Mauritius negara kepulauan di barat daya Samudra Hindia

Mauritius merupakan negeri yang beragam. Orang Eropa, Afrika, India, dan Cina memadati jalan di Port Louis, ibu kota negara. Para wanitanya terlihat mengenakan sari atau busana Barat mutakhir. Kaum prianya mungkin berpakaian jas lengkap, dhoti, ataupun baju model Cina, sedangkan kepala mereka tertutup fez, kopiah ala Gandhi, atau topi jerami bertepi lebar.

Bahasa yang berkumandang di jalan kota itu adalah bahasa Kreol (yang merupakan suatu logat Prancis), bahasa Prancis, Inggris, dua dialek Cina, dan enam bahasa India. Suasana yang serba bhineka dan campur aduk itu tercermin lagi pada bangunan dan kepercayaan penduduknya.

Di sana terdapat kuil Hindu, masjid kaum Muslim, gereja Katolik Roma dan Anglikan serta kelenteng Cina. Di pinggiran kota terlihat wisma bergaya Prancis zaman kolonial, dan gubuk beratap dedaunan, pabrik gula modern, dan bangunan toko asal jadi yang terbuat dari kayu.

Daerah pedesaannya sendiri mencerminkan pula kebhinekaan pulau itu. Puncak gundul kehitaman dengan bentuk yang ganjil menjulang di atas kebun tebu yang menghijau. Pantai putih berkilau dengan jajaran pohon nyiur dan kasuarina di tepiannya, sedangkan laut biru menghempas karang di lepas pantai.

Sungai berarus deras dan vegetasi yang lebat berlawanan dengan kawasan kering yang di sana sini diseling dengan rumpun tanaman aloe, yang serat kakunya digunakan untuk membuat karung gula. Dan kesemuanya itu terdapat di sebuah pulau kecil yang terpencil.

Geografi Mauritius

Mauritius adalah sebuah pulau yang terletak di Samudra Hindia kira-kira 20° di sebelah selatan garis khatulistiwa. Pulau ini berwilayah 1.865 km2 dan berpenduduk sekitar 1.000.000 jiwa.

Penduduk Mauritius bertambah hampir 3% setiap tahun dan diperkirakan akan mencapai 2.000.000 jiwa menjelang akhir abad ini. Dengan kepadatan penduduk lebih dari 386 jiwa per km persegi, kelebihan penduduk merupakan problem yang paling gawat di negeri ini.

Port Louis, ibu kota Mauritius, berpenduduk lebih dari 135.000 jiwa. Kota ini terletak di pesisir baratlaut pulau dan mempunyai bandar yang sangat bagus sepanjang1 mil. Hampir seluruh kegiatan perdagangan Mauritius dilakukan melalui Port Louis. Kota Curepipe, yang merupakan kota terbesar kedua di Mauritius, terletak di jantung pulau ini.

Mauritius mempunyai dataran tinggi di tengah-tengahnya yang mencapai ketinggian 670 m. Lahannya melereng landai di sebelah utara, tetapi melereng tajam di pesisir selatan dan barat. Karang perintang mengelilingi pulau ini, kecuali di bagian selatan.

Di sana terdapat sejumlah puncak dan kawah yang terbentuk oleh kegiatan gunung berapi yang berakhir sekitar 100.000 tahun yang lalu. Sampai saat ini 70% permukaan pulau ini dilapisi lava setebal 5-50 cm. Sebelum bercocok tanam, para petani harus terlebih dahulu membersihkan Iadangnya dari batuan vulkanis.

Daerah Jajahan

Mauritius mempunyai sejumlah pulau jajahan. Yang terpenting di antaranya adalah pulau Rodrigues, yaitu sebuah pulau gunung berapi yang berwilayah 100 km2 dan terletak sekitar 560 km di sebelah timur Mauritius. Sebagian besar penduduknya yang berjumlah 21.000 jiwa itu terdiri atas para petani dan nelayan Kreol.

Kepulauan Agalega terdiri atas dua pulau kecil seluas 70 km2. Kepulauan ini terletak 930 km di sebelah utara Mauritius, sedangkan 400 orang penduduknya bekerja di kebun kelapa dan pemrosesan kopra.

Kepulauan Cargados Carajos mencakup 22 pulau yang sangat kecil yang luas keseluruhannya hanya 1,3 km2 Pulau utamanya, St. Brandon, merupakan stasiun penangkapan ikan.

Peta wilayah Mauritius

Kunjungi Mauritius di google map

Iklim

Mauritius beriklim subtropis dengan suhu yang berkisar antara 7°C – 35°C. Plato tengah merupakan suatu kawasan berkabut yang curah hujannya dapat mencapai 500 cm per tahun. Kawasan pesisir baratdaya hanya menerima 89 cm curah hujan per tahun. Terdapat dua musim di sana, yaitu musim panas dan musim dingin.

Musim panas berlangsung dari bulan November sampai bulan April, bersamaan dengan bertiupnya angin pasat tenggara. Angin tersebut membawa hujan deras ke kawasan plato tengah, tetapi menjadikan kawasan pesisir sebelah utara hangat dan kering. Musim panas terkadang diseling dengan siklon pembawa kehancuran yang merupakan momok bagi para penghuni pulau.

Akhir-akhir ini pulau tersebut telah dihantam serangkaian siklon yang menimbulkan kerusakan hebat terhadap berbagai instalasi dan menghancurkan panen. Musim dingin yang berlangsung dari bulan Mei sampai bulan Oktober ditandai dengan angin tenggara yang bertiup tenang dan lembut.

Ekonomi

Tiga faktor geografi mengakibatkan tidak terlihatnya perkembangan sosial dan ekonomi yang mantap di Mauritius, yaitu wilayahnya yang kecil, sedikitnya sumber alam, dan letaknya yang amat sangat terpencil itu. Pulau Mauritius terletak sejauh 800 km sebelah timur Madagaskar, 2.496 km dari Durban, Afrika Selatan; 3.238 km dari Kolombo, Sailan; dan 5.120 km dari Perth, Australia.

Karena sedikitnya sumber alam, Mauritius bergantung kepada pertanian. Sekitar 90% lahan yang dapat digarap ditanami tebu. Gula dan berbagai produk sampingannya mencakup 98% dari nilai ekspornya.

Produksi teh sedang diperluas dan terdapat sejumlah industri pemanufakturan di sana, tetapi lebih dari setengah sediaan pangan terpaksa masih harus diimpor. Beras merupakan komoditi impor utama, baik dari segi kuantitas maupun dari segi nilainya.

Penduduk Mauritius

Dewasa ini kebanyakan pengusaha pabrik gula besar adalah penduduk Mauritius keturunan Prancis. Sebagian besar petani tebu adalah keturunan Prancis atau India. Kebanyakan pemilik toko adalah penduduk keturunan Cina, sedangkan buruh pada umumnya adalah penduduk keturunan India.

Kelompok masyarakat Kreol, yakni mereka yang berdarah campuran Afrika, Eropa, dan India, pada umumnya menjadi seniman, pegawai kantor, pegawai negeri, dan nelayan.

Susunan masyarakat Mauritius toh tidak selalu seperti itu. Banyak penduduk Mauritius keturunan India yang telah memasuki bidang profesi dan pelayanan umum. Ada pula yang menjadi petani sayuran. Sebagian penduduk Mauritius keturunan Prancis telah melakukan kegiatan dalam bidang pemerintahan dan dunia usaha di Port Louis.

Terdapat beberapa petani tebu Inggris dan sejumlah orang Cina yang mengelola perusahaan besar atau memasuki bidang profesi. Kira-kira 35% penduduk tinggal di 5 kota utama yang membentang mendaki bukit ke arah plato tengah dari Port Louis.

Sebagian lagi hidup di berbagai desa yang besarnya berkisar antara yang hanya terdiri atas beberapa rumah tangga sampai yang berpenduduk lebih dari 9.000 orang. Kebanyakan desa menampung para anggota semua kelompok keturunan, kecuali orang Eropa, yang tinggal di lahan perkebunan tebu atau bekerja di kota.

Berbagai desa besar dilengkapi dengan apotek, balai desa, dan berbagai tempat ibadah serta toko. Bersekolah di Mauritius tidak dipungut bayaran, tetapi tidak merupakan kewajiban, dan sebagian besar desa yang besar telah mempunyai sekolah dasar. Di pulau ini terdapat lebih dari 550 sekolah dasar dan 70 sekolah menengah.

Adat Istiadat

Setiap kelompok masyarakat mempunyai upacara keagamaan mereka masing-masing. Kelompok masyarakat yang beragama Hindu dan berbahasa Hindi setiap tahun melakukan ziarah ke sebuah danau yang terletak di tengah-tengah pulau ini dan membawa pulang air sucinya.

Mereka berpakaian serba putih dan terkadang membawa serta benda-benda pemujaan yang dihias dengan rumitnya. Kelompok Hindu yang berbahasa Tamil berjalan tanpa alas kaki di atas bara api atau menaiki tangga yang anak tangganya berupa pedang dengan mata tajamnya terarah ke atas. Mereka melakukannya untuk memenuhi sumpah yang mereka buat dengan berbagai dewa.

Kaum Muslimin menyelenggarakan arak-arakan tahunan di Port Louis untuk memperingati pengorbanan dua orang syuhada Islam. Mereka membuat anjungan yang dihias dengan cermat yang ditarik di sepanjang jalan di kota itu.

Pada tahun baru, orang Cina menyalakan kembang api dan berbaris serta menari dalam arak-arakan yang meriah. Umat Katolik Roma memperingati berbagai hari orang suci dengan arak-arakan dan melakukan ziarah tahunan ke makam seorang anggota misi Prancis yang telah membuat sejumlah besar budak menjadi pemeluk Katolik.

Sejarah Mauritius

Pada mulanya Mauritius merupakan pulau yang tidak berpenghuni. Seluruh penduduk Mauritius adalah keturunan para imigran yang masuk ke pulau itu setelah abad ke16. Pulau tersebut mungkin telah dikenal oleh para pelaut Arab dan Melayu pada Abad Pertengahan, tetapi rombongan pertama orang Eropa yang mengunjungi pulau tersebut adalah orang Portugis pada abad ke-16.

Mereka tidak berupaya untuk bermukim, tetapi semata-mata memanfaatkan pulau itu sebagai pusat perbekalan bagi armada kapal mereka.

Pada tahun 1598 orang Belanda mengunjungi pulau itu dan menamakannya menurut nama penguasa mereka, Pangeran Maurice dari Nassau. Pada tahun 1638 mereka mendirikan sebuah permukiman yang bertahan sampai tahun 1710. Kira-kira pada tahun itulah burung dodo, yaitu burung dari Mauritius yang tidak dapat terbang itu, punah.

Pada tahun 1715 Prancis mengklaim pulau .itu dan mengganti namanya menjadi Ile de France. Permukiman pertama didirikan pada tahun 1722. Sejumlah besar budak didatangkan dari Afrika dan Madagaskar. Mereka dipekerjakan di berbagai perkebunan yang telah didirikan di seluruh pulau tersebut.

Upaya telah ditempuh oleh orang Prancis untuk memproduksi kopi, cengkeh, nila, dan gula. Akan tetapi, hanya gula yang mampu bertahan terhadap siklon yang mengerikan yang sering menghantam pulau itu, dan gula menjadi produk pertanian utamanya.

Selama berkecamuk perang antara Inggris dan Prancis pada abad ke-18 dan awal abad ke-19, Ile de France menjadi basis yang penting bagi berbagai operasi angkatan laut Prancis. Pada tahun 1810, Inggris mengirim armada kapal dan balatentara yang besar dan menduduki pulau tersebut.

Berdasarkan syarat-syarat yang tercantum dalam Perjanjian Paris tahun 1814, pulau tersebut dengan resmi diserahkan kepada Inggris, yang mengganti namanya kembali menjadi Mauritius. Perjanjian tersebut juga menjamin bahwa penduduknya diperkenankan melestarikan agama, hukum, dan adat istiadat mereka masing-masing.

Dengan demikian, Gereja Katolik, Roma, kode sipil, bahasa, serta kebudayaan Prancis diizinkan dengan resmi. Kesemuanya itu tetap merupakan ciri yang menonjol dalam kelompok masyarakat Mauritius sampai saat ini.

Meskipun bahasa Inggris menjadi bahasa resmi, bahasa Prancis boleh juga digunakan di lingkungan Majelis Legislatif, yang merupakan badan yang memerintah pulau itu.

Suatu zaman baru muncul dalam sejarah Mauritius ketika perbudakan dihapuskan pada tahun 1833. Budak yang telah dimerdekakan meninggalkan perkebunan dan menjadi pengrajin atau petani kecil.

Para petani menghadapi problem serius kekurangan tenaga buruh tani. Mereka berpaling ke India sebagai sumber tenaga kerja. Antara tahun 1837 dan 1907 hampir sebanyak 450.000 orang India didatangkan ke Mauritius. Pada abad ke-19 dan ke-20 para pedagang Cina juga mulai berdatangan ke pulau itu.

Pemerintahan

Mauritius menjadi negara merdeka di lingkungan Persemakmuran pada tanggal 12 Maret 1968. Negara ini menganut garis demokrasi berparlemen. Monarki inggris, yang diwakili oleh seorang gubernur jenderal, adalah kepala negara.

Kepala pemerintahan adalah perdana menteri. Majelis perundang-undangan beranggota 70 orang yang dipilih oleh rakyat. Perdana menteri pertama Mauritius adalah Sir Seewoosagur Ramgoolam, yang memangku jabatannya sampai tahun 1982.

Dia digantikan oleh Anerood Jugnauth yang mempertahankan kepemimpinannya dalam pemerintahan melalui pemilihan umum yang diselenggarakan pada tahun 1983.

Diulas oleh:
BURTON BENEDICT, Universitas Kalifornia di Berkeley Penulis, Mauritius: Problems of a Plural Society
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait