropis dan teduh menghijau. Pohon buah-buahan seperti nyiur, pepaya, mangga dan jambu terlihat di segenap penjuru kota itu.

Puri Christianborg

Puri Christianborg, kedudukan resmi pemerintah Ghana, merupakan daya tarik utama di Akra. Puri yang merupakan bangunan putih berkelok-kelok dan megah itu dibangun pada tahun 1657 di tempat pos perniagaan pertama yang didirikan oleh orang Portugis pada tahun 1578.

Akra mempunyai sebuah bandara udara dan merupakan terminal sistem perkeretaapian yang ekstensif.

Kumasi

Kumasi adalah kota terbesar kedua di Ghana. Terletak jauh di tengah hutan daerah tengah selatan, Kumasi dahulunya adalah ibu kota kerajaan Ashanti kuno.

Kota yang pada suatu saat merupakan kota kecil dengan perumahan berdinding lumpur dan beratap ijuk, akhir-akhir ini Kumasi telah menjelma menjadi pusat perdagangan dan transportasi yang utama.

Pada tahun-tahun terakhir pemerintah telah memusatkan upayanya untuk membangun fasilitas perumahan, rumah sakit dan pabrik modern.

Pabrik perakitan truk di Tema Ghana
Pabrik perakitan truk di Tema. Ghana

Salah satu tempat paling sibuk di Kumasi adalah pasar terbukanya, yang dianggap sebagai yang terbesar di Afrika Barat. Setiap hari ratusan wanita, yang dikenal sebagai wanita pasar karena kemampuan mereka sebagai pedagang eceran, berkumpul di pasar itu untuk berbelanja.

Dengan menyunggi keranjang berisi barang produksi di kepalanya, mereka bergegas dari satu pedagang ke pedagang lainnya untuk memperoleh harga paling memuaskan.

Sekondi-Takoradi

Sekondi-Takoradi, yang dahulunya merupakan dua kota yang terpisah, terletak di tepi pantai Ghana di Teluk Guinea. Kedua kota itu dibaurkan menjadi satu kota madya pada tahun 1946.

Sekondi didirikan oleh orang Belanda pada abad ke-16. Sekarang kota itu pada dasarnya merupakan daerah permukiman dan perdagangan.

Takoradi adalah kota modern dengan berbagai gedung pemerintah yang baru, sebuah rumah sakit modern, dan toserba. Pelabuhan buatan pertama di Ghana dibangun di Takoradi pada tahun 1928. SekondiTakoradi sekarang merupakan kota pusat perdagangan dan industri penting.

Sampai tahun 1960-an, Tema, yang terletak kira-kira 30 km sebelah timur Akra, hanyalah merupakan sebuah desa nelayan kecil. Namun pada tahun 1961, sebuah pelabuhan buatan yang besar dibangun di di sini.

Pemerintah yang menyadari pentingnya pelabuhan ini, kemudian mendirikan sebuah kota baru di sekeliling kota lama. Fasilitas penghunian dibangun untuk menampung sejumlah besar pekerja.

Industri-seperti penyulingan minyak, pabrik sabun, penggilingan tepung, peleburan aluminium, pindah ke daerah ini, dan segera saja Tema menjadi pusat industri utama di Ghana.

Akan tetapi, banyak di antara penduduk Tema masih bergantung kepada perikanan untuk hidupnya sehingga sebuah pelabuhan ikan yang besar juga telah dibangun.

Dua kota penting yang lain adalah Pantai Tanjung, yang terletak di Teluk Guinea, dan Tamale, yaitu pusat pemerintahan daerah utara.

Penduduk Ghana

Terdapat lebih dari selusin kelompok etnis di Ghana. Mayoritas penduduk termasuk kedalam 6 kelompok besar. yaitu: Ashanti dan Brong Ahafo di daerah hutan-belantara tengah, Fanti di pantai dan daerah tengah selatan, Ga dan Ewe di selatan dan tenggara, serta Dagomba dan Mamprusi yang hidup di utara.

Dari segi kebudayaan, setiap kelompok suku memiliki indra jatidiri yang kuat, berbicara dalam bahasa yang berbeda, dan menjalankan adat dan tradisi yang berbeda.

