Asia Tenggara tempat peleburan besar di dunia

Asia Tenggara merupakan salah satu tempat peleburan besar di dunia. Penduduknya yang beraneka ragam berpindah ke wilayah ini untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan keamanan yang lebih terjamin. Perpindahan penduduk yang besar ini dimulai sekitar 4.000 tahun yang lalu.

Kini Asia Tenggara meliputi berbagai negara merdeka seperti Indonesia, Filipina, Brunei, Malaysia, Singapura, Vietnam, Laos, Kampuchea (sebelumnya adalah Kamboja), Thailand, dan Myanmar.

Negara termuda adalah Brunei, yang memperoleh kemerdekaan penuhnya pada tahun 1984. Bekas koloni Portugis di Timor Timur menjadi sebuah propinsi Indonesia, yang selanjutnya menjadi negara merdeka dengan nama Timor Leste. Selengkapnya bisa di baca pada artikel: Lahirnya negara Timor Leste

Penduduk asli Asia Tenggara adalah orang yang berkulit gelap dan berbadan amat kecil, beberapa di antara keturunannya kini masih tinggal di daerah tinggi di Filipina, Indonesia, dan Malaysia. Sekitar 2.500 tahun sebelum Masehi, terjadilah gelombang perpindahan penduduk pertama yang besar ke wilayah ini.

Mereka adalah orang Melayu, atau Indonesia, yang keturunannya merupakan mayoritas populasi di Filipina dan Indonesia sekarang ini. Suku Melayu sebelumnya tinggal di Cina Selatan, tetapi tekanan dari penduduk Cina dari utara memaksa penduduk lain berpindah ke selatan.

Penduduk ini kemudian memaksa suku Melayu berpindah melintasi pegunungan dan daratan utama Asia Tenggara ke Semenanjung Malaya dan menyeberang ke kepulauan Indonesia dan Filipina. Sebagai pelaut yang ahli, suku Melayu ini berpindah jauh ke arah timur melalui berbagai pulau ini.

Suku bangsa lainnya pun mengikutinya, terutama orang Kamboja (atau Kampuchea), Vietnam, Myanmar, dan Thai. Mereka juga berpindah ke selatan dari Cina, tetapi mereka bermukim di daratan utama Asia Tenggara. Suku Thai adalah suku terakhir yang bermukim di wilayah ini, yang lalu mendirikan kerajaan penting pertama pada abad ke-13.

Berbagai ragam suku ini membawa serta adat-istiadat, budaya, dan pola-pola kehidupan sendiri, tetapi mereka juga masih kuat dipengaruhi oleh suku lainnya. Para pedagang dari India membawa serta berbagai faham India ke Asia Tenggara, khususnya agama Hindu dan Buddha.

Akibatnya, Myanmar Thailand, Laos, dan Kampuchea ini menjadi negara Budha. Kemudian para pedagang Islam membawa Islam ke Malaysia dan Indonesia, hingga kini kedua negara ini merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Budaya dan agama di Vietnam banyak dipengaruhi oleh Cina.

Proses peleburan manusia dan ide berlanjut terus hingga kini. Pada abad ke-16, berbagai kekuatan Eropa mulai menjajah wilayah ini (kecuali Thailand, yang tidak pernah dijajah) sambil membawa serta berbagai paham Barat, termasuk agama Kristen. Filipina, yang dijajah oleh Spanyol, menjadi negara mayoritas Katolik.

Pada akhir abad ke-18 dan ke-19, banyak orang Cina dan India berdatangan ke Asia Tenggara memanfaatkan berbagai kesempatan ekonomi selama puncak masa penjajahan Eropa. Selama Perang Dunia II, wilayah ini ditaklukkan Jepang. Dan tahun-tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II memperlihatkan munculnya negara-negara modern.

Geografi Asia Tenggara

Negara-negara di wilayah Asia Tenggara secara bersama-sama mencakup wilayah seluas sekitar 4.500.000 km2 dan dihuni oleh lebih dari 409.000.000 orang (2003). Bila laut di dalam wilayah ini dihitung, luasnya meliputi separuh bola bumi, atau sebesar Eropa dari Irlandia hingga Turki.

Negara terbesar di Asia Tenggara adalah Indonesia, yang juga merupakan negara terpadat ke-4 di dunia. Singapura adalah negara terkecil. Penduduknya yang berjumlah lebih dari 2.900.000 jiwa (2003) mendiami wilayah yang luasnya hanya 619 km2.

Cina merupakan tetangga Asia Tenggara di sisi utara. Di sisi timur, barat, dan selatan, diapit oleh laut, terutama Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Myanmar, merupakan wilayah paling barat, berbatasan dengan India dan Bangladesh.

Oleh karena itu Asia Tenggara terletak dalam posisi yang sangat strategis, yaitu di sebelah timur India dan di sebelah selatan Cina. Kedua negara ini merupakan negara yang paling padat penduduknya di dunia. Keduanya juga merupakan negara yang memiliki berbagai masalah ekonomi yang serius, suatu masalah yang sebagian mungkin dapat dipecahkan dengan dapat memasuki wilayah sumber alam di berbagai negara Asia Tenggara.

Secara fisik, Asia Tenggara merupakan wilayah yang banyak dibagi-bagi. Barisan pegunungannya, dengan arah utara-selatan, dalam sejarah telah memisahkan beberapa penduduknya-seperti orang Myanmar, Thai, dan Vietnam. Indonesia dan Filipina juga dibagi-bagi menjadi ribuan pulau, tetapi kontak hubungan justru lebih mudah antarpenduduk pulau ketimbang antara penduduk pantai dan penduduk pedalaman.

Keterpisahan Asia Tenggara menjadi ribuan pulau juga memudahkan penaklukan wilayah ini setapak demi setapak. Hal inilah yang telah dilakukan oleh Eropa sejak abad ke-16 sampai ke-19 dan juga oleh Jepang pada tahun 1941 -1942.

Iklim

Pada umumnya iklim di Asia Tenggara adalah hangat dan seringkali basah. Musim di sebagian besar negara berganti-ganti antara musim kemarau dan musim penghujan. Akan tetapi, di Indonesia terdapat banyak curah hujan sepanjang tahunnya.

Myanmar dan Filipina khususnya, memiliki angin pasat yang merusakkan, badai hujan yang ganas dengan angin topan, banjir besar, dan korban jiwa. Suhu udara jarang turun hingga di bawah 20°C di sebagian besar negara Asia Tenggara, kecuali di daerah yang tinggi, sedangkan musim kemaraunya sering menjadikan suhu naik sampai 32°C.

Peta wilayah Asia Tenggara

Kunjungi Peta Asia Tenggara atau google map

Ekonomi Asia Tenggara

Di berbagai negara Asia Tenggara banyak terdapat sumber alam, bahkan hingga kini banyak yang belum dikembangkan. Dibandingkan dengan Cina dan India, zona wilayah ini dianugerahi dengan sumber alam yang baik dan penduduk yang tidak begitu padat (kecuali hanya di beberapa tempat, seperti di pulau Jawa yang merupakan pulau utama di Indonesia) dan standar hidup yang lebih tinggi. Namun, standar hidup ini akan menjadi rendah bila dibandingkan dengan Amerika Serikat.

Produk Asia Tenggara adalah pertanian atau hasil tambang. Thailand adalah negara pengekspor beras terkemuka di dunia, sedangkan Kampuchea dan Vietnam selatan, pada saat-saat normal, memiliki surplus beras yang banyak. Filipina juga telah menjadi berswasembada beras, sedangkan Indonesia juga sudah berswasembada beras pada tahun 1985.

Malaysia adalah eksportir karet terkemuka dunia dan merupakan salah satu negara produsen timah utama. Myanmar dan Indonesia memiliki endapan minyak yang banyak, tetapi batubara hanya ditemukan di Vietnam utara. Vietnam, Malaysia, dan Filipina juga memiliki mineral besi meskipun hal ini mungkin kurang cukup untuk mendukung industri yang didasarkan pada besi secara berarti tanpa tambahan besi impor.

Tahun-tahun semenjak Perang Dunia ll telah juga memperlihatkan perkembangan produk baru di banyak negara, misalnya produksi jagung yang tinggi di Thailand. Laut, danau, dan sungai Asia Tenggara belum pernah secukupnya dieksploitasi secara komersial bagi ikan dan hasil produk lainnya.

Penduduk Asia Tenggara

Hampir semua penduduk Asia Tenggara berdarah Mongol, sebagian besar di antara mereka berkulit cokelat, bukannya kuning. Minoritas asing besar adalah Cina dan India. Orang Eropa hanya berjumlah sedikit, bahkan pada zaman peniaiahan sekalipun.

Indonesia dan Filipina mungkin merupakan dua negara yang memiliki suku yang tidak terlalu kompleks. Lebih dari 90% penduduknya termasuk kelompok suku Melayu, atau lndonesia. Singapura yang sering dilihat sebagai Cina ke-3 juga merupakan negara yang homogen; tiga dari setiap empat penduduknya adalah keturunan Cina. Wilayah pinggiran Kampuchea sebagian besar dihuni oleh orang Kampuchea, tetapi Kampuchea juga memiliki banyak minoritas Cina dan Vietnam.

Negara Asia Tenggara lainnya memiliki berbagai masalah suku yang serius. Myanmar memiliki empat kelompok minoritas utama-suku Karen, Kachin, Chin, dan Shan-yang beberapa di antaranya telah memberontak terhadap pemerintah pusat yang banyak didominasi oleh suku Myanmar sejak kemerdekaannya tahun 1948.

Separuh penduduk Malaysia bukanlah orang Melayu, jumlah penduduk Cina bahkan hampir sama dengan jumlah penduduk Melayu. Thailand memiliki banyak suku minoritas penting yang belum bercampur-Melayu Meo, Vietnam, dan Lao. Di Laos, orang Lao, kelompok suku yang dominan, hanya mendiami wilayah dataran rendah saja, yaitu di dekat Sungai Mekong.

Di Vietnam, terdapat perbedaan antara mayoritas Vietnam dan minoritas Montagnard (orang pegunungan). Di samping itu, mengalirnya ratusan ribu pengungsi Indocina telah mempertegang keseimbangan suku di banyak negara Asia Tenggara. Ketakutan lama terhadap kekuatan Vietnam menjadi meningkat dikarenakan adanya berbagai manuver militer belakangan ini di negara tetangganya, Kampuchea.

Sebagian dari masalah ini adalah kekaburan tapal batas yang dibuat oleh bekas penjajah. Terdapat banyak orang Melayu di Thailand, Singapura, dan juga Malaysia. Banyak orang Vietnam hidup di Kampuchea, Laos, dan Thailand, serta Vietnam.

Minoritas Shan di Myanmar lebih erat hubungannya dengan mayoritas orang Thai di Thailand daripada kepada orang Myanmar yang kini menguasai Myanmar. Oleh karena itu, kadang-kadang terdapat suatu ikatan yang kuat antara orang-orang yang dipisahkan oleh tapal batas dari pada di antara sesama mereka yang tinggal dalam satu negara.

Baca juga: Ras penduduk Asia

Bahasa

Penduduk Asia Tenggara yang sangat beragam ini bertutur dalarn aneka ragam bahasa. Bahasa utama di negara-negara semenanjung, atau negara-negara Me|ayu-Indonesia, Filipina, dan Malaysia sangat terikat erat, berasal dari rumpun bahasa Melayu. Pemerintah Malaysia dan Indonesia sedang berusaha menciptakan bahasa nasional tunggal bagi kedua negara, yang dikenal dengan Bahasa Indonesia di Indonesia dan Bahasa Malaysia di Malaysia.

Di Filipina, tak terdapat satu dialek Melayu pun yang dominan. Bahasa Inggris justru banyak dituturkan ketimbang bahasa regionalnya. Di daratan utama Asia Tenggara hanya bahasa Thai dan Lao saja yang erat hubungannya. Bahasa Inggris dituturkan oleh hampir semua orang terpelajar di setiap negara. Bahasa Prancis juga banyak dituturkan oleh banyak orang di bekas jajahan Prancis di Indocina.

Adat-Istiadat dan Kepercayaan

Terdapat berbagai perbedaan penting di dalam cara memandang kehidupan berbagai orang di Asia Tenggara. Sebagian besar orang di Myanmar, Thailand, Laos, Kampuchea, dan Vietnam beragama Budha, tetapi Budhisme di Vietnam berbeda dari Budhisme di ke-4 negara lainnya setidaknya seperti halnya Katolik Roma berbeda dengan Protestan.

Sembilan dari setiap 10 orang Indonesia adalah muslim. Persentase yang sama berlaku bagi Kristen di Filipina, tetapi di Filipina selatan banyak terdapat orang Islam. Thailand juga memiliki minoritas Melayu yang beragama Islam di selatan. Hampir setiap orang Melayu di Malaysia beragama Islam, tetapi karena jumlah orang Cina banyak, maka jumlah penduduk yang beragama Islam hanya kurang dari setengahnya.

Orang Cina menganut aneka ragam kepercayaan agama Kongfucu, Budha, Taoisme, Kristen, pemujaan leluhur, pemujaan roh, atau seringkali bahkan kombinasi aneka kepercayaan ini. Orang Cina ini tidak percaya bahwa manusia harus menyembah hanya pada satu Tuhan. Terdapat banyak umat Kristen di negara-negara Asia Tenggara meskipun jumlahnya amat beragam.

Hanya di Filipina saja yang terdapat mayoritas Kristen, sebagai akibat dari penaklukan dan penyebaran agama Katolik oleh orang Spanyol. Sekitar 10% penduduk Vietnam beragama Katolik, kebanyakan tinggal di selatan. Sebelum komunis berkuasa, proporsi kepentingan politik dan ekonominya melebihi jumlah mereka.

Sejak kemenangan komunis dalam Perang Vietnam pada tahun 1975, terdapat berbagai penangkapan terhadap para imam Katolik.

Di seluruh kawasan Asia Tenggara, sebagian besar orang, khususnya para petani pedesaan (yang meliputi 80% jumlah penduduk), juga percaya terhadap arwah tanpa memandang agama resmi mereka. Agama Budha orang Thai dan Lao, misalnya, menghormati sang Budha, tetapi mereka juga percaya terhadap phi (sebutan untuk arwah). Roh seperti itu menempati setiap benda-sungai, pohon, batu, tanaman, dan semisalnya.

Di samping itu, semua benda itu juga dipercaya dapat membuat sakit seseorang di malam hari dan juga dapat mengakhiri hidup seorang yang kita cintai jika mereka tidak diberi sesajian yang cukup dengan bebungaan dan makanan.

Agama Budha di daratan negara-negara Asia Tenggara juga percaya terhadap adanya reinkarnasi sebuah proses kelahiran terus-menerus. Seseorang yang dilahirkan kembali sebagai anjing, misalnya, dianggap sebagai jelek dalam kehidupan sebelumnya. Sebaliknya, seekor anjing yang dilahirkan kembali sebagai manusia berarti bahwa dia menjalani kehidupan yang baik. Seorang Budha seperti itu akan berbuat kebajikan untuk mendapatkan ”kebahagiaan” agar dapat lahir kembali sebagai makhluk yang lebih tinggi dalam reinkarnasi berikutnya.

Di negara-negara Asia Tenggara sekurang-kurangnya terdapat dua pola kehidupan utama. Pada mulanya, beberapa orang hidup di dalam dan di sekitar istana raja-raja, tetapi mungkin lebih dari 95%-nya lagi tinggal di pedesaan.

Kini, meskipun masih banyak orang tinggal di daerah pedesaan, semakin banyak orang pindah ke satu atau beberapa kota besar, yaitu ke ibu kota atau kota-kota pusat perdagangan.

Candi di Asia Tenggara

Kota Utama

Kota terbesar di Asia Tenggara adalah Jakarta ibu kota Indonesia. Di antara kota penting lainnya adalah Bangkok ibu kota Thailand; Kota Ho Chi Minh (Saigon) kota terbesar di Vietnam; Hanoiibu kota Vietnam; negara kota Singapura; kota terbesar dan juga ibu kota Filipina, Manila; ibu kota Myanmar, Yangon; ibu kota Kampuchea, Pnompenh; kota Malaysia yang berkembang dengan pesat-Kuala Lumpur; dan ibu kota Laos Vientiane.

Di semua kota besar Asia Tenggara, banyak orang muda, yang tergiur oleh kemeriahan kehidupan kota, berpindah ke kota sebelum lapangan kerja diciptakan bagi mereka. Sebagai akibatnya, terdapat tingkat pengangguran yang relatif tinggi.

Kehidupan di Desa

Seorang desa biasa menanam hampir semua kebutuhan pangannya. Sedikit demi sedikit dia juga menghasilkan surplus pangan yang cukup untuk dijual ke kota sehingga dia dapat membeli barang seperti sepeda (sarana transportasi penting di desa) dan mesin jahit.

Banyak di antara tuan tanah kecil juga menghasilkan karet dan berbagai tanaman ekspor lainnya, sementara masih banyak orang desa bekerja di perkebunan karet dan perkebunan lainnya. Beras merupakan ekspor utama negara-negara daratan Asia Tenggara dan sebagian besar petani bekerja menanam dan memanen padi-padian yang sangat melelahkan sekali.

Kebanyakan desa di Asia Tenggara kini memiliki sekolah untuk menyekolahkan anak-anak, setidak-tidaknya hingga sekolah menengah atas. Sekolah menengah ini biasanya terletak di tengah kota sehingga dapat didatangi dengan berjalan kaki ataupun dengan bersepeda.

Di banyak belahan wilayah Asia Tenggara, orang masih tinggal di rumah-rumah (biasanya beratap ilalang) yang dibangun di atas jangkungan. Hal ini khususnya berlaku di wilayah-wilayah yang sering dilanda banjir akibat hujan lebat. Membangun rumah di atas jangkungan juga melindungi diri dari binatang buas dan juga dari pencuri. Hal ini juga menjadikan tempat yang permanen bagi keluarga untuk menjaga hewan pekerjanya, biasanya seekor kerbau air.

Makanan dan Pakaian

Beras adalah makanan pokok di hampir setiap wilayah Asia Tenggara dan biasanya dimakan dengan sambal yang sangat pedas. Ikan merupakan makanan protein utama. Daging sangat jarang dan agak mahal. Seorang Budha dilarang memakan daging ikan, unggas, atau daging hewan lainnya meskipun banyak di antara mereka melanggarnya.

Orang Islam dilarang memakan daging babi. Sebaliknya, banyak di antara masakan Cina yang lezat mengandung daging babi sebagai salah satu campurannya. Banyak terdapat buah-buahan dan sayuran, tetapi sayangnya sayuran hanya menjadi bagian yang kecil saja di dalam menu harian orang Asia Tenggara.

Sebagian besar orang di desa-desa di seluruh Asia Tenggara pria dan wanita memiliki sejenis atau beberapa jenis pakaian yang mirip kemeja tradisional. Di Myanmar, pakaian ini disebut Longyi, di Indonesia disebut sarung (bagi laki-laki) dan kain (bagi wanita).

Pakaian tradisional ini bahkan kadang-kadang dipakai di kota-kota besar, khususnya di ibu kota Myanmar Yangon, yang hampir setiap orang mengenakan Longyi berwarna-warni yang menarik. Namun, kini banyak penduduk kota mengenakan pakaian model Barat.

Kehidupan di daerah pedesaan yang konservatif kini pun juga sedang berubah meskipun tidak sepesat di kota-kota. Banyak pemuda dan pemudi yang pergi ke kota dan tidak mendapatkan kerja pulang sambil bercerita bagaimana kehidupan orang kota kepada saudara-saudaranya.

Di hampir setiap kota kecil di seluruh Asia Tenggara sudah terdapat radio, yang ditempatkan di tempat-tempat umum sehingga setiap orang dapat mendengarkan berita dan acara hiburan lainnya. Televisi juga semakin banyak masuk, terutama di kota-kota.

Bentuk seni tradisional Asia Tenggara juga sedang berubah, meskipun pelan, sebagai akibat dari pengaruh dunia luar. Wayang, menurut sejarahnya merupakan hiburan berbentuk drama yang utama di Indonesia; pwe, atau opera rakyat, merupakan bentuk seni tradisional Myanmar yang populer.

Baik wayang maupun pwe, meskipun masih populer, kini mulai kehilangan tempat berpijaknya kalah dengan film yang diproduksi secara lokal ataupun yang diproduksi di Amerika Serikat, India, atau Jepang. Televisi juga memberikan dampak terhadap bentuk seni tradisional ini.

Sejarah Asia Tenggara

Masa penjajahan Eropa di Asia Tenggara dimulai dengan datangnya Portugis yang dapat merebut Malaka di pantai barat Semenanjung Malaya pada tahun 1511. Filipina merupakan koloni Spanyol selama lebih dari 3 abad, yaitu sejak paruh kedua abad ke-16 hingga sewaktu Amerika mendepak Spanyol pada tahun 1898.

Penaklukan Indonesia oleh penjajah Belanda dimulai pada abad ke-17 dan baru berakhir pada tahun-tahun awal abad ke-19. Myanmar, Malaysia, dan Singapura menjadi jajahan Inggris pada abad ke-19, sedangkan Prancis menguasai Kamboja (kini Kampuchea), Vietnam, dan Laos (yang secara bersama-sama dikenal sebagai Indocina Prancis) selama masa yang sama.

Eropa banyak menyumbangkan kemajuan bagi modernisasi meskipun tidak selalu secara bersungguh-sungguh. Pada tahun 1830, di Asia Tenggara mungkin hanya terdapat sekitar 10.000.000 orang. Masa penjajahan mengakhiri berbagai perang lokal yang telah banyak merenggut banyak korban jiwa, dan juga memperbaiki cara-cara kesehatan dan pengobatan, sehingga meningkatkan jumlah penduduk.

Universitas pertama di Asia Tenggara adalah di Filipina-Santo Tomas di Manila dan San Carlos di Cebu yang didirikan oleh Spanyol. Berbagai universitas dan sekolah dibangun, sedangkan jalan raya, jalan kereta api, dan beberapa industri dikembangkan. Berbagai jenis tanaman baru, seperti karet, diperkenalkan, sedangkan tanaman tua, seperti padi, dibuat menjadi lebih menguntungkan.

Ketika Asia Tenggara masih diperintah oleh orang Eropa, demi kepentingan Eropa, pemerintahan sendiri hanya diperkenalkan secara setengah-setengah kecuali di Filipina setelah Amerika mengambil-alihnya dari Spanyol. Namun, kehadiran Eropa, sebagai orang asing, telah merangsang kesadaran kelompok, atau nasionalisme, di antara berbagai bangsa.

Akibatnya, pada abad ke-20, tuntutan terus didengungkan untuk mengakhiri secara tuntas masa penjajahan. Seusai Perang Dunia II, terdapat intensitas perasaan kebangsaan dan perjuangan bagi kemerdekaan. Selama tahun-tahun inilah muncul negara-negara di Asia Tenggara seperti yang kita kenal sekarang.

Diulas oleh:
RICHARD BUTWELL, Universitas Negara Bagian Kalifornia, Dominguez Hills. Penulis, Southeast Asia, A Political Introduction.
Editor: Sejarah Negara Com

PDF

Video

Pos terkait