Cara Hidup

Di tahun-tahun belakangan ini telah terjadi sebuah perpindahan orang muda dari desa dan kota di utara ke pusat-pusat perkotaan utama. Di sini mereka bekerja di kantor dan industri dan bersekolah.

Akan tetapi, sebagian terbesar penduduk Ghana adalah petani swasembada. Biasanya penduduk pria berburu, membuka lahan dan menangkap ikan, dan para wanitanya mengurus rumah tangga dan berjualan.

Baik pria maupun wanita ikut serta dalam menggarap lahannya. Beberapa kelompok penduduk memelihara domba, ayam, kambing, ayam mutiara, babi, dan sejumlah ternak besar.

Sebagian terbesar penduduk tinggal di desa dan kota kecil di pedalaman negeri ini. Rumah mereka biasanya berbentuk empat persegi panjang, berdinding lumpur dan beratap datar yang sering kali terbuat dari jerami atau besi berombak. Kota kecil biasanya dibagi menjadi kawasan perniagaan dan wilayah permukiman.

Ashanti terkenal karena produksi benda seni yang terbuat dari emas dan perunggu. Di zaman dahulu bangsa Ashanti membuat benda-benda kecil dari kuningan yang dapat ditimbang dengan serbuk emas untuk digunakan sebagai alat pembayaran barang.

Di Ashanti terdapat toko khusus untuk para pemahat kayu, pengrajin kulit, dan pandai alat musik serta untuk berbagai pengrajin lainnya, yang banyak di antaranya mempunyai keahlian membuat tekstil yang bagus.

Sering kali seorang ayah menurunkan tradisi tersebut kepada anak lelakinya sehingga ketrampilan itu tetap berada di lingkungan keluarga. Sebuah pepatah Ashanti berbunyi ”kalau Anda mengikuti jejak ayah Anda, Anda akan belajar berjalan seperti dia”.

Sandang

Di berbagai kota, sebagian terbesar pria dan wanita mengenakan pakaian bergaya Barat. Akan tetapi, untuk busana malam, acara resmi, dan festival, penduduk Ghana mengenakan Kente yang anggun dan ceria, yang dianggap sebagai busana nasional.

Kain berpola indah ditenun dari benang sutera dan katun. Lembaran-lembaran kain itu kemudian dijahit menjadi bermeter-meter bahan sandang berbentuk seperti toga yang dikenakan para pria. Para wanitanya biasanya membuat kain itu menjadi rok sepanjang tungkai dan blus serta dilengkapi dengan stola yang serasi.

Pendidikan dan Bahasa

Sistem sekolah di Ghana sangat ekstensif dan hampir setiap anak bersekolah di sekolah dasar tanpa dipungut uang sekolah. Sejak tahun 1948 pemerintah telah mengembangkan tiga buah lembaga pendidikan tinggi, yakni Universitas Ghana di Legon, daerah pinggiran kota Akra. Universitas Sains dan Teknologi Kumasi, dan Kolese Universitas Partai Tanjung. Terdapat pula cukup banyak institut teknik.

Beasiswa tersedia bagi para mahasiswa untuk belajar ke luar negeri. Pemerintah berupaya keras untuk menurunkan angka tuna aksara (sekarang sekitar 60%) dengan menyelenggarakan kelompok belajar untuk orang dewasa di berbagai kota di seluruh negeri.

Bahasa Inggris adalah bahasa resmi negara, meskipun berbagai kelompok menggunakan bahasa mereka masing-masing. Di antara yang paling penting adalah bahasa Fanti, Twi, Ga, Dagbani, Ewe, dan Hausa.

Agama

Agama Kristen dimasukkan berabad-abad yang lalu oleh kaum misi Eropa. Saat ini kira-kira 24% penduduk Ghana beragama Kristen, sedangkan sekitar 38%, yakni yang tinggal di kota kecil di daerah pedesaan, menganut kepercayaan animisme tradisional.

Peranan nenek moyang dalam agama sangat menentukan dan penting dalam hampir segala aspek kehidupan. Sekitar 30% penduduk Ghana beragama Islam, yang mula-mula dibawa masuk ke bagian Afrika ini oleh para musafir dari Afrika Utara.

Ekonomi Ghana

Sejak kemerdekaannya pada tahun 1957, Ghana telah melakukan lompatan besar dalam memodernkan pertanian dan dalam mengembangkan industri.

Akan tetapi, lepas dari adanya kemajuan tersebut, sebagian terbesar penduduk adalah petani swasembada. Ubi, singkong, padi, cantel, milet, dan kacang ditanam untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Banyak pula penduduk yang terlibat dalam produksi cokelat, yang merupakan tanaman perdagangan utama.

Lebih dari seperdua dari pendapatan ekspor negeri ini berasal dari tanaman tersebut. Sebagai produsen utama cokelat dunia, Ghana juga membudidayakan berbagai produk ekspor lainnya, seperti karet, kelapa sawit, dan kacang kola.

Sabuk hutan belantara di wilayah tengah menyediakan kayu untuk industri perkayuan yang besar. Karena adanya samudra, danau, dan banyaknya sungai, perikanan merupakan mata pencaharian utama lain bagi penduduknya.

Akhir-akhir ini, industri perikanan telah mencapai kemajuan besar. Perahu kecil bermotor dan kapal pukat harimau yang besar sekarang telah digunakan, sedangkan perikanan darat pun telah berkembang.

Karena kayanya endapan boksit di Ghana, produksi aluminium telah menjadi salah satu di antara berbagai industri paling baru dan paling besar di negeri ini. Emas dan mangan masih ditambang dan intan merupakan industri terbesar kedua di dunia.

Pengembangan ekonomi yang paling penting adalah Proyek Sungai Volta. Pembangunan bendungan dan PLTA Akosombo di Sungai Volta yang rampung pada tahun 1965 itu menyajikan listrik tenaga air yang murah dan melimpah bagi negeri ini.

Sebelumnya Ghana terpaksa harus mengandalkan impor minyak diesel untuk penyediaan listriknya. Mungkin keuntungan terbesar dari adanya Proyek Sungai Volta itu adalah berupa industri boksit aluminium, terutama industri peleburan aluminium raksasa di kota pelabuhan Tema.

Sejarah

Sedikit sekali yang diketahui tentang periode prasejarah Ghana. Berbagai perkakas, alat bertani, senjata, gerabah, dan pecahan gerabah telah ditemukan, tetapi belum cukup untuk mengungkapkan banyak hal kepada para ahli sejarah tentang masyarakat yang hidup di daerah Afrika ini di zaman purba.

Bermula pada awal abad ke13 dan berlanjut sampai pertengahan tahun 1600-an, beberapa kelompok yang berpindah-pindah mendirikan sejumlah kerajaan kecil di wilayah ini.

Sebagian terbesar kelompok ini aslinya berasal dari daerah Afrika di sebelah barat Sudan. Mereka menggunakan bahasa yang sama, yakni bahasa Akan, dan bermukim di hutan belantara Ghana.

Pada tahun 1695 kerajaan Ashanti mempersatukan sebagian terbesar kelompok tersebut menjadi sebuah negara yang kuat.

Raja Ashanti disebut asantehene dan istananya terletak di kota Kumasi. Pada tahun 1817 para saudagar Inggris mengunjungi kota itu. Dalam perjalanan pulang mereka menulis tentang kekayaan keluarga kerajaan Kumasi, yang berbusana kain tenun yang dihias dengan emas dan perak, tentang kebersihan rumah-rumahnya, dan keramahtamahan penduduknya.

Kepala negara Ashanti yang pertama adalah Osei Tutu, yang memerintah di kota Kumasi pada akhir abad ke-17. Tradisi menyatakan bahwa pada suatu hari, sewaktu terjadi hujan badai, sebuah dampar kencana jatuh dari langit ke pangkuan Osei Tutu.

Karena keajaiban ini, maka timbullah anggapan bahwa dia bakal menjadi asantehene atau pemimpin seluruh bangsa Ashanti. Dampar kencana itu menjadi lambang persatuan dan kekuatan bangsa Ashanti.

Raja Osei Tutu membuat undang-undang dasar, membangun angkatan bersenjata tetap, membentuk suatu sistem peradilan, dan mengorganisasi seluruh kerajaan dengan cara yang seefisien mungkin.

Kekuasaan Ashanti tergelar dari Ghana tengah sampai ke daerah pesisir dan Kumasi dianggap sebagai ibu kotanya. Pemerintahannya adalah suatu bentuk kerajaan kedewataan, tetapi kekuasaan raja senantiasa dikontrol dan dibatasi oleh dewan ninik mamak.

Anak lelaki tidak mewarisi mahkota dari ayahnya, calon pengganti raja dipilih dari salah seorang di antara para anggota keluarga kerajaan. Orang yang menduduki singgasana tidak dianggap sebagai dewa, yang dianggap dewa adalah kedudukannya, dan dampar kencana adalah lambang persatuan spiritual bangsa Ashanti.

Hilangnya dampar itu berarti bencana. Sistem pemerintahan ini masih berlaku di kalangan bangsa Ashanti dewasa ini. Setiap penduduk Ashanti mempunyai sebuah dampar sebagai bagian dari perabot rumah tangga mereka.

Penjelajahan Orang Eropa

Para penjelajah Portugis mendarat di pantai yang sekarang termasuk wilayah Ghana pada tahun 1471 dan mulai berniaga dengan penduduk yang tinggal di sepanjang pesisir. Pada mulanya, mata dagangan mereka terutama berupa gading, lada, dan serbuk emas.

Karena melimpahnya persediaan emas, orang Portugis menamakan wilayah itu Pantai Emas. Laba yang diperoleh dari perniagaan tersebut menjadi sedemikian melimpahnya sehingga orang-orang Eropa lainnya pun ikut tertarik.

Para pedagang Inggris, Belanda dan Swedia mengikuti jejak orang Portugis, dan menjelang abad ke-18 suatu rangkaian panjang benteng Eropa telah berdiri di sepanjang Pantai Emas.

Tidak lama kemudian perdagangan emas menjadi kegiatan kedua sesudah lalu lintas manusia. Karena bidang perkebunan di negara-negara Amerika membutuhkan tenaga kerja yang lebih murah, perbudakan menjadi semakin penting.

Pada tahun 1631 Inggris mendirikan Benteng Kormantin di pesisir Ghana dan pada tahun 1672 Royal African Company diberi hak carter untuk mengambil alih perdagangan budak dari tangan Belanda dan untuk mengapalkan budak ke berbagai perkebunan tebu di Hindia Barat.

Orang-orang Eropa saling bertikai untuk memperoleh bagian dalam pasar budak. Kesudahannya, orang Belanda mendepak orang Portugis dari Pantai Emas, dan selanjutnya orang Belanda menjual kepentingan-kepentingannya kepada orang Inggris.

Inggris menyatakan perdagangan budak sebagai pelanggaran hukum pada tahun 1807. Bertahun-tahun kemudian perdagangan tersebut baru terhenti seluruhnya dan kerusakan yang menimpa masyarakat Afrika tak terperi besarnya.

Berbagai kerajaan berantakan, peperangan demi peperangan meletus, dan ketidaktenteraman serta ketakutan menggantikan suasana yang tertib dan pada umumnya damai itu.

Sepanjang abad ke-19, orang Inggris yang telah mapan di sepanjang pesisir Ghana, terlihat dalam serangkaian peperangan di daerah pedalaman dengan bangsa Ashanti yang kuat itu.

Pada tanggal 4 Pebruari 1874, Inggris merebut Kumasi, ibu kota kerajaan Ashanti, merampas semua emas, perak, dan harta karun lainnya dari kota itu.

Pasukan Inggris sekali lagi memasuki Kumasi pada tahun 1896, kali ini menaklukkan kerajaan Ashanti dan mengasingkan asantehene-nya, Prempeh I, ke Kepulauan Sychelles, yakni kepulauan di Samudra Hindia.

Periode Kolonial

Pada tahun 1901, kerajaan Ashanti menjadi sebuah koloni Inggris, dan daerah yang terletak tepat di sebelah utaranya menjadi sebuah protektorat. Daerah pesisir telah dijadikan koloni pada tahun 1850.

Seusai Perang Ashanti, orang Inggris memapankan kedudukan mereka sebagai penguasa Pantai Emas, meskipun sekaIi-sekali meletus gerakan perlawanan dari bangsa Ashanti.

Inggris Raya menyadari bahwa jalan yang terbaik untuk melindungi kepentingannya adalah bekerja sama dengan orang Afrika, memanfaatkan sistem politik mereka untuk menjaga ketertiban, dan akhirnya memasukkan orang-orang Afrika yang terlatih ke dalam pemerintahan.

Inggris Raya berupaya untuk memerintah berdasarkan prinsip yang sekarang dikenal sebagai kekuasaan tak langsung, yakni mengusahakan agar berbagai keputusan seakan-akan diambil melalui para penguasa tradisional.

Pada tahun 1924, Prempeh I dipulangkan dari pengasingannya dan pada tahun 1935 lnggris memulihkan negara Ashanti.

Ghana Bergerak Menuju Kemerdekaan

Perlahan-lahan orang-orang Afrika diberi suara yang lebih besar dalam pemerintahan dan berbagai organisasi, seperti Asosiasi Pemuda Ashanti, dibentuk untuk mengenakan tekanan politik.

Pada tahun 1947, suatu pergerakan politik yang dinamis didirikan, yaitu Konvensi Persatuan Pantai Emas. Pergerakan tersebut memanggil pulang Kwame Nkrumah, yang saat itu sedang menuntut pelajaran di bidang hukum di London, ke Pantai Emas untuk menjadi sekretaris organisasinya.

Sewaktu menuntut pelajaran di London, Nkrumah telah menjadi pemimpin pergerakan pan-Afrika dan, ketika tiba saat bagi dirinya untuk kembali ke negaranya dan menempati kedudukan politik yang penting serta merta dia menerimanya.

Keanggotaan Konvensi Persatuan Pantai Emas sebagian besar terdiri atas pengusaha dan kaum intelektual yang tidak begitu radikal. Nkrumah melihat perlunya melibatkan seluruh negeri dalam perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan.

Dalam bulan Maret 1948 terjadi huru-hara oleh para bekas anggota tentara yang ikut bertempur dalam Perang Dunia II dan ”Pemerintahan Sendiri Sekarang Juga” menjadi slogan Nkrumah dan kaum nasionalis pendukungnya.

Kelompok ini terpecah-belah dan membentuk partai politik mereka sendiri yang lebih radikal, yakni Partai Konvensi Rakyat, pada tahun 1949. Nkrumah mulai melancarkan “aksi positif” berupa gerakan pembangkangan sipil dan sebagai akibatnya, Nkrumah ditahan oleh Inggris.

Dalam pemilihan umum pertama pada bulan Februari 1951, Partai Konvensi Rakyat memenangkan mayoritas kursi dalam Majelis. Tinggal soal waktu saja sebelum lnggris Raya memberikan restunya bagi pemerintahan sendiri.

Nkrumah dibebaskan dari penjara dan diangkat menjadi pemimpin urusan pemerintahan, dan pada bulan Maret 1952, dia diangkat menjadi perdana menteri.

Inggris Raya mendesak agar diselenggarakan pemilihan umum baru untuk memastikan bahwa Nkrumah benar-benar mendapat dukungan rakyat. Pada tahun 1954 dan sekali lagi pada tahun 1956, Partai Konversi Rakyat memperoleh kemenangan gemilang.

Kemerdekaan

Pada tanggal 6 Maret 1957, Pantai Emas (yang diubah namanya menjadi Ghana menurut nama kerajaan besar Afrika yang maju pesat di Sudan pada abad ke-11) diberi kemerdekaan.

Hari itu merupakan hari sukacita bagi Afrika, dan berbagai pergerakan kebangsaan di negara-negara lainnya menjadi semakin kuat. Dalam beberapa tahun saja, bakal terdapat lebih banyak lagi bangsa Afrika yang merdeka.

Akan tetapi, kemerdekaan saja tidak akan membuahkan pemecahan bagi berbagai problema yang dihadapi oleh Afrika. Kemiskinan yang ditimbulkan oleh pertanian rumah tangga, perekonomian satu tanaman budidaya, tidak adanya industri, tidak adanya fasilitas kesehatan, transportasi yang belum lancar, serta berbagai kekurangan lainnya merupakan tantangan bagi pemerintah baru.

Di Ghana, situasinya tidak terlampau buruk. Lebih dari US$ 500 juta telah berhasil dihimpun, sebagian terbesar berasal dari penjualan cokelat di pasaran dunia.

Nkrumah ingin menjadikan negerinya sebagai negara teladan di Afrika. Dia membangun jalan, gedung sekolah, rumah sakit, pabrik dan perumahan, dan melalui partai politiknya dia berupaya mendorong loyalitas rakyat kepada negara baru itu.

Proyek raksasa Sungai Volta dimulai; sebuah perusahaan penerbangan didirikan; perkeretaapian ditingkatkan; dan penanaman modal asing digalakkan.

Semua kemajuan itu agaknya memperlihatkan bahwa Ghana telah menempuh jalan yang benar menuju ke perkembangan. Akan tetapi, kekuasaan pemerintahan semakin terpusat di tangan Nkrumah dan rekan-rekannya.

Dalam berbagai masalah dalam negeri, pusat-pusat oposisi tertentu mulai berkembang. Nkrumah telah berupaya merebut kekuasaan dari para penguasa tradisional, misalnya raja Ashanti.

Rakyat yang tinggal di daerah yang jauh di sebelah utara merasa dikesampingkan oleh pemerintah pusat yang kuat di Akra. Pihak pemerintah bukannya mengambil langkah-langkah untuk meredakan keresahan tersebut, tetapi malah memberlakukan berbagai tindakan baru yang keras untuk menekan oposisi.

Pada tahun 1960 sebuah undang-undang dasar baru diberlakukan yang menjadikan Ghana sebuah republik dan Nkrumah menjadi presidennya yang pertama.

Pada tanggal 24 Februari 1966, sewaktu Presiden Nkrumah sedang mengadakan lawatan ke RRC, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Angkatan Darat dan Angkatan Kepolisian melawan rezim Nkrumah.

Sebuah Dewan Pembebasan Nasional dibentuk, Letnan Jenderal Joseph A. Ankrah diangkat menjadi ketuanya, dan dengan demikian juga menjadi kepala negara yang baru. Nkrumah dilarang kembali ke tanah airnya. Dia memperoleh suaka di Guinea dan meninggal di sana pada tahun 1972.

Jenderal Ankrah dituduh melakukan penyelewengan keuangan dan mengundurkan diri pada tahun 1969. Kepala negara yang baru adalah Brigadir A.A. Afrifa, seorang anggota Dewan Pembebasan Nasional.

Afrifa memaklumkan bahwa pemerintahan akan diserahkan kembali kepada pihak sipil. Pemilihan umum diadakan pada tahun 1969 dan Partai Kemajuan yang diketuai oleh Dr. Kofi A. Busia berhasil memenangkan suara mayoritas di Majelis Nasional.

Sebagai pemimpin partai yang memegang mayoritas, Dr. Busia menjadi perdana menteri. Pada tahun 1972 pemerintah Perdana Menteri Busia digulingkan dalam suatu kudeta militer tak berdarah yang dipimpin oleh Kolonel Ignatius Acheampong.

Pemerintahan Ghana

Setelah kudeta tahun 1972, para perwira militer membentuk Dewan Pemulihan Nasional untuk memerintah Ghana. Konstitusi dan Majelis Nasional ditangguhkan.

Pada tahun 1975 pemerintah direorganisasi Dewan Militer Tertinggi dibentuk sebagai pemegang wewenang eksekutif dan legislatif utama.

Pada tahun 1979 pemerintah militer itu digulingkan pemilihan umum yang bebas diselenggarakan untuk memilih pemerintahan sipil yang baru. konstitusi baru menentukan presiden sebagai kepala negara dan parlemen dengan satu majelis.

Namun pada akhir tahun 1981, seorang perwira muda, Letnan Penerbang Jerry Rawlings, mengambil alih pemerintahan sebagai Ketua Dewan Pertahanan Nasional.

Sementara konstitusi baru yang disahkan bulan April 1992, menetapkan presiden sebagai kepala negara dan Permusyawaratan Nasional yang dipilih. Rawlings dan partainya memenangkan jabatan presiden dan pemilu untuk perwakilan rakyat pada tahun itu, dan Ghana kembali kepemerintahan sipil tanggal 7 Januari 1993.

Di ulas oleh:
EDWARD H. SCHILLER, Perguruan Tinggi Masyarakat Nassau
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait